Four

356 69 17
                                    

Jungkook membating pintu kamarnya dengan kasar, seusai perdebatannya dengan Namjoon di ruang rapat kantor polisi tadi, dia langsung meninggalkan tempat itu tanpa memberi laporan terlebih dahulu pada atasannya..

Jungkook menghempaskan tubuhnya di atas kasur tanpa melepas sepatu yang masih melekat di kakinya, juga seragam tugasnya, Jungkook mengusap wajahnya kasar, merutuki kebodohannya dalam mengambil keputusan seperti tadi, bagaimana bisa ia dengan tololnya mengajukan diri atas hal sebesar ini.. Sumpah! Ini bukan keinginan Jungkook sama sekali, namun semakin ia mengabaikan semua kasus yang menjerat Park Chanyeol rasanya seperti ada yang menggelitik hatinya, sesuatu seperti ada yang menarik atensi dan pikirannya..

"Sebenarnya ada apa dengan ku!?" Geramnya frustasi..

Jungkook melirik kearah kamera yang menggantung di dinding kamarnya, tersenyum miris, lalu beranjak meraihnya. sungguh,. Menjadi seorang polisi bukanlah keinginannya, dia bahkan tidak memiliki keahlian apapun saat sedang memegang semua jenis senjata api, padahal selama hidupnya ia dididik dengan sangat keras, ayahnya adalah seorang pendikte yang handal, mungkin karena ayahnya seorang jendral, namun karena didikan yang seperti itu pula yang menjadikanya seorang yang sangat tertutup, sangat dingin dan tak perduli dengan lingkungan sekitarnya, namun untuk yang pertama kali dalam hidupnya, hatinya tergugah seperti memiliki rasa tanggung jawab atas semua kasus yang menjerat Park Chanyeol.

Jungkook melihat ulang hasil potrettan yang ada dalam kameranya yang selalu ia sembunyikan, karena jika ayahnya tau ia masih menyimpan kameranya, bisa dipastikan ayahnya akan marah besar, bisa gawat jika sampai hal itu terjadi, Jungkook tak mau mati di usia muda.

Hasil photo yang Jungkook hasilkan sangat mengaggumkan, ia memang memiliki keahlian khusus dalam bidang photography, ia masih melihat-lihat hasil karyanya, hingga jemarinya terhenti untuk menekan tombol selanjutnya, kala sebuah photo yang langsung merebut semua fokus nya, sebuah photo yang ia ambil empat tahun  yang lalu, saat ia dan ayahnya mendatangi kediaman megah Park Chanyeol, yang saat itu mengadakan pesta kelulusan putra tunggalnya, dan menjadi pertemuan pertamanya dengan sesosok malaikat yang bersembunyi di balik jendela kayu di bagian belakang istana itu,.

Jungkook tersenyum penuh arti saat melihat photo itu, entah kenapa jantungnya selalu berdesir hanya dengan melihat mata sayu yang seolah sedang menatapnya.

"Sebenarnya siapa dirimu? Kenapa kau membuatku dalam masalah sepelik ini?"

Ucap Jungkook frustasi, lalu mengacak rambutnya asal..

***

Pagi ini Taehyung bangun dengan seorang wanita berambut blonde di pelukannya, ia ingat, semalam setelah ia mengatar Seokjin hingga ke depan pintu rumahnya, ia tak langsung pulang menuju apartemen nya melainkan membelokan mobilnya menuju bar murahan yang ia jumpai di pinggiran jalan, ia tak perduli bar macam apa yang ia singgahi yang penting bar tersebut menjual berbotol-botol Vodka karena hanya itu yang ia butuhkan..

Taehyung menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari tubuh polos yang tengah memeluknya, kepalanya terasa berputar sekarang, terasa sangat sakit seperti ribuan jarum menghujani kepalanya, entah berapa botol Vodka yang ia habiskan semalam, hingga mampu membuatnya sekacau ini,

Taehyung meraih ponselnya yang sudah tergeletak di bawah sofa, ah iya Taehyung baru tersadar jika semalam ia bercinta di atas sofa yang tidak terlalu besar, pantas saja badannya terasa sangat hancur..

46 panggilan tak terjawab
Dan beberapa pesan singkat, yang kesemuanya berasal dari Seokjin, Taehyung berdecih tak suka, selalu saja Seokjin tau cara memporak-porandakan hatinya.

Taehyung mendudukan dirinya di lantai lalu menyenderkan tubuhnya di badan sofa, ia melirik sekilas wanita yang ia tiduri semalam yang masih betah menutup matanya, entah masih bernafas atau tidak, mengingat seberapa kasarnya Taehyung menggaulinya semalam.

Dandelion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang