Why 1

9 2 0
                                    

Bug!

Grinanda melempar tempat pensilnya tepat dikepala Fino. Untung saja tempat pensil itu terbuat dari kain, bukan baja. Bisa saja kepala Fino mengucurkan darah segar jika tempat pensil itu terbuat dari baja. Fino tersentak, lalu mendekati meja Grina.

"Maksud lo apaan nglempar gue pake ginian? Hah!" bentak Fino pada Grina. Dengan entengnya Grina hanya menjawab

"Lo berisik" kata Grina lalu keluar kelas tanpa mempedulikan Fino yang berteriak-teriak memanggil namanya.

"Dasar lo cewek aneh!" teriak Fino sekencangnya. Namun yang diteriaki hanya memasang earphone di telinganya lalu menyetel lagu sekeras mungkin.

"Awas lo Fin, bentar lagi lo jatuh cinta loh sama dia!" celetuk teman Fino yang membuat Fino menjitak kepalanya.

"Nggak mungkin lah To, orang gue benci banget sama dia!" kata Fino sambil mengekspresikan wajah jijiknya.

"Benci lama-lama cinta loh dan lo perlu tau. Grina tuh cewek yang hits banget tau. Pinter, cantik apa yang kurang coba?" kata Dito lagi membujuk Fino agar terayu oleh perkataannya.

"Dia tuh suka marah-marah nggak jelas, trus malu-maluin lagi. Idih amit-amit gue suka sama dia" Fino lalu menarik lengan teman satu-satunya itu keluar kelas. Dan tujuannya adalah ke kantin.

"Amit-amit apa amin-amin?" goda Dito yang langsung mendapat decihan dari Fino.

"Udah deh, gue potong tuh lidah lo biar diem!" ancam Fino pada Dito.

"Iya deh serah lo ae" kata Dito yang lalu berjalan mendahului Fino dan duduk dikursi kantin yang memang disediakan untuk para murid.

"Mau pesen apa?" tawar Fino pada Dito. Entah kena angin apa dia semalam hingga mau mentraktir Dito dan lebih spesialnya lagi dia yang memesannya. Biasanya dia hanya menyuruh-nyuruh Dito untuk melakukan semua hal. Hingga prnya saja terkadang Dito yang harus mengerjakan.

"Mau ntraktir?" tanya Dito dengan penuh tanda tanya pada Fino. Anak ini memang aneh, terkadang baik kadang pula menjadi sangat-sangat manja dan semuanya harus dituruti. Menyebalkan memang mempunyai teman seperti dia, tapi disisi lain dari dia, dia juga bisa menjadi menyenangkan. Aneh.

"Iyalah, yaudah cepet pengen apa?" tanya Fino sekali lagi.

"Kayak biasanya aja deh" jawabnya lalu menggelengkan kepalanya pelan. Dan menatap aneh teman satu-satunya itu yang melewati antrian para siswa dan siswi lain dengan gayanya yang tanpa dosa. Tetapi anehnya semua siswa siswi malah mempersilahkannya untuk memesan terlebih dahulu walaupun dia datang terakhir.

Beberapa siswi disana yang melihat Fino langsung menjerit histeris. Dan yang diteriaki malah menutup telinganya rapat-rapat agar tak mendengar celotehan para fansnya yang memang alayers. Sebenarnya dia juga tak ingin menjadi yang terkenal disini. Tapi apalah daya.

Fino datang sambil tersenyum ria. Dengan wajahnya yang watados, rambut coklatnya yang khas dan urak-urakan seperti orang bangun tidur dan mata hazelnya itu mampu menyihir para kaum hawa SMA GARUDA.

"Napa lo senyum-senyum gitu?" tanya Dito yang melihat tingkah aneh temannya itu.

"Kepo" katanya lalu duduk didepan Dito. Dito yang memang sedang sibuk dengan dunia mayanya pun enggan menanyakan hal yang membuat temannya ini menjadi sangat aneh yang tiba-tiba tersenyum-senyum sendiri.

Setelah 10 menit pun makanan yang Fino pesan langsung datang. Fino memesan untuk Dito yaitu mie ayam dan jus melon kesukaanya. Sedangkan ia sendiri yang memang sangat benci melon pun memesan jus anggur dan seporsi mie ayam. Dengan lahap dan suasana hening menyelimuti acara makan mereka. Walaupun diseberang meja mereka para fansnya yang alayers sedang memperhatikannya saksama dan terdengar pula bisikan-bisikan mereka. Fino yang memang orangnya cuek hanya berpura-pura menjadi orang tuli. Karena memang dalam istilah keluarganya tidak diperbolehkan makan sambil berbicara. Walaupun sebenarnya itu memang harus diterapkan oleh siapapun, namun tau sendirilah. Orang Indonesia jarang sekali mematuhi hal sepele seperti itu.

Gluk!

Tegukan terakhir air minum milik Dito yang tak pernah sisa. Katanya sih mubazir.

"Udah abis kali To, malu- maluin aja lo" kata Fino yang memang menjaga ketat image nya didepan para siswa-siswi disini.

"Paan sih Fin, biarin lah. Kan mubazir" ucap Dito kesal pada Fino. Fino sering sekali seperti itu, membuat temannya itu kesal.

"Udahlah, yuk ke kelas. Bentar lagi matik, marahin pala botak ntar kita!" kata Fino asal-asalan. Fino, orang yang memang sangat berubah drastis jika bersama teman-temannya. Sering berkata berbagai umpatan kepada para sahabatnya. Namun lain halnya ketika dia bersama teman lain. Dia lebih sering diam. Aneh.

"Iya-iya" kata Dito lalu berjalan beriringan bersama Fino. Lagi, tatapan penuh kegembiraan terlihat dimata Fino. Entah mengapa dia seperti ini.

Dito yang sedari tadi hanya memandang lurus arah jalannya pun menatap sahabatnya itu. Mungkin dia heran mengapa sahabatnya itu sedari tadi hanya diam tak bersuara. Biasanya dia mengoceh sepanjang jalan seperti burung beo. Mengapa dia tersenyum-senyum seperti itu? Apa dia benar kekurangan obat? Pikir Dito yang tak masuk akal sama sekali.

"Napa lo? Lo gila apa gimana sih?" tanya Dito. Yang ditanya pun hanya menjawab

"Kenapa? Emang aing kenapa To?" jawabnya mengasal.

"Untung lo temen, kalo kagak gue gorok tuh leher lo. Kesel gue sama lo!" ucap Dito dan yang di kesalinya hanya mengangkat sebelah alisnya dan menatap Dito seakan berkata gaje - bet - lu - To. Yang gaje siapa? Coba.

>>>

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang