Why 5

5 1 0
                                    

"Eh Pak Rudi, gini Pak. Tadi kita dihukum." jelas Grina dengan suara nyaris tak terdengar. Mungkin ia malu, karena nota bene nya kan murid teladan yang tak pernah sekalipun namanya tercoret dibuku BK. Dan kakinya pun tak pernah sekalipun menginjak diruang itu. Jadi, secuil masalah yang ia lakukan. Ia merasa masalah itu besar baginya.

"Hah? Dihukum?" tanya Pak Rudi mirip toa. Wajahnya sekarang tak flat lagi. Ia bahkan nyaris seperti orang-orang lebay. Ah Pak Rudi ini ada-ada saja.

"Lah emang kenapa Pak? Kan saya emang biasa dihukum" jawab Fino dengan menunjukkan tidak satupun sifat kesopanannya. Memang dasar.

"Saya nggak nanya kamu Fino. Saya nanya Grina, kamu kan murid yang baik. Kelihatannya sih." kata Pak Rudi memandang Grina dari atas sampai bawah, begitu juga sebaliknya.

Pak Rudi tau namaku dari mana?. Pikir Grina sambil sesekali mengerutkan dahinya. Tak sadar ternyata satu pasang manik mata menatapnya lekat.

"Eh, lo nggak usah bingung kek gitu kenapa Pak Rudi tau nama lo. Kan ada name tag lo." ucap Fino sinis. Sepertinya ia tak ingin ada murid lain yang lebih dikenal darinya. Secara kan ia calon pemilik sekolah ini. Garis bawahi CALON.

"Oh iya lupa gue. Pak Rudi gini ya, tadi Bapak bilang apa? Kelihatannya saya baik, kelihatannya? Pak Rudi saya kan memang murid baik. Nggak kayak tuh sih alien." jelas Grina lembut karena tak terima dia dikatakan murid yang berperilaku tidak baik.

"Lo ngatain gue alien?" tanya Fino sambil mendelikkan matanya tepat dimata Grina.

"Lah siapa yang ngatain lo? Lo aja tuh yang nyadar. Week" kata Grina sambil menjulur lidahnya tanda ia mengejek Fino. Ia lalu bergegas pergi meninggalkan Pak Rudi juga Fino. Bisa gila nanti ia lama-lama disana.

***

"Huft, capek gue" kata Grina lalu duduk dikursinya dan membanting tasnya agak keras tapi pelan agar tak menimbulkan suara bising yang mengganggu.

"Capek kenapa lo?" tanya perempuan yang sedari tadi sudah duduk dikursi samping Grina.

"Masa iya tadi gue disuruh ngecat tembok lab ipa biologi. Ngecat kuku aja belepotan!" ucap Grina kesal. Ya, sebenarnya dia tadi sudah mengecat tembok ruang lab itu. Tapi karena dia yang nggak bisa, hasilnya kayak anak TK ngelukis. BELEPOTAN.

"Hahaha, kasian amat hidup lo. Makanya besok lagi jangan lelet." ucap Chelsa yang tertawa terbahak-bahak.

"Iih lo tuh ya, sahabat sendiri lagi sedih bukannya dibahagiain malah dihina kek gitu. Sakit kokoro gue. Huhuhu" Grina pun mengekspresikan wajahnya berpura-pura menangis. Dan itu malah membuat Chelsa tertawa lebih kencang lagi.

"Ih jibang gue." kata Chelsa sahabatnya itu. Sebenarnya sahabat Grina tak hanya Chelsa yang sekarang duduk sebangku dengannya. Ada Lunetta juga Zarra. Chelsa Anindya, cewek tomboy seperti Grina yang dulu mantan geng bullying disekolahnya. Tapi tenang, sekarang dia sudah tak pernah melakukan pekerjaan sampingannya setelah pelajar itu. Karena berkat jurusan kata-kata para sahabatnya itu.

Lunneta Luxiana, biasanya dia dipanggil Netta oleh para sahabatnya. Netta adalah anak dari pemilik butik terkenal diseluruh Indonesia ini. Dia juga tak kalah pandainya mempadu padankan style-style baju yang sedang trend atau hits sekarang. Tak sia-sialah Grina mempunyai sahabat seperti Netta.

Dan Zarra Ezwern, perempuan cantik blaster an Jepang Indonesia. Jadi kulit mulus putih, pipinya yang tirus dan matanya yang membulat besar itu membuatnya jadi salah satu most wanted di SMA GARUDA ini.
Mereka berdua tidak sekelas dengan Grina dan Chelsa. Mereka mengambil kelas ips. Katanya nggak mau ambil pusing tentang rumus-rumus ipa yang bisa-bisa membuat kepalanya pening. Mereka dikelas ips 2.

"Nyusul Net-net sama Zalla kuy!" ajak Grina pada Chelsa yang sudah menghentikan tawanya.

"Sampai kapan lo manggil mereka kek gitu?" tanya Chelsa pada sahabatnya itu yang membuatnya geram. Karena Grina selalu memanggil sebutan nama sahabatnya seenak udelnya.

"Entahlah" jawab Grina sambil mengangkat bahunya lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Chelsa yang masih sibuk memasukkan alat tulisnya kedalam tas.

"Eh cong tungguin gue!" pekik Chelsa dengan suara toanya yang membuat semua siswa juga siswi dikoridor menatap kami. Memang bukan Chelsa kalau tak membuat keributan dengan suaranya yang khas itu. Hingga salah satu siswi yang melihat Chelsa tak sengaja berceletuk kasar.

"Elah anjing! Kalo mau menggonggong jangan disini. Dihutan kek sono biar tentram hidup gue!" seru si Curut A.K.A Vina. Musuh bebuyutan Chelsa sejak SMP. Alhasil kompor tadi pun meledak.

Duaar!!!

Hingga membuat semua murid-murid yang tadinya berbisik-bisik pun menghentikan aktivitasnya.

"Kalo gue anjingnya lo e'eknya? Hah! Dasar lo cabe-cabean. Tugasnya genitin om-om doang! Jibang gue" pekik Chelsa keras hingga membuat Grina berbalik arah lalu berlari dengan langkah seribunya kearah Vina dan juga Chelsa.

Plak!

Satu tamparan cukup keras mendarat lepas landas tepat dipipi Chelsa. Dia hanya bisa tersenyum mendapati tamparan itu. Dan Grina, hanya bisa meringis melihat temannya itu.

Zarra juga Netta berlarian di koridor karena ingin memastikan apa tadi suara toa itu milik sahabatnya yaitu Chelsa. Mereka mendorong-dorong tubuh-tubuh manusia itu dengan ganasnya hingga membuat mereka yang terdorong hampir jatuh. I don't care. Pikir Zarra yang memang terkadang tak memperdulikan lingkungan sekitar. Yang penting hanyalah dirinya, sahabatnya juga keluarganya. Egois memang, tapi setidaknya setelah mengenal Grina, Netta, juga Chelsa ia sudah memperbaiki moralnya dengan memberikan perhatiannya sedikit pada sahabatnya itu.

Chelsa yang mendapati tamparan itupun lalu menatap sinis Vina.

"Siapa yang nyuruh lo nyentuh pipi gue, cabe!"

>>>

I'm sorry kalo banyaaak bangeeet ejaan yang nggak sesuai EYD dan EBI.

Big love
Mayang:*

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang