BAB 3

143 19 0
                                        

"Dok, bagaimana keadaan putra saya? " tanya Dewi pada dokter yang baru saja memeriksa keadaan Evan.

"Putra anda mengalami patah tulang pada lengan kanannya dan beberapa luka kecil di kepala dan kakinya." jelas dokter pada Dewi.

"Astaga!" panik Dewi langsung memegang kepalanya yang langsung di peluk oleh Andrew, suaminya.

"Apakah kami sekarang boleh menemuinya dokter? " tanya Andrew.

"Iya boleh tuan, silahkan. Kalau begitu saya permisi dulu." ucap sang dokter.

Langsung saja Dewi masuk ke ruangan untuk menemui sang putra meninggalkan Andrew masih berada di luar.

"Apa kau sudah menemukan gadis itu?" tanya Andrew pada orang kepercayaannya yang daritadi Setia berdiri di belakangnya.

"Belum tuan. Sepertinya ada seseorang yang menyembunyikannya. Kami tidak menemukan jejak sedikitpun. "

"Aku tidak mau tau, kau harus segera menemukannya. Atau kau tau akibatnya." tegas Andrew yang langsung dijawab tegas oleh pengawalnya.

"Baik tuan"

"Dan bagaimana keadaan gadis yang putraku tabrak?"

"Dia adalah nona Elina tuan. Dan sekarang kondisinya sedang kritis."

"Rahasiakan ini! Jangan sampai istri dan putraku tahu! Aku akan menemuinya."tegas Andrew sebelum berlalu yang langsung diangguki oleh pengawalnya.

*****
Sementara itu, di tempat lain tampak Rudi dan istrinya Vanessa sedang terduduk memandangi sang putri yang terbaring lemah dengan bermacam perban dan alat medis yang menempeli tubuhnya. Tubuh itu tampak sangat rapuh mengingatkan mereka akan kejadian dua puluh tahun yang lalu.

Hati Rudi seakan teriris melihat kondisi putrinya. Do'a tak henti-hentinya ia panjatkan, memohon pada Allah untuk keselamatan putrinya.

Sementara Vanessa, air matanya tak henti-hentinya mengalir. Ia tak menyangka akan melihat putrinya lagi dalam kondisi seperti ini. Ia menyesal, jika ia tak meminta suaminya untuk membeli kue dulu putrinya pasti takkan mengalami kejadian seperti ini.

"Mas apa kata dokter?" tanya Vanessa dengan suara parau.

"Tulang rusuk Elin patah, kepalanya juga mengalami benturan yang keras dan.." Rudi menarik nafas sebelum melanjutkan"jika Elin tidak menunjukkan perkembangan besok, maka Elin dinyatakan koma." lanjut Rudi yang kembali menunduk mencoba menahan air mata.

Vanessa langsung saja memeluk sang suami yang langsung dibalas tak kalah eratnya. Mereka mencoba saling menguatkan.

"Ayah! Ibu!" panggil seorang pemuda pada Rudi dan Vanessa. Ia adalah Faiz, putra Rudi dan Vanessa.

"Ada apa nak?"tanya Rudi pada putranya.

"Ada orang yang ingin menemui Ayah di luar. Polisi dan wali dari orang yang menabrak kakak." jawab Faiz.

Tubuh Vanessa langsung menegang mendengar itu. Tangannya langsung mencengkram lengan Rudi.

"Dimana orang itu?" tanya Vanessa. Emosi mulai berkumpul di kepalanya.
"Aku yang akan menemuinya! " tegas Vanessa yang langsung beranjak untuk melangkah keluar namun langsung di tahan oleh Rudi.

"Kamu disini saja Bun. Jaga Elin. Biar Ayah saja. Faiz kamu tetap disini jaga Bunda dan kakakmu!"

"Baik Ayah."

"Tapi Ayah, Bunda juga-"

"Biar Ayah saja. Tidak apa-apa." potong Rudi sebelum sang istri menyelesaikan protesnya.

Kemudian Rudi mulai berjalan keluar ruangan. Tampak disana berdiri beberapa polisi dan seorang pria berjas rapi.

***
"Dasar anak nakal. Hampir saja jantung mama copot dengar keadaan kamu sekarang. Gimana perasaan kamu? Ada yang sakit? Biar mama panggilkan dokter." omel Dewi ketika Evan baru membuka matanya.

"Kenapa aku disini ma?" tanya Evan tak memperdulikan omelan sang mama.

"Masih berani tanya kamu. Dasar kurang ajar kamu. Makanya berpikir dulu sebelum bertindak sudah berapa kali mama bilang. Kamu itu sudah dewasa jadi jangan bertindak seenaknya. Kami itu-" ucapan Dewi terpotong ketika ia melihat Evan berniat melepas infus di tangannya.

"Aku harus pergi ma. Aku mau cari Angel. Aku-"

"Heh! Mau kemana kamu? Gak usah macem-macem ya kamu. Udah hampir mati juga masih mikirin perempuan yang gak benar itu. Sekali lagi kamu berniat lepas infus dan pergi dari tempat ini mama pastiin kamu gak akan lihat mama lagi!" tegas Dewi.

"Tapi ma Evan harus cari Angel. Evan gak bisa diem disini aja. Angel butuh Evan."

"Angel gak butuh kamu Evan. Dia sudah lari dengan kekasihnya yang lain. Kamu itu cuma dimanfaatin aja sama perempuan itu. Sudah dari awal mama bilang perempuan itu perempuan yang gak bener. Sekarang kamu lupain wanita itu. Jangan sebut lagi nama perempuan itu. Mama gak suka. Gara-gara dia keluarga kita harus menanggung malu." mata Dewi mulai berkaca-kaca mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Evan hanya terdiam tak berniat lagi membalas ucapan ibunya. Pikiran kembali melayang kepada kejadian beberapa jam yang lalu dimana dirinya ditinggalkan begitu saja di hari pernikahannya. Lalu dia berniat mencari Angel, wanita yang seharusnya mengucap janji suci bersamanya. Kemudian ia melihat wanita yang terasa tak asing di ingatannya. Kemudian dia kecelakaan dan menabrak wanita yang terasa tak asing itu.

Tunggu dulu..

Wanita itu, wanita itu mirip ... Elina?

"Ma, kecelakaan tadi siapa yang Evan tabrak? Evan ingat, Evan nabrak seorang wanita ma. Dimana wanita itu sekarang dan bagaimana kondisinya?" tanya Evan pada Dewi yang sibuk memperhatikan luka di tubuh putranya.

"Mama juga kurang tahu. Nanti tanya papamu. Sekarang dia lagi menemui keluarga dari wanita yang kamu tabrak. Mungkin sebentar lagi papamu kesini." jawaban dari Dewi membuat Evan tak puas.

Ia harus segera memastikannya. Jangan sampai apa yang dipikirannya benar-benar terjadi. Ia yakin bahwa wanita itu adalah Elina. Tapi itu tak mungkin. Bukankah Elina masih berada di Turki?

Semoga wanita itu memang bukan Elina. Iya, semoga.

****
TBC

25 Mei 2017
28 Mei 2020

After A Long Time [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang