Awal

75 2 0
                                    

Kupingku berdengung kencang, Kepalaku dihantam rasa sakit, Dadaku terasa sangat sesak, tubuhku mati rasa dan kaku seketika, pandanganku kabur dan semakin menghilang, hanya gelap dan kosong. "apakah aku akan mati?" itulah hal terakhir yang kuingat sebelum aku kehilangan kesadaran........

----------------------------------------------------------

Tidak biasanya aku bangun pukul 07.00 di hari minggu, bangun pada pagi hari selalu menjadi hal yang menyebalkan bagiku, entah karena aku terlalu membenci matahari pagi atau karena memang aku terlalu membenci hidup ini. Ditambah lagi hari ini adalah hari minggu! sudah seharusnya aku masih tidur saat ini, tapi suara gaduh dari luar rumahku sangatlah mengganggu.

"Mama! ada apa sih diluar? kenapa berisik banget sih, aku jadi kebangun dan gabisa tidur lagi kalau berisik kaya gini."

"Bagus dong kalau kamu bisa bangun jam segini, Leo. daripada kamu bertanya pada mama, lebih baik kamu keluar dan lihat sendiri apa yang sedang terjadi diluar. mama mu ini sedang sibuk memasak untuk sarapan."

Mama merupakan orang pertama yang selalu bangun terlebih dahulu dirumah ini, bahkan di hari minggu. Dia selalu menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kami. Mama merupakan seorang perempuan keturunan belanda, yang saat ini merupakan warga negara Indonesia karena sudah lama menikah dengan orang asli Indonesia, yaitu papa yang merupakan pria keturunan batak dengan nama marga "Pangaribuan"

"Mama! Papa! ada orang terbunuh di komplek perumahan kita!!" teriak Aleena setelah masuk kerumah.

Kakakku yang merupakan seorang perempuan cantik nan pintar, yang sekarang ini berumur 20 tahun bernama Putri Aleena Pangaribuan. satu satunya anak yang selalu dibanggakan oleh keluarga kami karena fisik nya yang sempurna, ditambah lagi kepandaiannya dibidang akademis membuatnya selalu menjadi nomor 1, bahkan masuk ke dalam universitas favorit jurusan kedokteran bukanlah hal yang sulit baginya. dibandingkan denganku, dia selalu berada dipuncak.

"Astaga! siapa yang terbunuh Leena?" papa meletakan koran pagi nya.

"Pantas ramai sekali diluar. Leo, papa coba kalian lihat apa yang terjadi sebenarnya diluar" sahut mama.

Sambil berjalan aku memikirkan betapa aneh nya hari ini, dan ternyata tempat dimana orang terbunuh itu tidak terlalu jauh dari rumahku, membuatku merinding. hanya berjalan melewati 3 rumah disamping kanan rumahku, orang itu terbunuh dibawah pohon besar persis diseberang rumah tetangga ku itu. Namun sepertinya jasad orang tersebut sudah dipindahkan, karena aku tidak melihat apa apa disana kecuali darah, banyak polisi beserta garis kuning yang membatasi para warga sekitar yang datang untuk melihat, entah karena penasaran atau karena merasa waktu tidurnya terganggu seperti diriku.

Tapi entah kenapa pandanganku terfokus pada pohon besar itu, beberapa saat kemudian kupingku berdengung kencang dan kepalaku dihantam rasa sakit yang amat sangat. setelah pandanganku terlepas dari pohon itu, bunyi dengung dikuping dan rasa sakit dikepalaku perlahan menghilang. entah apa yang terjadi itu, yang jelas itu membuatku bingung dan mual.

"Pa, apalagi yang perlu kita lihat? aku mau pulang duluan ya, kepalaku pusing tiba tiba"

"kamu kenapa leo? yasudah kamu pulang saja, papa mau tanya tanya sama orang orang apa yang sebenarnya terjadi disini"

Papa tidak begitu akrab dengan tetangga disini, bahkan hampir tidak pernah bersosialisasi dikomplek kami. Itu karena papa jarang berada dirumah, bahkan di hari minggu. Papa merupakan seorang pengacara terkenal di Indonesia, hari hari nya sangat sibuk dan sangat jarang sekali berada dirumah. Karena itulah sosok papa bagiku sangat terasa jauh, entah apa yang dirasakan keluarga kami, karena selain hidup yang penuh dengan kecukupan, kurasa tidak ada lagi selain hubungan baik yang dibutuhkan keluarga kami.

Saat aku memasuki rumah ternyata mama, Aleena, dan adikku sedang memakan sarapannya bersama sama. sungguh ini pemandangan yang jarang sekali kulihat, ditambah lagi nanti papa akan ikut duduk bersama kami di meja makan yang hampir tidak pernah kami gunakan bersama sama setiap harinya, bahkan ini hari minggu.

"Abang leo pulang duluan? papa kemana?" tanya Evan

"papa masih disana van, masih mau tanya tanya kejadiannya katanya, kepala ku sakit tadi, jadi aku pulang duluan"

Daniel Evans Pangaribuan, nama adik laki laki ku yang sekarang ini masih duduk di kelas 1 tingkat smp. entah apa yang dicari olehnya, tapi yang jelas dia satu satunya anggota keluarga ini yang paling mengejar papa. dibandingkan dengan aku dan aleena, papa lebih dekat dengan evan, bahkan papa rela meninggalkan pekerjaannya untuk evan. mungkin kecemburuan ku pada hal itu lah yang membuatku semakin jauh dari keluarga ini.

sarapan pagi hariku dilengkapi dengan perasaan aneh, mungkin karena kejadiaan pagi ini yang tidak berkenan untuk ku ingat, sekaligus waktu dirumah ini yang terasa berjalan lambat karena lengkapnya seluruh anggota keluarga ini, duduk di satu meja makan, tanpa berbincang sedikitpun.

setelah selesai makan aku berniat langsung menuju kamar ku, aku berharap kali ini aku bisa langsung tidur lagi, pergi meninggalkan hari ini dan berlayar menuju dunia mimpi. namun sesaat setelah aku berdiri dari tempat duduk, kupingku berdengung lagi, kepalaku dihantam rasa sakit lagi, namun kali ini tidak begitu parah seperti tadi. Aku langsung berjalan menuju kamar sambil memegangi kepalaku yang terasa seperti mau copot ini.

Saat sampai dikamar, aku langsung membanting tubuhku kekasur tanpa memikirkan apapun, karena hanya sakit dan dengung ini yang kurasakan. Beberapa detik kemudian mataku terasa berat dan kantuk pun langsung menyerang. 1 detik...... 2 detik...... 3 detik...... 4 detik........ aku langsung tertidur dihitungan ke lima............
*
*
*
Aku mencoba membuka mata dan mencerna apa yang sebenarnya sedang aku alami ini, karena apa yang kulihat begitu aneh dan menyeramkan. semua nya terlihat absurd, dari mulai langit nya yg berwarna ungu gelap dihiasi dengan dua bulan dan banyak bintang menemani nya. Lalu aku hanya melihat jalan setapak yang tampak berliku liku dengan hiasan rumput berwarna merah darah disamping kanan dan kiri nya. Ini begitu aneh, dan terasa begitu nyata untuk disebut sebagai mimpi.

Aku mencoba untuk berjalan mengikuti jalan setapak ini, takut menekanku dari segala sisi, namun tampaknya aku tidak punya pilihan lain selain berjalan mengikuti jalan setapak ini. Lalu diujung jalan aku melihat seseorang berjalan mendekat dari kejauhan. Semakin mendekat.... semakin mendekat.... lalu aku berhenti, mungkin karena naluri ku berkata bahwa ini tidak baik.

Sesaat setelah aku berhenti, orang itu pun berhenti. Entah apa yang aku pikirkan tapi tubuh ini justru berjalan mendekati orang itu, sesaat setelah aku berjalan, orang itu pun ikut berjalan mendekati ku. Semakin mendekat..... dan saat kita cukup dekat, cukup untuk aku bisa melihat bahwa dia bukanlah manusia. Aku mencoba sekeras mungkin untuk menghentikan langkahku, namun entah kenapa aku tetap berjalan mendekati makhluk yang tampak mengerikan itu.

Saat jarak kami cukup dekat tubuhku langsung terdiam seketika. Cukup jelas bagiku untuk mengingat seperti apa wujud dari makhluk itu. Tubuh kekar berwarna hitam, mata berwarna merah menyala dan menunjukan kemarahan, mulut yang menyeringai lebar hingga semua gigi yang berbentuk taring itu terlihat berikalauan. Namun ada yang aneh, tinggi makhluk itu sama persis dengan diriku, bahkan model rambut kami pun sama persis, hanya saja warna rambutku hitam dan makhluk itu abu abu.

Cukup lama kami bertatapan sampai aku lupa akan kengerian yang aku hadapi, lalu betapa bodohnya aku untuk bertanya, "siapa kamu? Apa mau mu? Dimana ini? Apa yang terjadi padaku!?!?". Hening beberapa saat setelah pertanyaan ku yang bodoh itu terlontar, lalu makhluk itu menjawab pertanyaanku dengan suara yang lebih mirip gemuruh itu, "Aku adalah kamu, kamu adalah aku". Aku mencoba untuk memproses jawaban yang aneh itu, disaat aku terdiam kaku makhluk itu mengangkat tangannya secara perlahan, entah kenapa tanganku mengikuti gerak tangannya tanpa kendali diriku. Saat tangan kami bertemu satu sama lain, tiba tiba ada goncangan dahsyat yang diikuti kobaran api dari segala penjuru arah, Menyisakan kami berdua ditengah kobaran api yang dahsyat itu.

Lalu makhluk itu berkata sesuatu dalam bahasa yang tidak aku mengerti, setelah itu semua kobaran api langsung menghilang dan menyisakan kegelapan yang begitu menyeramkan.

Beberapa detik kemudian makhluk itu melantunkan bahasa yang aneh itu lagi dan seketika tanah yang kupijak ini bergoncang lagi, dan ditengah goncangan yang dahsyat ini, Kupingku berdengung kencang, Kepalaku dihantam rasa sakit, Dadaku terasa sangat sesak, tubuhku mati rasa dan kaku seketika, pandanganku kabur dan semakin menghilang, hanya gelap dan kosong. "apakah aku akan mati?" itulah hal terakhir yang kuingat sebelum aku kehilangan kesadaran........

Perang Jiwa: DoppelgangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang