Chapter 2 - Penculik

95 6 0
                                    

"Hiiiii, --"

"Tenang ojou-chan (nona kecil), tidak akan sakit kok kalau kau tak melawan~"

"Hehehe Aniki (abang), bolehkah aku duluan?"

"Tidak lah bego! Yang harusnya duluan itu Aniki! Baru aku."

"Apa yang kau bilang?! A--"

"Sudahlah kalian berdua; kita nikmati saja dia dulu."

"Hii-- to-tolong."

"Tidak akan ada yang menolongmu, ojou--"

*Pang* *pang* *pang*

"""Ughhhh!"""

-o-o-o-

Emosi ku memuncak saat melihat adikku dilecehkan secara seksual.

Hasrat membunuhku meluap; aku serasa ingin merobek kemaluan mereka dan mengganjalnya kemulutnya.

Ahh, tak baik. Aku tak bisa membunuh orang dihadapan adikku yang masih polos. Apa yang akan terjadi jika dia trauma?

Aku punya ide yang lebih bagus. Aku akan membuat mereka menyesali perbuatan mereka.

Aku mengambil pipa besi berbentuk panjang dengan ujung melengkung 90° dan sebuah tutup bak sampah berbentuk lingkaran yang bergeletakkan di sisi jalan gang.

Aku melemparkan tutup bak sampah itu ke salah satu preman teri itu.

*Pang* *pang* *pang*

Tutup bak sampah itu mengenai badan salah satu preman tersebut lalu memantul sehingga mengenai mereka semua.

"""Ugghhhh!""""

Mereka semua kesakitan lalu melihat kearah dimana datangnya bak sampah itu; kearahku.

Aku lalu merapalkan beberapa sihir debuff kepada mereka.

-o-o-o-

"Mau apa kau bangsat!"

Salah satu preman itu mengumpat dan menatapku dengan tatapan bengisnya.

"Jauhkan tangan kotormu darinya!"

Balasku dengan nada dingin.

"Hah, mau apa bocah pendek bermata empat menantangku? Kau ingin jadi pahlawan kesiangan hah?"

Rena, adikku menatapku dan kemudian sadar bahwa yang menantang tiga premannya adalah aku, kakaknya.

"Nii? To-tolong."

Dia berbisik karena ketakutan. Trio preman itu tentu saja tak mendengarnya karena suaranya yang kecil.

"Tutup mulut bau toiletmu itu dan lepaskan dia!"

Tatapku dengan tajam sambil mengeluarkan hasrat membunuhku.

Salah satu dari mereka mundur setengah langkah setelah menerima hasrat membunuh yg sudah kubatasi beberapa puluh kali lipat.

Namun sepertinya mereka adalah orang-orang yang tak berotak dan memilih untuk menghajarku.

"Banyak omong kau! Hey kau, bunuh dia!"

Perintah seorang preman yang kemungkinan besar adalah boss mereka; aku akan memberi nama dia Preman A.

It's My 3rd Time in Another World, I Ain't Gonna be a Hero AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang