01

144 15 1
                                    

"Okay. Dengar dan catatlah. Peraturan pertama, tidak ada yang boleh berjalan seorang diri masuk ke dalam hutan. Jika ingin masuk ke hutan untuk suatu keperluan, kalian harus meminta izin kepada senior dan tak lupa mengajak minimal dua orang teman kalian. Kalian juga tidak diizinkan terlalu masuk ke dalam hutan. Jadi, hanya di tepi-tepi hutan saja," ucapan pria berbadan tegap dan berkulit sawo matang bernama Mike itu terpotong dengan acungan jari telunjuk seorang pria lainnya yang usianya jauh di bawah pria itu.

"Ya, Bisma? Ada pertanyaan?" Tanya Mike kepada Bisma—pria yang mengacungkan jari telunjuk tadi—. Bisma menurunkan acungannya dan mulai membuka suara.
"Bagaimana jika kita diperintahkan mencari kayu untuk acara api unggun atau memasak tapi, kayu yang kita cari itu tak ada di tepi hutan?"

"Tentu saja kau harus kembali dan melaporkan semua itu. Inti dari kegiatan perkemahan kita kali ini hanyalah untuk menguji daya saing kita dengan alam. Jika tidak ada kayu bakar, apa tidak ada benda lain yang bisa dijadikan sebagai pengganti kayu bakar itu?" Bisma menggeleng. "Aku mengerti. Terima kasih, Kak," Bisma kembali ke posisi semulanya. Duduk di samping seorang pria berwajah oriental dengan rambut hitam pekatnya.

"Dia menyebalkan," bisik pria berwajah oriental itu.

"Lebih menyebalkan daripada yang kau bayangkan. Doakan saja mudah-mudahan binatang buas ataupun penunggu hutan ini segera mengirimnya ke neraka," balas Bisma disambut tawa kecil pria tersebut.


"Peraturan kedua," seluruh peserta perkemahan kembali melihat ke Mike. "Tidak ada yang boleh berpacaran di tempat ini." Ucapannya disambut dengan desah kecewa peserta lainnya. Kecuali Bisma dan temannya itu.

"Untunglah kita single, Gan," bisik Bisma. Pria yang mempunyai nama Morgan itu mengangguk setuju sambil terkekeh kecil. "Single is a freedom." Ujar Morgan.
"We're single and very happy," Bisma dan Morgan melantunkan nada sebuah lagu.


"Peraturan ketiga, jagalah kebersihan. Jangan sekali-kali kalian menyampah di tempat ini. Kebersihan itu penting disini. Kalian tak akan bisa keluar selamat jika kalian tak mampu menjaga dan merawat hutan ini." Morgan dan Bisma saling pandang mendengar pernyataan senior mereka, Mike.

Secara spontan, Morgan mengangkat tangannya. Mike menatap Morgan sakartik. Mike amat sangat membenci Morgan. Menurutnya, Morgan adalah pria paling tak berguna di dunia ini. Mike berpendapat seperti itu karena Revy—mantan kekasih Mike—memutuskan Mike hanya karena dia menyukai pria bernama Morgan itu.

"Maaf aku lancang tapi, apa yang kau maksud dengan kalimat 'Kalian tak akan mampu keluar selamat jika tak mampu menjaga dan merawat hutan ini' ?" Pertanyaan Morgan itu disambut dengan anggukkan setuju peserta lainnya.

"Kau akan tahu nanti. Sekarang kembali ke tenda kalian masing-masing dan beristirahatlah. Hari sudah malam. Sudah pukul delapan malam. Cepat tidur karena kalian harus bangun tepat pukul lima dinihari." Morgan memutar bola matanya sebelum masuk ke dalam tenda berwarna merahnya. Bisma mengekori dari belakang.

"Menurutmu apa yang terjadi jika aku tak merawat kebersihan tempat ini?" Tanya Morgan. Bisma mengedikkan bahunya. "Aku juga tak tahu dan aku tak mau peduli. Lebih baik, sebelum tidur, kau harus mendengar lagu terbaru Jason Mraz ini. Won't Give Up. Keren, Gan!" Bisma memasangkan sebelah headphone-nya ke telinga kanan Morgan.

Morgan hanya diam dan mendengarkan lantunan lagu yang mengalun merdu di telinganya. Tapi, tak lama kemudian, Morgan melepas headphone Bisma dan meraih tas ranselnya. Ia nampak sibuk mencari barang di dalam tas tersebut. Ternyata sebuah handphone touch screen beserta headphone-nya.


###


Morgan's View


Aku menyentuh perlahan layar handphoneku agar dapat menemukan apa yang aku cari. Sebenarnya aku tak mencari apapun, aku hanya mencari dimana letak lagu-lagu dari penyanyi favoriteku, Christina Aguilera. She's the voice of her generation. Dia sangat cantik dan luar biasa berbakat. Aku amat sangat mengaguminya.

Aku menekan perlahan layar handphoneku setelah aku menemukan tulisan 'Blank Page by Christina Aguilera'. My favorite song for now.

"I am a blank page waiting for you to bring me to life," aku melantunkan bait dari refrain lagu tersebut. Aku suka lagu ini dan hampir semua lagu Christina selalu ku suka.

Saking asyiknya mendengarkan lagu Christina, aku sampai-sampai tak memperhatikan Bisma yang sudah mulai tertidur pulas dengan headphone yang masih terpasang di telinganya. "Bisma.. Bisma.." Aku berdecak sebelum mendekatinya dan melepaskan headphone tersebut dari telinganya.

Mana mungkin Bisma mau tidur dengan posisi headphone yang masih terpasang di telinga dan lagu yang masih terputar? Bisa-bisa ia terkena serangan tuli mendadak.

Selesai meletakkan headphone dan handphone Bisma di dekatnya, aku kembali duduk mendengarkan playlist-playlist lagu di handphoneku. Mulai dari Christina, Rihanna, Lady Gaga, Justin Timberlake, Vanessa, dan yang lainnya. Aku memang penggemar musik barat. Apalagi musik RnB, Pop, Rock, Country dan sedikit Electro.

Saat tengah asyik mendengarkan suara Adele di lagu Someone Like You, tiba-tiba saja handphoneku mati. Aku mencoba untuk menyalakannya kembali tapi, tidak bisa. Bagaimana handphone ini bisa mati? Aku sudah mengisi baterainya penuh tadi pagi dan setahuku sisa baterainya masih 60 persen. Tapi, kenapa handphone ini bisa mati?

Aku duduk tanpa melakukan apapun selain meringkuk karena hembusan angin di tempat ini sangat kencang. Bagaimana tidak kencang? Tempat perkemahan ini tak jauh dari kaki gunung Semeru. Wajar saja jika udaranya sangat dingin.
Aku mulai bosan karena tak ada apapun yang bisa kulakukan. Aku ingin meminjam handphone Bisma untuk mendengarkan musik tapi, kupikir tak sopan jika meminjam tanpa meminta izin terlebih dahulu dan Bisma sepertinya sudah benar-benar tertidur pulas.

Aku memejamkan mataku sejenak dan entah bagaimana bisa, tiba-tiba saja mengalun sebuah melody ke dalam telingaku. Aku membuka mataku dan melody tersebut tak terdengar. Aku kembali memejamkan mataku dan melody itu kembali terdengar.

"Bunyi apa itu? Kenapa aku hanya dapat mendengarnya saat mataku terpejam?" Aku bertanya-tanya.

Ah, sudahlah. Mungkin itu hanya hayalanku semata. Aku butuh angin segar dan ketenangan yang akan mengantarku untuk tidur.

Aku meraih jaketku, mengenakannya dan segera keluar dari tendaku. Bersamaan dengan itu, seseorang juga keluar dari tenda biru yang ada di depan tendaku.


Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang