2. Tentang nya

27 4 0
                                    

"Terkadang, belum tentu yang baik nyata nya juga baik. Namun satu dari seribu, nyata nya sebalik nya"

-Lost His Struggle

                                ¤ ¤ ¤

Dito menimang-nimang ponsel nya dengan perasaan yang campur aduk menjadi satu.

Dia ingin sekedar mengirim chat pada Kankan. Perempuan yang disayangi nya saat ini. Namun diri nya terlalu malu untuk memulai nya. Membuat diri nya kebingungan bukan main.

Dito menghempaskan tubuh nya kembali di ranjang nya. "Gue harus chat Kankan!" Seru nya menyemangati diri nya sendiri.

Dengan lihai, jari-jari nya menari-nari diatas layar ponsel nya. Mengetikan sebuah pesan singkat untuk seseorang.

To: Kankan
lo anak kelas 10 IPS 6 kan?

"Gue harus nyari tau tentang nya lebih jauh," putus nya.

To: Tanu
Lo harus bantuin gue Tan.

Baru 3 menit Dito mengirimkan pesan pada Tanu teman sekelas nya, yang juga merupakan teman Kankan, langsung membalas chat Dito dengan cepat.

From: Tanu
Bantuin apaan dah? Gue yakin pasti ada maksud tertentu nih.

To: Tanu
Lo temen nya Kankan kan? Bantu gue deketin dia dong Tan.

From: Tanu
Ngomongin nya di sekolah ajalah nanti. Jangan di chatan!

To: Tanu
Oke.

Read

"Beruntung Tanu lumayan deket sama Kankan. Jadi bisa buat di mintain tolong," Dito tertawa pelan sambil kembali meng scroll akun Intagram milik Kankan di ponsel nya.

"Dia cewek baik-baik ternyata. Foto-foto nya kalo nggak sama temen sama keluarga nya doang," kata nya pada diri nya sendiri. Sambil sesekali tersenyum, Dito membayangkan wajah lembut Kankan. Yang selalu saja menampilkan senyuman manis nya.

                                 💦💦💦

"Kenapa kalian selalu aja sibuk sama pekerjaan sih?" Tanya Levano kesal.

Terdengar helaan nafas di sebrang sana. "Kita kerja juga buat kalian. Bukan buat orang lain." Sahut nya dengan tegas.

"Yang kita butuhin itu kalian pah, mah! Bukan uang kalian!" Seru Levano kesal. Kemudian mematikan sambungan telepon nya sepihak.

Diri nya kesal dengan kedua orang tua nya yang selalu saja memikirkan pekerjaan dibanding diri nya dan Levana.

Berulang kali, bahkan ribuan kali Levana selalu saja mengeluh pada nya karena sangat merindukan kedua orang tua nya, yang tinggal di luar negeri untuk sementara waktu karena urusan pekerjaan.

Levano sangat benci jika Levana harus mengeluh dan menangis karena sesuatu yang terjadi pada nya. Karena begitu sayang dengan kembaran nya itu, Levano bahkan tidak ingin memafkan orang yang sudah menyakiti adik nya itu.

"Pasti sama lagi kan alasan nya?" Tanya Levana yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar nya.

Levano mengangguk pelan. Kemudian menepuk pelan tepi ranjang, memberi intruksi pada Levana agar duduk disamping nya.

Saat Levana sudah duduk disamping nya, dengan lembut Levano mengusap punggung adik nya itu dengan sayang. Berharap kerinduan nya terhadap kedua orang tua nya bisa menghilang seketika.

"Nggak usah dipikirin yah Lev. Nanti kalo pekerjaan mereka disana udah kelar, juga bakalan pulang," kemudian dengan susah payah, Levana mengangguk mengerti.

'Levana bener-bener rindu sama kalian' batin Levana berseru lirih.

                              💦💦💦

"Kankan orang nya gimana Tan?" Tanya Dito pada Tanu yang duduk disamping nya.

Tanu hanya menampilkan wajah jahil nya saja. "Dia baik, care juga sama setiap orang. Pokonya dia terlalu baik sih kalo menurut gue buat lo," Tanu tertawa meledek.

"Bantuin gue dong biar bisa deket sama dia," Dito menatap Tanu sambil tertawa pelan.

"Lo sering chat dia aja. Kasih dia perhatian lebih. Ya pokonya bikin dia itu nggak bosen deh sama topik yang lo bicarain. Gue yakin pasti dia bakalan bales chat lo. Dia nggak sombong kok orang nya."

"Oke. Makasih saran nya," Dito langsung melengos pergi kembali ke tempat duduk asal nya. Disamping Levano.

"Lo kenapa sama Tanu?" Tanya Levano heran.

"Adalah. Urusan masa depan," Dito menampilkan wajah bahagia nya dengan sangat kentara. Membuat Levano sangat ingin mengetahui apa yang sebenar nya sedang dilakukan nya dengan Tanu.

"Lo lagi deket sama anak kelas 10 IPS 6 yah Dit?" Tanya Levano saat pikiran nya kembali ingat akan suatu hal.

Dito memicingkan mata nya pada Levano. "Tau dari mana lo?" Tanya nya.

"Tadi ada anak kelas IPS 10 6 yang nanya ke gue tentang lo," jawab Levano sambil mengedikan kedua bahu nya tidak perduli.

Dito langsung menatap Levano tertarik akan pembicaraan nya barusan. "Nanya gimana emang Van?"

"Gini, 'temen nya Dito yah?' Terus gue jawab iya. Terus dia ngomong lagi gini 'Bilangin Dito yah dapet salam kangen dari Kankan' eh abis itu langsung pergi. Seriusan lo lagi deket sama Kankan emang nya?" Tanya Levano intens.

"Cuma sekedar sering gue chat doang sih dia. Tapi gue suka sama dia," jawab Dito jujur.

Seketika rahang Levano mengeras mendengar penuturan jujur Dito. "Gue keluar dulu," kata Levano datar. Dan bergegas pergi tanpa memperdulikan tatapan heran milik Dito.

"Selalu aja kayak gitu," gumam Dito pelan dengan diiringi cibiran.

                             💦💦💦

"Dia tuh busuk," seru nya kesal. Kentara sekali dengan nada bicara nya yang tinggi.

Levano memicingkan mata nya tak percaya. "Bukanya dia anak baik-baik yah Dit?" Tanya nya pada Ladit.

"Itu alasan utama gue nggak mau bantu Dito deket sama sih Kankan," Ladit menormalkan nada bicara nya kembali.

"Lo bercanda. Semua guru, bahkan semua murid aja banyak banget yang bangga sama dia karena selain pinter, dia juga punya akhlak yang baik," Levano tertawa pelan. Berusaha mencairkan suasana yang sangat tegang bagi nya saat ini.

"Gue lebih kenal Kankan dari pada lo, Dito, ataupun Tanu sedikit pun. Walaupun, yah... dia temen deket nya. Bahkan sahabat nya Kankan sendiri aja ogah-ogahan maen sama dia sebener nya," Ladit memberitahu sedikit tentang Kankan.

Awal nya Ladit bingung karena Levano tiba-tiba menemuin nya yang sedang memperjuangkan perasaan nya terhadap Levana, kembaran nya.

Setelah menceritakan maksud nya menemui Ladit secara tiba-tiba, akhir nya disinilah mereka berada. Di taman belakang sekolah-membicarakan orang yang sedang digila-gilai oleh sahabat nya yang juga disukai oleh kembaran nya.

"Gue harus nyari tau tentang itu secara lebih detail," kata Levano sambil membuang pandangan nya dengan kesal.

Kemudian dia melengos berjalan pergi tanpa menghiraukan Ladit. Saat ini pikiran nya benar-benar kacau karena memikirkan bagaimana perasaan kembaran nya. Jika dia mengetahui, bahwa perasaan nya pada Dito memang tidak akan pernah ada balasan nya sedikitpun.

                            💦💦💦

Haaiiii🙅

Maafkan gue yang udah mau ngebuat cerita abal nggak jelas ini yah wkwk😂
Jangan lupa buat terus voment, dan selalu baca terus kelanjutan nya cerita ini gimana kedepan nya👏

Bye~ ketemu di part selanjut nya 👊

Lost His StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang