Part 5

171 23 0
                                    

[EDITED]

Kulihat gadis itu sedang duduk melamun disalah satu meja yang ada di kantin.

Ia terlihat sangat sedih dan murung, apa aku harus menghampirinya? Tetapi apakah dia akan suka jika aku menghampirinya? Aku rasa sebaiknya aku menatapnya saja dari sini, mungkin lebih baik.

Lalu tiba-tiba Cameron datang menghampiri gadis itu. Sialan, apa yang orang itu lakukan? Apa dia mencoba menyakiti gadis itu? Astaga.

Oh Tuhan, jangan membuat gadis itu terluka kumohon. Apalagi terluka karena ulah lelaki brengsek macam sahabatku itu.

Awalnya Cameron hanya berbicara dengan gadis itu, tetapi gadis itu tidak merespon sama sekali. Lalu Cameron seperti menarik tangan gadis itu menjauh dari tempat itu, aku hanya bisa mengikuti dan berharap sahabatku itu tidak bertindak bodoh.

Ternyata Cameron membawanya ke koridor, tempat ini memang sepi. Lalu Cameron seperti memojokan gadis itu ke dinding, lalu dengan kasar Cameron mencium bibir gadis itu. Dia hanya bisa meronta dan menangis.

Aku harus menyelamatkannya, meskipun aku bukan pahlawan super. Tetapi aku masih memiliki sisi kemanusiaan, tidak seperti lelaki brengsek yang sialnya adalah sahabatku sendiri. Bodoh sekali.

Aku pun berlari dan menghampiri mereka, tanpa ancang-ancang aku memukul wajah tampan lelaki brengsek itu. Tak akan kuampuni dirinya kali ini.

Raut wajah Cameron menyiratkan sepertinya dia sangat marah, lalu dia memukul wajahku bertubi-tubi meskipun aku hanya meskipun aku hanya memukulnya sekali saja.

Darah mengalir di ujung bibirku bukan hanya itu saja, aku merasakan bahwa hidungku juga mengeluarkan darah. Aku tidak akan membalasnya, aku lebih baik diam. Aku tau jika aku membalasnya, urusan kami akan semakin rumit.

Aku tidak menyesal jika aku harus terkena pukulan-pukulan yang sahabatku sendiri berikan. Aku merasa dirinya salah, jadi ini bukan salahku.

Dia terus memukuli wajahku tanpa ampun, lama kelamaan pandanganku kabur. Lalu semuanya menjadi hitam.

• • • • •


Aku pun terbangun dan melihat ke seluruh penjuru ruangan ini, aku merasa jika diriku berada di unit kesehatan. Aku melihat ke sampingku, gadis itu ada di sini.

Dia disampingku, aku melihat dia menutupi wajahnya dan dia sedang menangis.

Lalu beberapa saat kemudian dia menatapku, aku hanya tersenyum hambar. Dia masih saja menatapku.

"Maafkan aku, karena aku kau dan Cam bertengkar. Maafkan aku..." Ujarnya lirih.

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Apa kau baik-baik saja? Apa kau membutuhkan sesuatu? Apa kau merasa pusing? Atau tidak enak badan? Apa kau mau minum? Atau makan sesuatu?" Tanyanya bertubi-tubi.

"Aku baik-baik, aku tidak membutuhkan apapun atau menginginkan sesuatu. Terima kasih atas tawarannya." Jawabku, aku masih saja tersenyum. Lukaku terasa tidak sakit sama sekali setelah melihat gadis ini.

Tiba-tiba saja Cameron mendatangi kami berdua, dia tampak sangat berantakan. Pakaiannya acak-acakan dan mukanya sedikit lebam, mungkin karena tadi satu pukulan yang aku berikan padanya.

"Candice, bisakah kau pergi ke luar sebentar? Ada yang harus aku bicarakan dengan Charlie." Ujar Cameron dengan tegas dan membuat siapa saja akan merasa merinding. Lalu Candice hanya mengangguk mengiyakan perkataan Cameron.

Dangerously [2nd]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang