the secrets of anabel

35 2 4
                                    


Info :
Kintan, Nesye, Neiysa, Ela, Ceissa : 8A
Ika : 8B
Gita, Gloria : 8C
Putri(Aku), Viola : 8D
 
Tak terasa sudah setahun lebih pertemanan ini terjalin. Entah kapan tepatnya usia persahabatan kami telah sampai pada usia dua belas bulan lebih, karena kami tak pernah terpikir jika kami akan bertahan selama ini.
Sekarang kami telah berada di bangku kelas 8 atau kelas 2 SMP. Dan setelah bertahan dengan 9 member, pada tahun kedua kami di SMP, akhirnya kami telah genap memiliki 10 anggota, ditambah dengan Ela yang kebetulan diseret paksa oleh Kintan agar mau bergabung dengan kami, dan sepertinya dia menyesal dengan hal itu.
Setengah tahun telah kami lewati dan sekarang kami telah selesai menghadapi ulangan tengah semester genap. Dan sekarang, dikarenakan siswa kelas 9 sedang mengadakan Pra-UN, akhirnya kami siswa kelas 7 dan 8 secara bergantian libur dan masuk sekolah. Dan betapa beruntungnya kami, bahwa kami mendapat jatah waktu masuk hanya 3 hari dalam 5 hari masa sekolah. Dan sekarang, aku dan Viola tengah berkumpul di ruang kelas 8A yang ditempati oleh Neiysa, Nesye, Kintan, Ela, dan Cessia. Oh iya, kami mendapat jatah istirahat lebih lama dari biasanya karena kami mengikuti waktu untuk siswa kelas 9.
“Vi, beli gepreks yuks! Lima ribu lima ribu!” Usulku, tentu untuk Viola.
“Yuks.” Jawab bocah di sebelahku itu. Kebetulan di kelas ini memang ada teman kami yang berjualan ayam geprek, itu loh ayam goreng yang di geprek dengan sambal super puedues.
Setelah mendapatkan pesanan kami, kami pergi ke kursi yang berada di depan kelas 8A dan memakan geprek tersebut.
“Nesye sama yang lain mana sih? Kok gak ada di kelas?” tanya Viola. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Dan di tengah-tengah acara makan bersama, tiba-tiba sosok wanita datang menghampiri kami, aku menawarinya geprek dan diapun memakannya kemudian duduk di sebelah Viola.
“Pedes ya, cuy!” ucapnya yang membuatku berhenti mengunyah geprek di dalam mulutku. “Ya iyalah, Git! Namanya juga geprek, level tiga lagi!” jawabku sedikit gondok pada Gita. Yup wanita yang tiba-tiba datang itu adalah Gita. Tapi sebenarnya Gita lebih pantas di sebut pria dari pada wanita.
“’Tu Kintan dkk!” ucap Viola tiba-tiba. Belum sempat kami merespond Viola, bocah itu telah berkata lagi “Eh itu Bu Aidi lagi makan di 8A! ‘Sana yok!” ajaknya, dan kamipun menyetujuinya. Sekedar info, Bu Aidia atau nama aslinya Bu Ida, adalah guru baru yang baru masuk tahun ini dan mengampu mapel Bahasa Indonesia untuk kelas 8.
“Cie, Bu Ida makan geprek.” Ucap Viola setelah masuk ke dalam kelas 8A. akupun nelakukan hal yang sama seperti yang Viola lakukan. Setelah puas, Kami bertiga menghampiri Ceissa yang tengah berada di pojok kelas. Melihat ada permen di meja Ceissa, aku dan Gita langsung mengambil permen tersebut.
Dari tiga permen, hanya tersisa satu dan dimakan oleh Ceissa. Viola yang tak mendapat permen pun merajuk meminta permen pada Ceissa. “Tuh, minta Ela.” Ucap Ceissa sambil melihat Ela yang duduk dua bangku didepannya. Serentak, aku Gita dan Viola menghampiri Ela dan meminta permen secara halus pada Ela.
“Ela cantik, minta permen oke?” Viola langsung kabur setelah mengambil permen tersebut.
“Ela kamu cantik sekali.” “La, kamu orangnya kok baik?” “Buket keren gila!” “Ela the best!” ucapku dan Gita bersahut-sahutan sebelum mengambil permen milik Ela. Si Empunya permen hanya tertawa sesekali mengangguk-anggukan kepalanya.
Setelahnya, aku Gita dan Viola duduk di bangku kecil-yang biasa digunakan guru untuk menulis di bagian atas papan tulis-yang berada di bagian depan kelas 8A.
Kami bertiga berbincang ringan sebelum akhirnya tiba-tiba Gloria datang dan berkata pada Gita bahwa dia akan menceritakan sesuatu. Aku, Gita dan Viola hanya menatap Gloria bingung karena setelah mengatakannya, Gloria pergi ke tempat Ela. Entah apa yang mereka lakukan, yang jelas setelah itu, Gloria, Ela da nada satu teman kami, Shinta duduk lesehan di depan kami.
“1.Ngopo, Glo?” ucap Gita dengan bahasa daerah kami, Bahasa Jawa. Gloria berdehem sebentar. “Jadi gini,” tiba-tiba Ceissa datang dan membuat Gloria terpaksa menghentikan sebentar kata-katanya.
“Jadi,” Gloria memulai kembali, tapi tiba-tiba Nesye dan Neiysa datang dari luar kelas dan langsung bergabung bersama, dengan rusuh. “Kenapa to? Kenapa?” jawab Nesye yang langsung duduk di sebelah Gloria dan membuat Gloria sedikit berdecak.
“Ini Secret of Anabel. Panggil aja langsung si Kintan sama Ika!” ucap Gloria yang sedikit emosi. Tapi belum sempat ada yang memanggil kedua makhluk itu, tiba-tiba saja, Kintan dan Ika datang dan seketika kami semua berkumpul di depan kelas ‘orang’.
Tapi dengan berkumpulnya kami semua plus Shinta, bukan berarti Gloria bisa bercerita dengan lancar. Banyak halangan yang kami hadapi. Dimulai dari Nesye yang tidak segera mengerti maksud dari setiap kata yang Gloria utarakan, guru yang tiba-tiba masuk, Bu Aidia yang menguping, anak lain yang tiba-tiba datang dan menguping, dan masih banyak lagi. Karena kegagalan-kegagalan itu, akhirnya kami memutuskan untuk berbicara di tangga yang notabene merupakan tempat yang sepi.
Dan disinilah kami sekarang, dengan member yang sama. Dan Gloriapun mulai bercerita. Sekitar sepuluh menit Gloria bercerita, akhirnya kami semua bisa mengerti maksud ceritanya. “Ya, 2.ngono! Deknen ki pekok ndadak ngomong-ngomong, padahal lak aku yo ora ngomong ngono to? Aku ki ra pengen nggawe iki dadi dowo urusane. Neng nek deknen ngono yo piye?” ucap Gloria dengan 95% Bahasa Jawa.
Kami semua tak bisa berkomentar banyak, karena ini sebenarnya merupakan masalah pribadi Gloria dan ‘adik’ serta adik kelas kami. Dan ditengah suasana yang cukup serius itu, tiba-tiba suara bel berbunyi dan kami semua membubarkan diri secara serentak.
Dan entah ide dari mana, tiba-tiba para penghuni kelas 8A menahan Gita untuk masuk kedalam kelasnya dan menarik paksa Gita untuk masuk di kelas 8A. Dengan segala penuh perhatian, aku berjalan melewati 8A untuk pergi ke kelasku tanpa ada niat menolong Gita, oh ada. Aku mengucapkan “Ddadah, Gita!” sebelum aku menghilang di belokan.
Entah apa yang terjadi pada anak itu.
 
Note : 1. Ngopo Glo? = Kenapa Glo?
           2. .Ngono! Deknen ki pekok ndadak ngomong-ngomong, padahal lak aku yo ora ngomong ngono to? Aku ki ra pengen nggawe iki dadi dowo urusane. Neng nek deknen ngono yo piye? = Gitu! Dia tuh payah pake acara bilang-bilang, padahal kan aku ya enggak bilang gitu, to? Aku tuh gak mau bikin (masalah) ini jadi panjang urusannya. Tapi kalo dia gitu ya gimana?

Terus vote and comment ya guys!

The Zomplak Generation *anabelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang