"Kamu s..si.siapa?" Tanya cewek yang memundurkan langkahnya panik. Mendengar suara dari kegelapan bukan hal yang baik untuk tidak diwaspadai."Siapa aku?" Jawab orang itu entah dari mana datangnya. Yang Elisia tau adalah hanya kegelapan yang menyelimuti tempat ini dan tubuh gemetaran elisia. "Aku adalah kamu." Elisia mengerutkan kening, bingung.
"Kamu adalah aku, dan aku adalah kamu. Kamu seharusnya mengerti itu, elisia wirtolet velia."
Orang itu tersenyum. Entah bagaimana caranya Elisia bisa merasakan orang itu tersenyum. Hanya satu yang Elisia inginkan sekarang, keluar dari tempat ini secepatnya. Kalau berlama-lama disini mungkin orang itu akan membunuhnya atau mencekiknya. Seperti flm horor yang pernah elisia tonton, sepertinya begitu.
"Apa yang kamu pikirkan?" Sontak membuat bola mata Elisia melotot mendengar perkataan orang itu. "Sudah aku bilang kan sebelumnya? Aku gak mungkin bunuh kamu, karena kamu adalah aku."
Elisia memegang tembok yang entah dimana datangnya, namun dia bisa merasakan jika disisi kanan-kirinya adalah tembok. Dingin, Tembok itu dingin. Apakah diluar hujan? Atau ada pendingin AC ditempat gelap seperti ini? Ah, tidak mungkin buanglah pikiran itu jauh-jauh Elisia. Yang seharusnya ada dipikiran Elisia sekarang bagaimana cara keluar dari tempat yang gelap ini dan tau melewatinya meski gelap.
Handphone, ya. Elisia merogoh saku celananya mengambil sebuah benda kecil yang mengeluarkan cahaya nantinya.
Setelah, keluar dari sakunya, elisia memencet tombol kecil dan menyalalah. Elisia mengarahkan cahaya kecil itu kelantai tempat dimana Elisia duduk ketakutan. Dengan keberanian yang membulat meski akhirnya akan takut jika melihat sesuatu. Elisi tarikan cahaya kecil itu keatas dan wah.
"Ahhh.... kamu siapa?" Meski menjerit takut Elisia tetap bertanya.
"Cahaya apa itu?" Tanya orang itu. Elisia menggeleng seraya menurunkan handphone-nya. "Apakah itu yang selalu orang punya dijaman sekarang?" Tanya orang itu lagi.
yang Elisia lihat tadi adalah orang itu menyerupai mukanya yang hampir serupa. Namun dia berdiri diatas bukan dibawah Elisia duduk. Otomatis, dia berbicara diatas kepala Elisia sekarang.
"A-pa kamu gak tau benda ini?" Orang itu menggeleng cepat, Elisia bisa merasakan lagi. "Kamu kok bisa gak tau?" Tanya Elisia penasaran, padahal hampir semua teman Elisia mempunyai handphone kenapa orang ini gak tau handphone?
"Gak tau, didunia aku, tidak ada semacam benda yang menyala. Kecuali lilin dan obor, apa manusia kamu itu banyak benda macam itu?"
"Iya, kamu kudet kalo gak tau."
"Kudet? Apa itu? Nama benda itu kudet?"
Elisia menepuk dahinya, orang ini benar-benar kurang apdate. Dijaman apa dia hidup? Sampai tidak tahu apa saja yang dimiliki orang jaman sekarang. "Bukan. nama benda ini handphone, namanya." Jelas Elisia geregetan.
"Handphone? Seperti nama temanku yang bernama handphone, dia punya tangan sama badan aja. Tapi, ko dikamu dia menyala?"
What the----orang ini menghayal terus kali ya? Jelas-jelas gak ada yang namanya handphone didunia. Malah ngarang gak jelas. Elisia memutar bola mata, kapan dia keluar kalau kayak gini caranya?
"Sudahlah... kamu gak usah bahas handphone, kamu gak semenakutkan yang aku kira." Kata Elisia mengejek. "Oya, kamu siapa? Kenapa kamu mirip denganku?" Akhirnya pertanyaan itu muncul, setelah sekian perkataan basa-basi dari orang itu.
Orang itu diam, tidak ada jawaban dan tidak ada gerakan yang bisa Elisia rasakan. Entah kenapa Elisia merasakan jika orang ini kembali ke jati dirinya, menakutkan seperti tadi. Tapi sudah terlanjur Elisia tidak takut padanya.
"Aku akan memberikan kamu pilihan." Orang itu akhirnya angkat bicara.
"Pilihan apa?"
"Kamu atau aku?"
"Pertanyaan macam apa itu?"
"Jawab saja."
Elisia memutar bola mata, menaikan handphone-nya keatas dilakukannya. Dan yang Elisia lihat hanya terpal bewarna hitam kelam.
Orang itu kemana? Batin Elisia penasaran. Disapunya pandangan kesegala arah dengan cahaya kecil dihandphone, namun. Orang itu tidak ada. Kemana dia?
"Kamu kemana...?" Teriak Elisia cemas. Takut. tempat ini seperti lorong yang hanya ada satu jalan keluar. hitam, warna yang menghiasi jalan Elisia sekarang.
"Dih, kemana si?" Gertak Elisia pada keramik dibawahnya yang menimbulkan suara. "Woy! Lo dimana?!!" Teriak Elisia tanpa rasa takut sedikit pun.
Elisia terus Lurus berjalan pelan. sampai ada cahaya berwarna kuning menyinari.
"Apaan nih?" Setelah dititik cahaya itu, Elisia mematikan handphone-nya. Memasuki cahaya kuning tanpa berpikir apa yang dilakukan Elisia sekarang. Dan semuanya menjadi hita kelam.
*******
Ini cerita emang pernah publish di akun chococaramelll__ (itu akun lama) awalnya gak pede sama cerita ini, pas beberapa bulan kemudian jadi yakin sama cerita ini.
Semoga si suka.
Ceritanya gak serem kok, cuma sebagian dari ketakutan gua aja😂
Kalo cerita ini kayaknya bakal up kapan pun. Soalnya kalo cerita serem nge gantung itu gak enak. Wkwkkw
Dah ah
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Closed Eye
Teen FictionElisia wirtolet velia. Anak terakhir dari tiga bersaudara. Memiliki dua kakak laki-laki yang sudah besar. Athan wartilet marla, dan aldi tarmata wilson. Dua karakter yang saling beradu satu sama lain. Orang tua? Elisia tidak mempunya...