Why 3

6 0 0
                                    

Kring! Kring! Kring!

Suara alarm ponselnya membuatnya terjaga dari tidurnya. Ah, mengapa waktu terjadi sesingkat ini. Mengapa Tuhan tak mengizinkanku untuk tidur sekejap lagi. Aku capek. Gumam Grina.

Grina lalu melirik jam yang ada didinding kamarnya. Jam setengah 5 tepat. Grina lalu mematikan alarm ponselnya, lalu segera beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah wudhu, ia pun mengambil mukenanya yang ada di pinggir meja belajarnya lalu melaksanakan sholat subuh.

Setelah berdoa dengan yang Maha Kuasa. Ia pun pergi untuk mengguyur tubuhnya. Gemericik air yang membasahi dirinya membuatnya merasa tenang. Namun dingin merasuki tubuhnya. Dengan segera ia menyudahi acara mandinya.

Seragam sekolah, jepit rambut untuk menjepit poninya, menaburkan sedikit bedak pada wajah mulusnya, memberi sedikit lipgloss *nggak tau tulisannya. Setelah dirasa cukup. Ia pun mengambil tasnya yang telah disiapkan sejak tadi malam sebelum ia tertidur.

Perempuan itu mempercepat langkahnya untuk pergi kearah dapur dan menyiapkan makanan untuknya juga untuk Ayahnya. Makanan sederhana yang selalu ia siapkan. Roti yang dimasak dengan telur juga susu yang selalu disiapkan Grina.

Setelah menyiapkan sarapan, ia langsung mengambil sapu untuk menyapu bagian ruang lantai bawah.

"Grina, sarapan dulu sayang!" ucap Andre

"Iya Papa, Papa duluan aja. Grina bentar lagi nyusul!" jawab perempuan yang sedang sibuk membersihkan lantai dengan sapunya.

Grina lalu melangkah kearah meja makan dan duduk diseberang Andre, Papanya.

"Grina, kamu nanti ada ekstra tidak?" tanya Andre pada anaknya yang tengah sibuk memakan rotinya.

"Kayaknya ada Pa, ekstra modern dance Pa" jelas anak remaja itu yang tengah sibuk akan ponselnya tetapi mulutnya penuh dengan makanan.

"Habiskan makanmu dulu. Lalu berbicaralah!" kata Andre memperingatkan untuk keseribu kalinya pada anak kesayangannya itu.

Sudah sering sekali Andre memperingatkan anaknya itu untuk tidak berbicara pada saat sedang mengunyah makanan. Tapi sepertinya peringatan itu hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Kebiasaan anak muda zaman sekarang.

"Hehe" jawab Grina sambil menyengir kuda. Persis, seperti ibundanya dulu. Ah, lagi-lagi Andre terngiang akan istrinya dulu. Sudah berusaha ia lupakan, namun mengapa sepertinya wajah dan kenangan indah istrinya dulu masih melekat kuat pada otaknya juga hatinya. Jujur, ia sangat tak rela melepaskan istri tercintanya itu. Namun apalah daya, ia tak bisa mempertahankan pernikahannya yang indah itu.

"Pa" panggil Grina yang berusaha membuyarkan lamunan Papanya itu.

"Papa!" panggilnya untuk yang kedua kalinya. Namun yang dipanggil justru tak merespon apapun, pandangannya tetap menuju kedepan. Entah apa yang dipandangnya, hanya ada vas bunga diatas meja yang ada didepan Andre. Aneh. Pikir Grina.

"Papa hellowww!" panggil Grina lagi. Dan kali ini panggilannya itu sukses mendapat respon dari Andre.

"Hah iya Riana" jawab Andre. Ups!, apa yang tadi ia katakan. Apa dia sudah gila, mengapa ia menyebut nama itu lagi didepan anaknya. Pasti anaknya itu akan marah lagi padanya. Ah kenapa kau ini Andre! Bodoh! Bodoh! Bodoh!. Kesalnya dalam hati.

"Papa kangen ya sama Mama?" goda Grina pada Papanya itu.

"Ah tidak tidak, Papa hanya refleks saja tadi. Sudahlah lupakan, apa kau telah selesai sarapannya?" tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ah Papa, iya Grina udah selesai" kata Grina setelah menyeruput habis susunya. "Berangkat kuy Pa!" ajaknya pada Andre.

"Kuy lah" jawab Andre berusaha tak kalah dengan anaknya.

"Papa ini, kayak anak muda aja" ucap Grina pada Andre sambil diselingi gelak tawanya lagi.

"Papa kan gak mau ketinggalan zaman. Apalagi wajah Papa kan masih fresh, kayak anak muda gitu." kata Andre dengan suara dan logat yang dibuat-buat. Grina menggeleng-gelengkan kepalanya untuk kesekian kalinya. Papa aneh, desisnya dalam hati.

" Iyain aja deh biar cepet." kata Grina lalu membuka pintu mobil BMW milik Andre itu dan dengan segera masuk ke dalam mobil itu.

"Grina mah gitu" rajuk Andre pada anak semata wayangnya yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil. Andre yang tak mendapat respon apapun dari Grina lalu mengitari mobilnya dan masuk kedalam mobil duduk dikursi pengemudi. Dengan perlahan ia melajukan mobil BMW putihnya itu keluar dari pekarangan rumah yang tak terlalu luas itu.

Jalanan Jakarta hari ini sangatlah lengang. Dengan kecepatan sedang Andre membelah kota metropolitan ini. Hening. Tak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Grina hanya fokus pada ponselnya. Sesekali ia terkikik sendiri, membuat Andre menatapnya heran.

Andre yang sudah geram menempelkan punggung tangannya didahi Grina. Mengecek apakah suhu tubuhnya normal.

"Papa apaan sih!" kata Grina menepis halus tangan Andre yang kekar itu.

"Habisnya kamu senyum-senyum sendiri kayak orgil tau nggak. Kan Papa jadi takut" jelas Andre yang sesekali menoleh pada Grina lalu fokus pada jalan yang sedang dilaluinya itu.

"Orgil? Apaan tuh Pa?" kening Grina bertautan. Menandakan bahwa ia tak tau apa yang barusan Andre katakan padanya. Bisa dibilang itu umpatan mainstream.

"Orang Gila! Bwahahahaha" tawa Andre pun meledak. Candaannya itupun sukses memajukan mulut Grina 2 senti.

"Iih Papa nyebeliiiin!" suara Grina yang hampir menyamai  Ariana Grande itupun membuat telinga Andre seakan ingin pecah.

"Aduuh anak Papa. Ngomongnya pelan-pelan dong. Ntar nggak mau ada yang macarin lho kalo galak-galak kayak gitu!" kata Andre merayu anaknya itu lagi.

"Tuh kan Papa mah gitu" jawab Grina sebal.

"Yaudah sih, Papa juga becanda kali. Kamu masih mau di mobil Papa?" tanya Andre yang membuat mata Grina langsung melebar dan melihat ke sekelilingnya. Yups, ini adalah halaman sekolahnya. Tepat didepannya pun terpampang tulisan 'SMA GARUDA'. Dengan tergesa-gesa ia menyalami Andre.

"Papa nggak bilang ih. Yaudah Grina masuk dulu ya Pa. Assalamualaikum Papa." kata Grina yang langsung keluar lagi tanpa mendengarkan apa jawaban Papanya itu.

"Punya anak satu kok ribet gitu ya" kata Andre dan dengan tanpa sepertujuannya kepalanya menggeleng. Ia pun melajukan mobilnya meninggalkan sekolahan Grina yang bisa dibilang elite itu.

>>>

Aku mau ngasih tau bentar.

Maaf buat readers yang non-muslim ya.🙏🙏😊😂

Tolong dukungannya ya. Maaf Aku cerewet. Lanjutkan bacanya ya readers!

😚

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang