"Cuek itu bukan berarti bukan peduli, hanya saja cara penyampaian yang berbeda"
🌍🌎🌏
Udara segar masih menyelimuti pagi ini, hari yang dinanti Grafita setelah 2 minggu berhenti untuk menulis dengan tanganya. Grafita gadis dengan paras cantik dan pembawa suasana berbeda, membuat siapa saja dapat nyaman denganya, dengan semangat melangkahkan kakinya menuju halaman sekolah terlihat beberapa anak sudah ada disana.
"Graf,"panggil seseorang dari arah belakang. Suara orang itu seperti tidak asing ditelinganya. Daripada otaknya hanya menebak - nebak, Grafita lantas menoleh melihat orang itu.
"Oh, hai, Vin. Lama banget gue gak ketemu sama lo, lo apa kabar? Eh gua liat postingan lo di instagram, lo habis jalan-jalan ke singapura ya? Terus oleh-oleh buat gue mana??" cerocos grafita. Kevin adalah sahabat Grafita mulai kecil. Jadi jangan tanya mereka sangat akrab.
Kevin tersenyum melihat tingkah gadis ini "Habis makan apaan sih lo Graf, kayaknya energinya nambah."
"Yeeee, ngledek lo ya? Bilang aja gua bawel," Seru Grafita sambil memanyunkan mulutnya. Grafita memang sangat bawel dari kecil. Karena kebawelannya, ia justru mudah bergaul dan pantas menjadi teman bicara.
"Ih iya ih, sahabat gua satu ini emang bawel. Kata Kevin sambil mengacak rambut hitam Grafita. Eh, ke papan pengumuman yuk, lo gak mau liat pembagian kelasnya?" tanya Kevin sambil menari tangan Grafita.
"Oh iya gue sampek lupa, ya udah ayo!" jawab grafita mengikuti langkah Kevin. Bagaimana Grafita bisa lupa kalau kelasnya dibagi lagi. Salah satu harapan Grafita saat ini bisa duduk dan kelas dengan anak yang mudah bicara dengannya. Karena menurutnya itu, sangat penting. Bagaimana Grafita bisa hidup tanpa bicara?
Mereka berdua berhenti di depan papan pengumuman yang sudah mulai penuh dengan siswa lain, Grafita terus mencari namanya dengan jeli di tiap daftar kelas "Grafita Silvia Candraningtyas, gue ada di kelas XII IPS 2, lo dimana, Vin?"
"Hmmm? yaah gue ada di XII IPS 1 Graf, kita gak sekelas" jawab Kevin menyesal "Ya udah gue anter lo ke kelas lo yuk!"tawar Kevin
"Vin, gue udah bukan anak SD lagi kali. Gue juga gak butuh pengawal kalo Cuma mau ke kelas," cibir Grafita sambil berlari meninggalkan Kevin.
"Ya udah ntar pulang sekolah. Gue tunggu di parkiran" teriak Kevin ditengah - tengah pelarian Grafita.
Grafita yang mendengar teriakan Kevin hanya mengangkat jempolnya dan kembali berlari menuju kelasnya. Grafita sudah lama manunggu hari ini tiba, bukan pelajaran atau guru yang dia rindukan melainkan suasana berbeda dibandingkan dirumahnya.
"Grafita? Lo masuk kelas ini juga, duduk sebangku yuk sama gue," ajak Shifa salah satu temannya. Shifa sudah pernah satu kelas dengan Grafita. Karena itu mereka kenal satu sama lain.
"Iya gua masuk sini, ya udah tapi jangan di depan," ucap Grafita , Grafita memilih bangku urutan kedua dari pintu urutan ketiga. Tempat yang selalu menjadi markasnya. Menurutnya lokasi itu sangat strategis.
"Iya, gue tau kebiasaan lo. Lo suka kena sihir kalo udah denger penjelasan guru, tapi gue suka heran kok lo bisa pinter? Perasaan lo gak pernah tuh dengerin penjelasan guru," tanya Shifa
"Hehe, jangan pake perasaan tapi pake logika," canda Grafita
Shifa hanya menggelengkan kepalanya. Temannya ini memang tidak berubah. Tetap gadis yang bawel, periang, dan dengan lelucon reseh nya.
Beberapa menit kemudian Bu Muji wali kelas mereka masuk "Selamat pagi anak-anak, hari ini hari pertama kalian masuk ke kelas XII . Saya sebagai wali kelas kalian semua membuat peraturan mulai hari inii dan seterusnya tempat duduk kalian sesuai nomor urut. Saya kasih waktu 3 menit ,semua sudah harus duduk sesuai nomor urutnya." Perintah Bu Muji
KAMU SEDANG MEMBACA
Geografi
Teen FictionMereka berbeda. Mereka seperti kutub yang saling menolak. Geo Remaja SMA, dengan sifat ice princenya, karena masa lalu yang ia coba kubur sedalam - dalamnya di bumi. Geo hanya pasrah saat bayang masa lalunya menghantuinya Grafita Remaja SMA, yang pe...