BAB III. |PERJANJIAN

694 87 10
                                    


"Dan hal yang paling berat bukanlah menerima kenyataan bahwa Ayahnya adalah salah satu pembunuh orang tuamu, tapi harus merelakanmu sekaligus menjagamu dalam satu waktu. Dia anak yang baik." Kini Ibunya yang berbicara.



...



Seohyun berjalan dengan sangat hati-hati. Badannya sudah cukup kuat untuk berjalan tanpa harus menggunakan kursi roda. Ia di jaga oleh Jade di sampingnya, namun Seohyun menolak untuk di bantu berjalan. Seohyun telah mendengar seluruh rahasia yang mereka sembunyikan hampir 30 tahun, termasuk keterlibatan Kyuhyun selama ini.


Seohyun ingin meminta maaf dan berterimakasih, tapi ia juga ingin memukul dan berteriak di hadapan lelaki itu. Seohyun berhenti di tengah jalan, dadanya terasa sesak membayangkan hal yang sudah terjadi. Airmatanya berhasil lolos satu, wanita itu segera mengusap dengan cepat. Di sampingnya, Jade menatapnya dengan khawatir tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ia sudah berjanji hanya akan mengawasi wanita itu.


Seohyun menarik nafas panjang. Ia menatap ke depan dengan mantap. Ia harus menemui Kyuhyun. Langkahnya kembali maju. Tekadnya terkumpul bulat menjadi satu. Banyak yang ingin Seohyun utarakan.


Langkah Seohyun terhenti tepat di depan pintu. Melalui kaca ia bisa melihat Kyuhyun di dalam sana. Sayangnya semua tekad itu lenyap seketika. Tangannya yang memegang knop pintu bergetar. Airmatanya kembali lolos, tidak hanya buliran, kini seperti aliran air yang tak ada henti. Nafasnya memburu, Seohyun melepaskan pegangannya dan berbalik. Gadis itu meremas dadanya. Meski masih tertatih, wanita itu menyeret langkah secepatnya menjauh dari sana. Entah apa yang membuatnya seperti itu hingga Jade harus membantunya. Bukan ke kamar, melainkan ke arah taman. Mereka duduk di sebuah bangku panjang hingga nafas Seohyun kembali teratur.



...



Victoria menyusuri lorong rumah sakit di atas heelsnya yang sederhana. Wanita cina itu berhenti sejenak ketika ponselnya berbunyi. Ia menatap benda dengan warna gold itu sebelum menggeser icon hijau.


"Ya, aku akan segera kembali. Aku sedang dalam..." Ucapan wanita itu berhenti. Matanya menangkap sesuatu. "Aku masih ada urusan penting. Tunggu saja aku di kantor," ucapnya sebelum memutuskan sambungan sepihak. Ia segera berjalan ke arah objek yang tadi terangkap di indra penglihatannya. Ponsel emas itu masih berada di tangannya.


"Seo Joo Hyun," panggilnya dengan hati-hati. Wanita yang sedang duduk sendirian itu menoleh. Terkejut, ekspresi yang pertama di tunjukkannya. Apalagi ketika mata gadis itu menangkap sesuatu yang menonjol di bagian perutnya. Victoria tersenyum lembut.


"Boleh aku duduk di situ?" Ia menunjuk ke arah tempat kosong di sebelah Seohyun. Ragu Seohyun mengangguk. "Kau juga di rawat di sini kan? Bagaimana keadaanmu?"


Yang Victoria lihat, Seohyun cukup pucat. Pasti kejadian belakangan ini sangat berat untuknya. "Seperti yang bisa kau lihat."

Lie for UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang