Suara mobil polisi terdengar nyaring memasuki halaman sekolah. Terdengar lebih jelas dibanding mobil ambulance yang datang setelahnya.
Satu-per-satu murid mulai berkeliaran keluar-masuk, ingin tahu apa yang menyebabkan suami dan istri itu meninggal.
Cewek berambut pirang terang yang menyampirkan almetnya di pinggangnya mulai merekam kejadian tersebut. Namanya Cella Quenbin Tamarlin, teman Elisia sekaligus teman sebangkunya.
"Baik. Disini saya akan merekam kejadian dimana kepala sekolah dan istrinya meninggal ditempat. Disinilah saya, ditempat dimana semua orang sedang masa panik-paniknya karena kejadian ini. Saya juga panik, panik, panik sangat. Ta---"
Elisia yang dengan jahilnya masuk didalam vidio yang berlangsung beberapa menit itu. Dan bergaya ala modeling.
Cella berdecak. "Perusak vidio." Katanya. "Aku tau, kau sangat cantik dan badanmu bagus. Tidak usahlah kau pamerkan padaku... aku sudah liat setiap hari. Jadi minggirlah!" Sakartis Cella.
Elisia tertawa terbahak-bahak, perutnya sakit mendengar ucapan Cella yang sangat menggemaskan itu. "Aku tau, kau sangat cantik elisia... dan badanmua bagus. Tid... ak." Ulang Elisia tercekat.
"Stop!! El!" Cekat Cella. "Aku marah sekarang."
Elisia memajukan bibirnya seperti bebek ingin mengejek Cella, jika marah ia seperti bebek. "Baiklah." Ucap Elisia singkat.
Cella lupa mematikan vidionya saat Elisia seperti itu. Elisia pun tidak tahu jika Cella masih merekamnya sampai-sampai Vidio itu berubah gambarnya menjadi menyeramkan.
Kumpulan berseragam putih keluar, salah satu diantara mereka membawa jenazah yang sudah ditutupi dengan bungkusan kantung besar bewarna kuning.
Polisi yang tugasnya mengamankan lokasi, merebahkan tangannya agar semuanya minggir. Memberi jalan seragam putih agar semuanya berjalan lancar tanpa ada hal apapun yang tertinggal.
Dua jenazah yang sudah terbalut kantung itupun dimasukan ke dalam mobil ambulance. Dua mobil ambulance mulai meninggalkan pekarangan sekolah, kecuali mobil polisi yang masih perlu penyelidikan.
---------
Semenjak kejadian kemarin sekolah diliburkan selama seminggu. Oleh sebab itu Elisia masih tertidur pulas di atas ranjang kesayangannya.
Rambut agak kecoklatan terlihat acak-acakan, yang sebagiannya menutupi mulut Elisia. Selimut yang kegunaannya menutupi seluruh tubuh, menjadi bantal. Sedangkan bantalnya menjadi alas kaki Elisia.
Laptop pemberian Ethan, tergeletak dibawah lantai yang layarnya masih menyala. Betapa rajinnya Elisia, sampai-sampai laptop yang berada di atas kasur tadi malam bisa turun kebawah. Jika Ethan tahu ia akan marah besar.
"KAMPRETTTTTT!!!"
Teriak seseorang dari lantai bawah, membuat Elisia menutup telinganya dengan selimut.
Dentuman orang menaiki anak tangga terdengar jelas, langkahnya cepat bagaikan maling yang dikejar sesuatu. Eh, tapi itu bukan maling. Melainkan kakak kedua Elisia yang bernama Aldi.
"Saa... bangun!!! Gue apain lo kalo gak bangun!" Ancam Aldi sambil mengetuk pintu Elisia keras.
Elisia tidak peduli, Elisia tidak peduli. Itulah yang ada diotak kecil Elisia. Sejak kapan Elisia takut pada ancaman Aldi? Tidak akan mungkin?!
Aldi mencibik, dalam hatinya ia mengutuk adik satu-satunya yang perempuan ini. "Dekk...!!! Lo perempuan! Bangun cepet...!!!" Teriak Aldi lagi, yang kali ini berhasil.
Elisia mendengus, tubuhnya bangun tetapi kantuk matanya masih belum terbuka. "Bawel lo bang." Gumam Elisia.
"Gue denger!"
Elisia kembali mendengus sambil tangannya meraba-raba ranjangnya. "Ikatan rambut gue mana?" Katanya. Yang terus mengacak-ngacak tempat tidurnya.
Aldi yang sudah tidak sabaran membuka paksa pintu coklat yang bertuliskan 'Privasi cewek' yang ditulis sendiri oleh pemiliknya karena tidak ingin kedua kakaknya mengacak kamar tidur Elisia.
"KAKAK!!!" teriak Elisia kesal. Kesal perjanjian untuk memasuki kamar Elisia tanpa ijin.
Aldi tertegun, melihat kamar bagaikan kandang ayam. Berantakan, ngeres, sampah, atau apalah itu yang menggambarkan kamar Elisia sekarang.
"Indah amat kamar lo dek." Sahut Aldi dengan muka idiotnya.
Elisia memutar bola matanya. Sudah pasti kakaknya yang satu ini tidak akan mengomelinya seperti Ethan.
Walaupun kadang Elisia merindukan sosok keibuan Ethan.
*****
Maap absurd ;'3
Besok-besok enggak.Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Closed Eye
Teen FictionElisia wirtolet velia. Anak terakhir dari tiga bersaudara. Memiliki dua kakak laki-laki yang sudah besar. Athan wartilet marla, dan aldi tarmata wilson. Dua karakter yang saling beradu satu sama lain. Orang tua? Elisia tidak mempunya...