Chapter 3 - Raison D'être

76 9 2
                                    

*Shiiin*

Setelah kejadian dengan cahaya yang tiba-tiba bersinar di bawah kaki kami, teman sekelasku pun mulai panik.

"A-ada dimana kita?"

"A-aku tidak tau..."

Selagi mereka ribut dan panik, aku merasakan hawa keberadaan yang sangat "suci" atau istilah Inggrisnya "divine".

Dengan sosok berbaju putih dan berwajah anggun. Wajahnya yang anggun itu bisa memanah hati jutaan pria, dan membuat mereka takluk.
Namun wajahnya tak arogan, melainkan memancarkan kelembutan.

Aku merasakan sesuatu yang aneh darinya.

"Selamat datang anak-anak yang dipanggil oleh diriku, namaku adalah Undeis, salah satu dari 7 dewa peringkat atas."

Teman-teman sekelasku langsung takjub melihat wanita dengan aura suci itu.

"Diriku memanggil kalian karena diriku ingin meminta kalian untuk melawan kejahatan yang melanda dunia yang menjadi tanggung jawab kami, Ardelia."

Wanita itu menjelaskan maksudnya memanggil kami. Selagi dia menjelaskan, aku menyembunyikan kekuatan fisik dan magisku sehingga sihir identifikasi pun akan terkelabui.

"... Diriku tidak bisa secara langsung mengintervensi dunia tersebut; itu sudah menjadi aturan universal bagi dewa-dewi yang bertanggung jawab kepada dunia.

Diriku harap kalian mengerti dan mengabulkan keinginanku agar kejahatan di Ardelia dapat diatasi, oh wahai Pahlawan Ardelia."

Dengan berakhirnya monolog Dewi Undeis, berakhir pula keterpakuan para murid.
Aku melihat mata Dewi itu bersinar dengan warna ungu kegelapan; aku merasakan hal buruk tentang itu, jadi aku memperkuat pertahanan magisku.

"Kenapa harus kami yang mulia Dewi Undeis-sama?"

Seorang murid perempuan bertanya kepada Dewi Undeis, dia adalah ketua kelas dikelasku; Mungkin dia merasa bertanggung jawab untuk menanyakan alasan kenapa kami yang terpilih.

Namanya adalah Sakamoto Kureha, seorang wanita dengan rambut yang panjang berwarna hitam. Dia memakai kacamata under frame yang menutupi mata biru gelapnya. Dia adalah seorang perempuan dengan rasa tanggung jawab yang besar, tak heran dia bisa terpilih menjadi ketua kelas.

"Kalian, wahai anak-anakku, adalah anak-anak dengan potensi yang tinggi. Potensi kalian akan lebih mudah berkembang di Ardelia. Diriku tak sembarang memakai sihir pemanggil pahlawan <Summon Hero> pada orang-orang yang tak berkualifikasi."

Dewi Undeis dengan lemah lembut dan penuh kharisma menjawab Sakamoto.

"Mohon maaf kalau kata-kata saya agak sediki lancang, tapi apa untungnya bagi kami? Akankah kami mendapat imbalan jika melaksanakan tugas ini dan menjadi pahlawan?"

"Tentu saja wahai anak-anakku, kalian akan diberikan imbalan yang kalian inginkan. Diriku akan memberikan satu harapan untuk satu orang, tapi tentu saja diriku tidak bisa melanggar aturan universal seperti menghidupkan orang yang sudah mati."

Semua orang yang mendengarnya terdiam, mereka sepertinya membayangkan apa saja yang mereka inginkan jika mereka bisa melaksanakan tugas pahlawan ini.

"Ditambah lagi, kalian akan tetap memiliki kekuatan dan kemampuan skill yang kalian dapat selama berada di Ardelia."

Semua murid yang mendengar pernyataan itu pun memancarkan cahaya dari mata mereka. Mungkin mereka berpikir kekuatan ini bisa dipakai agar bisa sukses di bumi.

"Apakah kami akan bisa pulang setelah mengalahkan Raja Iblis tersebut?"

Seorang murid-- ralat, wanita bertanya pada dewi Undeis, dia adalah bu guru Yoshinaga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's My 3rd Time in Another World, I Ain't Gonna be a Hero AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang