BAB 2

173 22 0
                                        

Sosok itu masih terus berdiri di altar menanti sang mempelai untuk mengucap janji suci di hadapan Tuhan. Waktu terus berjalan, namun yang ditunggu tak kunjung datang.

Bisik-bisik mulai terdengar dari para tamu undangan yang hadir. Bertanya-tanya kemanakah gerangan sosok yang akan menjadi Ratu sehari itu.

"Apakah memepelai wanitanya kabur?"bisik seorang wanita paruh baya kepada wanita yang lainnya.

"Atau jangan-jangan sang memepelai wanita dibawa kabur oleh laki-laki lain?" kembali wanita lain yang menyahuti.

"Mungkin sang mempelai pria kurang kaya, jadi si wanitanya kabur."

Dan masih banyak kata mungkin lainnya yang menjadi bahan pertanyaan.

Sosok itu masih berdiri tegak mengabaikan bisikan-bisikan yang tertuju padanya. Perlahan tangannya mengepal kuat. Ia berusaha meyakinkan hatinya bahwa pengantinnya akan datang dan mengucapkan janji suci bersamanya. Namun setelah hampir satu jam ia menunggu bahkan para tamu undangan mulai ricuh, hatinya semakin gelisah.

Dengan tergesa-gesa ia berjalan meninggalkan aula tempat di langsungkannya pernikahan nya dan menuju ke tempat di mana seharusnya sang kekasih berada. Mengabaikan seluruh tamu dan keluarga yang mengejarnya di belakang. Dalam hati ia berharap semoga sang kekasih masih berada di sana dan anggapan orang tentang kekasihnya yang kabur itu tak benar.

Semakin dekat dengan tujuannya semakin menipis keyakinan di hatinya. Ia seolah merasa kosong. Dan tepat ketika ia membuka pintu ruangan dimana seharusnya kekasihnya berada hanya kekosongan yang ia dapatkan. Tak ada satu orangpun yang berada di ruangan itu.

Ia tak menyangka bahwa kekasih hatinya, wanita yang begitu di pujanya benar-benar meninggalkan kannya dalam di hari bahagia mereka. Tidak! Ini tidak benar. Ini bukan waktu yang tepat untuk menyalahkan sang kekasih.

Tanpa mempedulikan seluruh keluarga yang memanggilnya, Evan, pria itu berlari menuju parkiran tempat dimana mobilnya berada. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Tak memperdulikan bahwa sekarang jalanan sedang ramai. Yang ada dipikirannya yaitu harus segera menemukan kan sang kekasih.

Hingga ia melupakan satu hal, ia tidak tahu keberadaan sang kekasih. Instingnya mengatakan bahwa sang kekasih menuju bandara. Karena sebelumnya mereka sempat bertengkar mengenai keinginan sang kekasih yang ingin tinggal di New York.

Karena terlalu fokus memikirkan sang kekasih Evan tak menyadari bahwa di depan sedang terjadi kemacetan. Dengan kondisi kecepatan mobil yang diatas rata-rata ditambah tak memungkinkan dirinya untuk mengerem. Karena itu dengan cepat Evan memutar stir ke arah kiri. Mobil menjadi oleng dan melewati marka jalan dan menabrak seorang wanita yang berada di pinggir jalan.

Brakk

Mobil menghantam sebuah tokoh kue setelah menabrak seorang wanita yang kini tergeletak di jalan.

Didalam mobil, kesadaran Evan mulai menipis. Tangannya menggenggam erat cincin yang seharusnya ia sematkan di jari kekasihnya.

"Elin!" panggilnya sebelum kegelapan merenggutnya.

*****

Rudi langsung berlari ketika dilihatnya sang putri sudah tergeletak di pinggir jalan. Darah tampak keluar dari kepala Elina. Membuatnya langsung panik dan bergegas menghampiri putrinya.

Tempak beberapa orang berlari mengerumuni mobil untuk melihat kondisi sang pengemudi. Beberapa ada yang segera menelpon ambulan untuk meminta bantuan.

"Ayah! " Panggilan lemah itu berasal dari Elina.

"Iya sayang. Jangan tutup mata kamu. Tetap disini bersama Ayah. Semua akan baik-baik saja. Ayah janji. Tetap buka matamu sayang" ucap Rudi sambil memeluk sang putri.

"Tapi Elin mengantuk Yah."

"Tidak sayang, jangan tutup matamu. Ada Ayah. Kamu akan baik-baik saja."

Tidak lama kemudian terdengar suara sirine ambulance. Petugas langsung membawa korban untuk segera ditangani.

Rudi masih menggemgam tangan sang putri berharap sang putri tetap sadar. Ini salahnya, seharusnya ia menjaga putrinya dengan benar. Dia lalai sehingga menyebabkan sang putri harus mengalami hal seperti ini.

*****
Drrtt drrtt

"Hallo!"

"Maaf apa benar ini keluarga dari bapak Evan Pratama Firnando?" tanya seseorang dari seberang telepon.

"Iya benar. Ada apa ini? Mengapa handpone anak saya ada pada anda?" tanya nyonya Dewi yang tak lain adalah Ibu Evan.

"Begini bu. Bapak Evan mengalami kecelakaan dan sekarang sedang berada di RS. SS." jelas seseorang dari seberang telepon.

"Apa!!"

Brakk

"Ma! Apa yang terjadi ma?" tanya seorang pria paru baya pada sang istri.

"Evan pa. Rumah sakit SS pa. Evan ke...kecelaka..an pa-" ucap nyonya Dewi yang seketika kehilangan kesadarannya yang membuat semua orang yang berada disana panik seketika.

*****
25 Maret 2017
11 Mei 2020

TBC

After A Long Time [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang