Two

453 84 23
                                    

Seokjin mengerang dalam tidurnya, badannya bermandi keringat dan  membasahi piyama yang ia kenakan, seperti malam-malam sebelumnya, mimpi yang sangat menakutkan itu menghampirinya lagi, mimpi yang membuatnya jadi seorang pengecut yang bahkan membuatnya kehilangan jati dirinya sendiri..

Seokjin mendudukan dirinya, mengusap kasar permukaan wajahnya yang basah, nafasnya masih memburu, terengah. wajahnya merah padam. Ia memeluk kedua kakinya yang menekuk, menyembunyikan wajahnya yang sangat menyedihkan.

"Maafkan hyung Jiminie, Maaf..." bisiknya lirih, ditengah isakannya..

**

Flashback..

Seokjin kecil sedang berlari mengitari Taman dengan riangnya, tak jarang ia menyapa semua pekerja yang sedang merawat tanaman di halaman belakang rumahnya, Seokjin itu anak ramah, baik hati meskipun ia dari keluarga terpandang namun sikapnya tidak angkuh sama sekali..

Ia masih asik bermain, berlari kesana kemari hanya untuk mengejar seekor kupu-kupu, sambil tertawa riang lalu bernyanyi dengan suara khas anak kecilnya, hingga sebuah suara menginterupsi nya, menghentikan semua kegiatan bermainnya..

"Tuan muda, sudah cukup bermainnya untuk hari ini, saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda berendam" ucap pelayan Seo, pelayan pribadi Park Seokjin..

"Yaahhh.. tapi Ahjumma, kupu-kupunya belum tertangkap" balas Seokjin, dengan wajah cemberutnya yang lucu..

Pelayan Seo menghampirinya, mengusap lembut rambut hitam Seokjin perlahan lalu tersenyum menenangkan..
"Besok kan bisa dilanjutkan menangkap kupu-kupunya, lagipula tuan muda Jimin sudah menunggu anda untuk bermain dengan Tuan muda Seokjin.."

"Eung.. Chimm?? Baiklah!! Ayo kita main dengan Chim..." final Seokjin, raut wajahnya yang semula Cemberut kini berubah ceria, karena dia akan menghabiskan watunya bersama adik kecil kesayangannya.. lalu ia menghampiri pelayan Seo dan menggandeng tangannya lalu berjalan  berdampingan menuju mansion mewah nya..

**
Seokjin kecil sudah berpakaian rapih, sedari tadi senyuman di wajahnya tidak pernah luntur, ia membayangkan ekspresi menggemaskan dari sang adik nanti, karena ia akan membawakan sebuah boneka mario baru, ia sudah membayangkan pasti adiknya akan sangat merasa senang..

"Tuan muda, anda sudah siap ??, mari biar saya antar"

"Eungg!!" Seokjin mengangguk semangat, lalu ia berjalan menghampiri Bibi Seo yang sudah menunggu nya di bibir pintu, tak lupa ia memeluk boneka mario dengan sedikit kesusahan karena ukurannya setara dengan ukuran tubuhnya, dan ia menolak untuk di bantu oleh bibi Seo..

Saat Seokjin sedang berjalan kearah kamar adiknya, yang memang berdampingan dengan kamar kedua orang tuanya, Seokjin mendengar suara yang sangat ribut, mulai dari pecahan kaca dan isakan seseorang..

"Eomma.. " ucap Seokjin perlahan, karena ia mendengar suara tangis dari ibunya, saat Seokjin hendak menghampiri kamar kedua orang tuanya namun tangannya ditarik oleh bibi Seo yang sedari tadi berdiri di belakangnya..

"Tuan muda, sebaiknya anda bermain saja denga Tuan muda Jimin, pasti dia sudah menunggu.."

"Tapi Eomma menangis di dalam, bagaimana kalau Eomma terjatuh?"

"Tidak tuan muda, lagipula di dalam ada Tuan Park, Nyonya pasti baik-baik saja"

"Tidak mau, pokoknya aku harus lihat ke dalam, Ahjumma jangan melarangku!" Ucap Seokjin bersikeras, ia memelototkan matanya yang mungil pada Bibi Seo..

"Tapi tuan muda.."

"Ku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga Ahjumma masih disini aku akan berteriak!!!"

Dandelion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang