"Seandainya waktu itu bisa diulang, mungkin manusia akan terus melakukan kesalahan yang sama"
🌍🌎🌏
Author POV
Geo memasuki rumahnya. Seperti biasa rumahnya selalu tampak sepi. Mungkin hanya pembantunya disini. Geo melihat jam dipergelangan tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul lima. Seharusnya ayahnya sudah pulang. Tapi Geo tidak peduli.
Geo melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga. Letak kamarnya memang di lantai dua rumahnya. Saat ingin memasuki kamar, Geo mendengar suara sepatu dan pintu yang terbuka. Geo lebih memilih masuk ke kamarnya daripada berdebat dengan sang ayah.
Geo mengunci kamarnya. Lalu ia terbaring di kasurnya. Berada di rumahnya memang tidak nyaman. Tapi, di sekolah juga tidak nyaman. Di sekolah ia harus berhadapan dengan cewek super bawel. Dan Geo benci kebisingan.
Geo mengambil sebuah pigora berisi foto yang digantung di kamarnya. Geo benar - benar merindukan semuanya. Merindukan semua anggota keluarga yang harmonis. Geo memandangi satu persatu foto masa lalunya.
Geo mengambil satu foto. Disitu terlihat seorang wanita dengan senyum manisnya. Geo mengelus - ngelus wajah orang itu.
"Geo kangen bunda," suara Geo sangat pelan. Terdengar seperti rintihan. Geo ingin sekali melihat keluarganya kembali. Menikmati bersama berbagi momen yang indah. Persis saat masa kecilnya dulu.
Geo lalu tersenyum miris. Harapannya tidak akan menjadi kenyataan. Itu hanya angan - angan yang berlalu seperti angin. Lebih baik ia mandi dan bersiap untuk pergi. Meninggalkan rumahnya.
🌏🌎🌍
Geo berjalan dengan tatapan lurus. Tatapannya saat ini hanya pintu rumahnya. Geo berjalan dengan kaki sedikit dipercepat. Geo tidak ingin berurusan dengan ayahnya saat ini.
Kurang selangkah lagi kakinya menuju pintu. Terdengar suara seseorang.
"Geo, mau kemana kamu?" tanya seseorang yang tak lain adalah ayahnya. Tapi Geo malah tidak menghiraukannya. Ia langsung memegang kenop pintunya.
"Anda tidak perlu tahu," Geo langsung keluar dengan menutup pintunya.
"Geo," Ayahnya saat ini hanya memandangi anak semata wayangnya itu. Jarak antara dia dan anaknya sangat jauh. Tapi posisi mereka saat ini sangat dekat.
Sesuatu yang sudah terjadi, tidak akan mungkin diulang lagi.
Geo segera menyalakan ninjanya lalu melesat dari rumah. Geo hanya memandangi lurus jalan yang ia lalui. Geo tahu dimana tujuannya sekarang. Pikirannya memang kacau, tapi ia lebih memilih berkonsentrasi pada jalan saat ini. Ditambah dengan mulai Gerimis. Ia harus berkonsentrasi.
Tujuannya terhenti di sebuah rumah. Rumah lama penuh kenangan. Geo segera memarkirkan motornya di halaman rumah itu. Lalu Geo membuka pintunya.
"Bunda?" ucap Geo yang disambut dengan seorang wanita paruh baya.
"Geo, bunda kangen kamu, nak," ucap wanita itu sambil memeluk Geo. "Bagaimana kabarmu?"
Geo mengangguk tanda kalau ia baik - baik saja. "Bunda, baik?"
"Ya, sayang. Ayo duduk, bunda buatin coklat panas ya," Wanita itu mempersilahkan Geo duduk lalu pergi meninggalkannya.
Geo melihat isi rumah lamanya. Isinya masih tetap. Dan masih menyimpan kenangan. Geo memejamkan matanya. Ribuan memori langsung menyerangnya.
Selang beberapa menit bundanya datang dengan membawa secangkir coklat panas.
"Ini Geo, diminum ya."
"Makasih, bun," Geo meminumnya. Ditengah kedamaian Geo meminum coklat panas buatan bundanya. Bundanya bertanya.
"Bagaimana kabar ayah kamu?" tanya bundanya.
Mood Geo menjadi rusak akibat pertanyaan bundanya. "Biasa, bun."
Bundanya menatap Geo dengan tatapan penuh tanda tanya. Geo mengerti ia harus menjelaskannya. Geo mengambil oksigen lalu mengeluarkannya dengan perlahan, "Geo gak pernah diperhatikan sama ayah. Ayah lebih mementingkan pekerjaannya. Seharusnya dulu, Geo lebih memilih ikut sama bunda."
Ucapan Geo adalah ucapan terpanjangnya hari ini. Geo memang dingin. Tapi ia tidak bisa dingin, dengan bundanya sendiri.
"Geo, gak boleh gitu. Ayah Geo, sayang banget sama Geo. Jangan ikut bunda, ya. Ayah kamu lebih butuh kamu daripada bunda. Jangan pernah mbantah dan ngelawan sama ayah."
"Bunda lebih butuh Geo. Geo bisa jaga bunda."
"Enggak, Geo. Bunda kuat. Bunda bisa jaga diri sendiri," bunda Geo mengelus rambut Geo perlahan. "Yang, baik ya, sama ayah."
Ucapan bunda Geo memang sangat lembut. Bagaimana bisa ayahnya menceraikan bundanya? Bunda dengan segala kelembukannya. Geo sangat merindukan ucapan lembut bundanya.
🌍🌎🌏
"Enggak, Geo. Bunda kuat. Bunda bisa jaga diri sendiri," kata-kata bunda masih terngiang di kepala Geo, Geo berfikir kalau bunda memang kuat kenapa bunda memilih pergi dan membuat Geo menjadi kesepian?
Semenjak Ayah dan Bunda Geo bercerai, Geo tidak pernah lagi merasakan kasih sayang yang tulus. Tapi Geo sadar mungkin keputusan ini adalah yang terbaik untuk orang tua-nya. Geo sadar kalau memang tidak mencintai lagi untuk apa dipertahankan? yang ada hanya akan membuat luka lebih dalam terutama bagi bundanya.
Handphone Geo sudah berdering dari tadi, tapi Geo mengabaikannya mungkin itu ayahnya yang hanya akan memarahinya jika ia tahu kalo Geo berada di rumah ibunya. Geo menaiki motornya mengendarai pelan. Sangat pelan. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, tampat yang sejenak bisa membuat hatinya lebih tenang. Geo melangkah menuju tempat itu, tempat dimana bintang dan bulan dapat terlihat jelas disana, suara aliran air yang terdengar jelas, hembusan angin yang begitu sangat terasa.
Geo menarik nafas panjang "Gue benci kehidupan gue sekarang!" teriak Geo dengan sangat keras, Geo memang sering melakukan hal ini, ketika dia merasa kesal dengan masalahnya. Hal ini juga yang membuat Geo menjadi begitu sangat dingin dengan orang lain sekalipun itu dengan ayahnya. Apalagi dengan urusan cinta, Geo sangat tidak mempedulikanya, untuk apa mencitai jika akhirnya juga pergi meninggalkan?
🌍🌎🌏
Jam arloji Geo sudah menunjukan pukul 01.45 , Geo memutuskan untuk pulang. Jarak tempat itu dari rumahnya tidak cukup jauh, hanya butuh 25 menit Geo sudah sampai.
Geo membuka pintu rumahnya dengan perlahan.
"Darimana saja kamu geo? " Ucap ayah dengan nada tingii yang sudah daritadi menunggunya
Geo hanya diam, tidak menjawab.
"Geo jawab Ayah!" Bentak ayah
Geo langsung menuju kamarnya, menutup pintunya dengan sangat keras.
"Geo udah capek ngehadapin kehidupan Geo yang kayak gini yah, Geo paham kalo perceraian bunda sama ayah emang jalan yang terbaik, tapi bukan yang terbaik untuk Geo!" emosi Geo yang tidak bisa ditahanya lagi.
Ayah Geo berdiri kaku di depan pintu kamar Geo, ia sadar ia telah melakukan kesalahan yang besar. Ia sadar ia egois, hanya mementingkan diri sendiri. Ia lupa bahwa anaknya juga perlu bahagia. Tapi waktu tidak bisa diputar kembali.
🌏🌎🌍
Hey yoooo............. We are back..
Fact 2.. maafkan klo ada typo
Vomment-nya, Don't just read. ;)
Next???
KAMU SEDANG MEMBACA
Geografi
Teen FictionMereka berbeda. Mereka seperti kutub yang saling menolak. Geo Remaja SMA, dengan sifat ice princenya, karena masa lalu yang ia coba kubur sedalam - dalamnya di bumi. Geo hanya pasrah saat bayang masa lalunya menghantuinya Grafita Remaja SMA, yang pe...