Chapter 4

13 1 0
                                    

-"Saat aku merasa nyaman, satu hal yang aku takutkan. Kamu berubah tanpa alasan"-

Flora berdiri di balkon kamarnya. Menatap langit malam, merasakan dingin angin malam yang menusuk tulang. Pikiran Flora melayang entah kemana, mata nya memerah karena sehabis menangis. Banyak sekali masalah di dalam dirinya, namun ia mencoba tetap tersenyum. Seakan semua orang merasa dirinya baik-baik saja, Flora tidak ingin orang tau dengan masalah-masalah di hidupnya.
Flora berjalan menuju meja belajarnya. Diambil nya Diary book miliknya, membuka kotak Pena yang di belikan mendiang ayahnya. Ia mulai menuliskan seluruh isi hatinya. Flora menginginkan sosok ayahnya berada disini, karena setelah ayahnya pergi. Semuanya berubah. Ayah tiri, Bunda nya, Kaka Tirinya dan adik tiri perempuannya. Semua hancur. Kacau. Setelah ayahnya pergi untuk selamanya, Bunda Flora menikah. Flora tak tahu harus bagaimana sekarang, ia benar-benar rapuh. Tak ada yang tahu bagaimana rapuhnya Flora, karena Flora hanya menunjukan senyum indah di bibir tipisnya.

Jum'at, 10 maret 2017.

Gue tersenyum, bukan berarti gue bahagia. Ada seribu luka yang gue tutupi. Gue berusaha menyembunyikan luka itu dalam-dalam. Gue hancur, kini semuanya benar-benar kacau. Semenjak kepergian ayah dari kehidupan keluarga gue, semuanya berubah. Tak ada lagi canda tawa seperti dulu. Gue berharap, ayah disini. Hanya ayah yang mengerti isi hati gue. Gue disini hancur, semua menganggap gue hilang. Semuanya menganggap gue hanya sekedar bayangan, bukan objek nyata.

Flora menutup buku diary nya, kini air matanya kembali meluncur di pipi mulusnya.

*****

"Flo" panggil Peter. kini mereka berada di koridor sekolah yang masih teramat sepi, karna waktu baru saja menunjukan pukul 6 pagi. Gerbang pun belum terbuka, Flora memanjat untuk masuk ke dalamnya.

"peter? lo berangkat jam segini juga?" tanya Flora heran, biasanya hanya ada dirinya disini pada pukul 6 pagi.

"lo ngapain pagi-pagi disini?" tanya Peter mengabaikan pertanyaan dari Flora.

"gue? gue suka nulis jurnal di sekolah jam segini, karna masih sepi. Jadi gue bisa konsentrasi" jawab Flora.

"lo suka nulis jurnal juga?" tanya Peter yang kini berjalan bersebelahan dengan Flora.

"iya, lo juga?" tanya Flora juga.

"iya, tapi gue lebih suka ceritain isi hati gue. Dari pada cerita-cerita Fiksi" jawab Peter.

"oh gituu" Flora mengangguk mengerti. "lo emang suka berangkat jam segini juga?" tanya Flora.

"ga" jawab Peter dingin.

"terus?" tanya Flora lagi.

"gue liat lo manjat tadi, padahal gue cuman mau sarapan bubur di samping sekolah" jelas Peter.

"lo ga jadi sarapan karna liat gue manjat?" Flora berhenti melangkah menatap Peter.

"iya" jawab Peter. Flora hanya tersenyum sekilas.

Kenapa Flora merasa nyaman jika sedang bersama Peter? seolah semua masalahnya luntur ketika ia bersama Peter. Flora menatap wajah Peter, dibalas dengan tatap heran dari Peter.

"kenapa?" tanya Peter.

"hm gapapa" jawab Flora, pipinya memerah karena tertangkap sedang menatap Peter.

Tak terasa sudah pukul 6:30, banyak sudah murid SMA Garuda Bangsa yang datang. Ada yang ingin mengerjakan tugas rumah yang belum selesai, dengan niat membawa ke sekolah biar bisa nyontek dengan teman. Ada yang berjalan menuju perpustakaan, Kantin, dan lainnya.

"satu tempat yang gue suka disini" ucap Peter membuyarkan lamunan Flora. Ya, sedari tadi Flora hanya melamun.

"dimana?" tanya Flora menatap serius ke arah Peter.

"Aula kosong belakang sekolah" jawab Peter. "disana lo lebih bisa konsentrasi menulis cerita di jurnal"  sambungnya.

Flora berdiri, ia ingin beranjak pergi. Namun tangan Peter menahannya.

"mau kemana?" tanya Peter.

"Aula kosong" jawab Flora.

"pulang sekolah aja" Peter masih menggenggam lengan Flora. "bareng gue" sambungnya.

"gue mau bagi cerita sama lo boleh?" tanya Flora. "walaupun kita belum terlalu dekat, tapi bisa kan?" tanya Flora meyakinkan. Ini adalah sesuatu yang ditunggu Peter sejak kemarin.

"gue siap denger semua cerita lo" dengan senang hati Peter menerima permintaan Flora.

"makasih" Flora tersenyum. "gue ke perpustakaan dulu ya, bye" Flora beranjak pergi.

"cieee pdkt" Trish datang disusul yang lainnya.

"berhasil dong yaa??" tanya Verel menggoda.

"gue laperr, kantin kuyy" ajak Trish menatap satu-persatu sahabatnya.

"kalian aja" tolak Peter.

"iya, kalian aja,, gue nemenin Peter aja disini" tolak Kevin juga.

"okeeyy, jangan kangen ya" Trish mengedipkan sebelah matanya, membuat Peter dan Kevin menatap geli.

"Flora" Kevin menyebut nama perempuan itu seraya menatap sahabatnya.

"kenapa?" tanya Peter dengan wajah datar.

"cewek itu" ucap Kevin menggantung.

"kenapa?" tanya Peter lagi, ia menatap tajam kearah Kevin.

"menyimpan banyak masalah. Masalah keluarga" jelas Kevin. "tapi gue gabisa cerita semua yang ada dipikirannya, itu privasi dia, tunggu dia aja yang cerita" sambungnya. "gue mau nyusul yang lain di kantin" ucapnya lagi, lalu pergi meninggalkan Peter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang