Enam : Mega Jingga

35 22 13
                                    

06

Mega Jingga

RARAS POV

14.15 pm

"Ras, bangun. Udah sampai " ucap seseorang sambil menepuk-nepuk pipiku pelan, yang aku yakini itu adalah Ananta.

Dengan gaya seperti orang baru bangun tidur, aku membuka mataku perlahan. Terpana dengan pemandangan di depanku.

Alam.

"Nan? Beneran disini tempatnya? Dimana yang lain?" Tanyaku kaget setelah melihat pemandangan alam yang indah didepan.

"Ahahah, iya disini neng Raras. Udah pada kumpul disana tuh, yuk ah" Jawab Ananta pelan sambal melepas seatbeltku

.

.

"Eeehh, Si Boss dan pasangannya sudah datang. Ayo beri hormat" Sambut Ando sambil membungkukan badannya saat mmelihat aku dan Ananta masuk, diikuti beberapa temannya yang lain yang ikut membungkuk.

"Waaah, budak yang tau diri. Bagus yaah, sinih cepet pijitin bossmu ini. Lelah nyetir dari tadi" Balas Ananta sambil menyodorkan tangannya ke Ando yang mengundang gelak tawa teman-teman

"Apaan sih Nan. Udah lah main boss-bossan nya. Sekarang jadi bos beneran aja, bayarin kita-kita makan yaa" Rayu Ando sambil mengelus-elus lengan Ananta

"Iiih.. Jijik aah.. Ngga suka sama Ando. Eheh jangan mau temenan sama Ando yaa, dia belum cebok. Jadinya ngelapin ke bajuku nih" Jawab Ananta enteng yang langsung dihadiahi pukulan di lengan kekarnya

"Heey heey bocah, udah lah. Mending bahas yang lain kali, yang lebih produktif. Kalo ngga makan dulu nih, kasian makanannya" Lerai Shinta, Si Seksi Acara yang punya wajah menyenangkan itu

Tak butuh waktu lama makanan yang siap di meja bundar kami habis. Diselingi obrolan yang ngalor-ngidul membuatku nyaman berteman dengan mereka. Memang benar ya, cara seperti ini efektif untuk mempererat hubungan kerjasama.

Aku memang belum terlalu lama mengenal beberapa diantara mereka. Seperti Feli si kucing betina yang blak-blakan, Bimo dengan segala ke-jayus-annya, Rifki dengan sikap alim dan polosnya, dan eehemm-Kevin yang ternyata gokil juga.

Oiya, btw kalian masih ingat Kevin? Ya, dia mantan gebetannya Ays. Fyi aja sih, Kevin itu orangnya tinggi, putih, alisnya tebal, jago basket, kalo ketawa mah ngga nanggung-nanggung, bisa merem kalo ketawa. Aku juga masih ngga habis piker sih, kenapa Ays ngga mau nerima Kevin waktu itu. Tapi yaaaa paling-paling karena masih stuck sama Barra.

.

.

Eheem.. setelah kurang lebih 2 jam bersama orang-orang itu dengan obrolan yang yaaa.... Banyak manfaat, kita mengakhiri perjumpaan sampai disini. Tapi sejujurnya, aku masih ingin berlama-lama dengan kondisi yang seperti ini. Apalagi langit yang kian menjingga, membuatku betah berlama-lama bersama alam.

"Ras, kamu baliknya sama Ananta? Ati-ati ya, takut nanti ditembak. Hahahahaaa, duluan yaaa" Teriak Feli sambil berlari menghindari amukan Ananta

"Dasar kucing gede betina. Jangan dengerin dia, Ras. Kamu duluan aja ke mobil, akum au ke toilet sebentar." Ucapnya sambil memberikan kunci mobilnya kepadaku.

Aku berjalan menuju mobil Ananta yang lumayan dekat terparkir. Sambil jalan, mataku tak lepas memandangi langit senja itu. Hingga akhirnya aku memutuskan duduk di rumput dekat mobil Ananta menghadap ke tempat persinggahan matahari sore itu. Aku duduk di rumput, di antara rindangnya dua pohon pinus, diantara kerinduanku pada alam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOUNTAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang