KASUS 2
Seluruh siswa bertebaran menjauhi area sekolah begitu bel telah berbunyi dengan nyaringnya. Nada, Vivi, Alya juga Rasty, yang memang setiap hari pulang bersama, kini berjalan beriringan menuju parkiran sekolah. Mereka adalah siswa kelas XII yang tergabung dalam geng paling berpengaruh di sekolah. Mereka juga termasuk tipe cewek fashionable yang setiap langkahnya selalu mengundang decak kagum sekaligus tatapan iri dari cewek-cewek di sekitarnya. Lantas, apa hubungannya dengan kasus Sabrina?
Semuanya bermula ketika mata dengan lensa kontak warna abu-abu milik Alya, menangkap sosok seorang cewek yang berjalan sendirian memasuki area parkir. Sekilas, cewek itu terlihat normal dengan seragam putih abu-abu yang masih baru yang menandakan bahwa dia siswa kelas X, namun ada sesuatu yang membuat Alya menghentikan langkahnya demi mengamati cewek yang satu itu.
"Rasty, lo liat deh cewek yang satu itu!" seru Alya tiba-tiba.
"Yang lagi jalan sendirian itu?" tebak Rasty, ikut memandangi cewek yang tidak lain dan tidak bukan adalah Sabrina.
Alya mengangguk sesaat.
"Rapi, seragamnya baru! Anak kelas X deh, kayaknya..." komentar Rasty, yang otomatis mengundang kedua temannya yang lain untuk ikut mengamati Sabrina.
"Oh my God!" pekik Nada tiba-tiba. Tanpa babibu, cewek itu langsung berlari menghampiri Sabrina. Ketiga cewek lainnya otomatis menyusulnya di belakang.
Dengan kasar, Nada menarik bahu Sabrina dari belakang. Hal itu kontan memaksa Sabrina untuk berbalik badan dan berhadapan dengan keempat cewek yang sama sekali belum dikenalnya.
"Maksud lo apa, make style kayak gini ke sekolah, hah? Mau ngikutin gaya gue lo? Heh, asal lo tau ya, muka pas-pasan kayak lo tuh nggak pantes make aksesoris gituan, dasar plagiat!" Nada nyerocos tanpa henti di hadapan Sabrina yang masih terbengong-bengong memandangnya.
Sabrina memang hanya bisa bengong. Pertama, karena aksi plagiatnya tertangkap basah. Dan kedua, karena nggak tau harus ngomong apa. Mengenai aksi plagiat ini, Sabrina memang dengan sengaja melakukannya.
Kemarin, waktu jalan-jalan di toko tas dan sepatu, Sabrina melirik satu set aksesoris dari kulit yang motif dan warnanya senada yang berisikan satu tas, sepasang sepatu, sebuah bando beserta tali jam tangan yang dianggapnya begitu lucu. Dengan harga yang ternyata cocok di kantongnya, Sabrina akhirnya membeli benda itu walau ia sendiri tahu telah ada kakak kelas di sekolah yang memakainya. Karena telah terlanjur menyukai aksesoris itu, Sabrina memberanikan diri untuk memakainya hari ini, walau dengan resiko akan berujung seperti sekarang ini.
"Heh? Ngapain lo bengong aja, plagiat?" teriak Nada, bahkan kini cewek itu mulai menjambak rambut Sabrina dengan sadisnya.
Sabrina yang merasa tak bisa kabur akibat dikerumuni empat cewek di sekitarnya, hanya bisa mengeluarkan senjata terakhirnya, yaitu: sandiwara.
Dengan rambut yang masih dijambak Nada, juga kedua lengan yang kini dipegang erat-erat oleh Rasty dan Alya, Sabrina bersiap melancarkan aksinya. Cewek itu mengalihkan fokus pandangannya ke langit dengan bola mata yang sengaja dipelototkan. Lalu didetik berikutnya, ia mulai kejang-kejang.
"Lho, lho... Nad, kenapa nih cewek, Nad?" tanya Rasty kebingungan.
"Ma... mana gue tau?" Nada spontan menghentikan aksinya menjambak Sabrina. "Heh, kenapa lo? Kok kejang-kejang gitu?" tanya Nada. Agak ketakutan, ia menepuk-nepuk pipi Sabrina.
Mendengar suara-suara bernada panik itu, ingin rasanya Sabrina tertawa sekeras-kerasnya. Namun yang ia lakukan malah mengejang-ngejangkan tubuhnya dengan semakin bertenega. Hasilnya yaaa cewek-cewek itu semakin panik dibuatnya. Hahahaaaa... Rasain lo!
"Nad, gimana dong ini, Nad?" kini giliran Alya yang mengemukakan kepanikannya.
Namun sebelum Nada memutuskan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya, Sabrina yang masih dipegangi Alya dan Rasty, yang tadinya kejang-kejang nggak keruan, kini malah lemas tak bertenaga. Juga kedua bola mata yang tadinya melotot kini terpejam dengan erat. Sabrina (pura-pura) pingsan!
"Kabur aja kabur!" usul Vivi, yang sejak tadi hanya diam tanpa kata.
"Kabur? Terus ini cewek, kita biarin aja pingsan di sini gitu?" tanya Rasty, agak keberatan.
"Udah tinggalin aja, ntar juga ada yang nolongin..." tambah Alya, setuju dengan usul Vivi.
"Ya udah, kalo mau kabur buruan... mumpung belum ada yang liat!" perintah Nada akhirnya, panik, dan juga takut.
Atas perintah itu, kedua cewek yang tadinya memegangi tangan Sabrina kontan melepasnya begitu saja, membiarkan tubuh Sabrina terkulai lemas di atas aspal area parkiran sekolah. Mereka berempat segera berlari menuju Honda Jazz merah milik Vivi, dan langsung tancap gas dengan kecepatan penuh.
Pada akhirnya, yang tertinggal hanyalah Sabrina dengan cekikikan dalam kepura-puraan pingsannya.
***Voment please... jangan keenakan baca, jadi lupa ngevote :)
![](https://img.wattpad.com/cover/100530317-288-k313848.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Seniority [Completed]
Novela JuvenilIni tentang masa SMA. Masa SMA yang hanyalah fiktif belaka, di mana penindasan merajalela... Di mana harga diri direndahkan, ternoda dan terinjak-injak... Di mana patuh pada senior merupakan kunci utama untuk dapat bertahan dari segala macam ancaman...