Happy reading&sorry for typo
Maul POV
TEEEETTTT!!!
Mau gak mau gue langsung buka mata dan loncat dari tempat tidur, dijam dinding jelas kelihatan kalo ini masih jam 4 subuh. Dan ternyata gak cuma gue yang ke bangun karena alarm sialan yang bunyinya kayak toak masjid itu. Diseberang kasur gue pun Mario kelihatan sedang memakai kaosnya dengan panik.
Gue kaget banget karena ruangan tidur kami yang lebar ini, tiba tiba menyempit, dari sisi kanan dan kiri tembok yang bergerak memusat ke tengah. Jadilah kami terhimpit dua tembok yang makin lama makin sempit.
"Ayo keluar semuanya! Ikutin gue!". Itu suara Vino yang berdiri dibalik pintu.
Untungnya gue dan temen temen gue ini pada kurus, jadi kita langsung nyelip diantara tembok untuk keluar lewat pintu, dan bodohnya gue, gue lupa pake sendal. Jadilah kaki kaki imut gue ini terpaksa harus menjamah dinginnya tanah lembab kotor yang habis kena air hujan.
Vino langsung bawa kami turun tangga dan lari ke lapangan didepan asrama. Kami semua langsung duduk disana dan coba buat balikin nafas yang makin tersengal karena panik dan lelah.
"Hhh... Itu.. Tadi hh.. Kenapa ya? Hhh". Mario tutur nya udah mulai ngelantur. Nafasnya pun udah gak teratur.
"Gue gak tau Mar". Jawab Si Nabil.
Kita semua sibuk dengan diri masing nasing yang masih shock.
"Itu bagian dari tes pertama kalian". Tiba tiba Coach Melody datang dengan membawa sebuah tab elektronik ditangannya.
"Tes? Lo mau bunuh kita apa? Tes apaan kayak gitu?!". Gue langsung tersulut emosi.
Dia santai-santai aja, padalah dia tadi hampir aja mau bunuh kita semua.
"Tapi gak ada yang terbunuh kan? Ini baru tes pertama dan kamu udah ngeluh". Katanya sombong banget. Kalo aja dia bukan cewek udah gue gerauk tuh muka pucetnya yang ngeselin.
"Ini tes kan? Jadi gimana nilai kami?". Tanya Shani. Kelihatannya dia udah lebih tenang.
"Pertanyaan bagus". Shani tersenyum.
"Nilainya buruk! Gak ada kerja sama team, gak ada rasa kebersamaan, semuanya egois! Mikirin diri masing masing!". Kami semua terkejut. Gue tadinya ngira coach akan muji kami semua karena berhasil keluar dari kamar dengan mudah."Hah?! Tapi kan kita semua selamat! Gak ada yang luka". Elak Si Boby.
"Gak ada yang luka?". Coach Melody langsung menarik Gracia yang duduk dibarisan paling pojok.
"Lihat ini!". Dia langsung nunjukin lengan Gracia yang berdarah dan pergelangan kakinya yang biru-bur lebam. Mungkin kejepit atau kepentok benda yang ada disana.
"Kalian sibuk selamatin diri sendiri, gak ada yang peduli sama Gracia! Bahkan partnernya sendiri pun malah kabur". Semua mata langsung tertuju pada Frans yang nunduk aja.
Kalau disini gak ada coach Melody mungkin udah abis dia gue hajar.
"Bego lo Frans!". Sahut gue. Frans matanya langsung melotot, tapi gue sama sekali gak takut.
"Berdiri semuanya! Baris yang rapih!". Gak tau dari mana tiba tiba coach Kinal datang. Dia udah pake pakaian training hitam lengkap.
Coach yang lain berpakaian sama nyusul dibelakangnya.
Kita semua langsung berdiri dan baris rapih disamping partner masing masing.
"Ikut saya!". Itu suara Coach Jeje.
Kita semua ngikutin coach Jeje dari belakang. Sementara coach yang lain malah berunding gak jelas gitu.
Coach jeje bawa kami ke ruang ganti pakaian, gak cuma baju dan celana yang bentuknya unik-unik aja, didalam ruangan ini juga ada banyak aksesoris dan senjata tajam gitu.