Divergent: 3

42 12 0
                                    

Tak Terduga

Kamis siang telah berlalu menjadi kamis malam, Matahari sudah berpindah tempat di gantikan sang Rembulan, se pasang kekasih terlihat berjalan melenggak-lenggok kan bokong bulat mereka di bawah sinar bulan dan bintang, si pria menengok ke kanan dan ke kiri memperhatikan keadaan di sekitar Pos Ronda

Sepi,

Langsung saja si pria mulai melancarkan aksi nakal nya, yaitu membelai-belai paha si wanita, bukan nya marah, si wanita malah merasa kegirangan apa lagi saat si pria mencium nya dengan ganas lalu menggigit leher nya dengan kencang hingga terdengar

"MOIMOI?" panggil seorang wanita dengan Galak, bukan itu bukan suara si wanita yang sedang di Ena-ena, tapi itu Suara shock Kiya yang mendapati kucing ke sayangan nya tengah bergulat di dekat semak-semak

Sedangkan sejoli yang ke tangkap basah itu menatap geram pada Kiya sang pengganggu,

'Kan seharusnya Moimoi dan Meimei merasa malu karena ketahuan mesum dekat semak-semak, lho kok ini malah keliahatan marah?' Pikir Kiya bingung

'Malu-malu kucing kan ya harus nya? Kok ini malah marah-marah kucing?!' Batin Kiya

"Elo ya Moimoi! Masa iya ngajak kencan cewek di semak-semak pohon babadotan gini?! Ngajak indehoy tuh di hotel mewah kek! Paling banter di satu petak kontrakan dah! Makan doang ayam goreng tiap hari, giliran ena-ena di semak-semak! Bikin malu!" Ucap Kiya kesal pada kucing jantan nya tersebut

Kiya berganti menatap Meimei "Elo juga Mei! Kenapa sih mau aja di ena-enain di sini?! Jadi cewe tuh harus punya harga diri yang tinggi! Jangan jual murah! Sebel deh" ucap Kiya kesal

Moimoi dan Meimei hanya melengos meninggalkan Kiya, bahkan kucing pun juga sebal kalau harus mendengar omelan Kiya

'Dasar Moimoi! Pantesan aja tadi dia kabur gak mau di pakein popok' batin Kiya geram

"Eh ada Teh Kiya" sapa seorang wanita dengan konde setinggi ubun-ubun nya,

'Gawat' batin Kiya

"Eh mbak Tuti, saya duluan ya mbak." Ucap Kiya terburu-buru, namun lengan Kiya di tarik paksa oleh si wanita berkonde dengan bibir lebar dan body yang bahenol, sebahenol kue bantal.

"Eh Teh Kiya mau kemana? Kok buru-buru? Mening sini duduk dulu yuk sama saya, kita ngobrol-ngobrol sans gitu" ucap Mbak Tuti dengan bahasa gaul tanpa meninggalkan logat jawa nya yang terdengar sangat medok

"Eh saya harus pulang Mbak Tuti, ini malam jumat keliwon, malam begini itu suka banyak dedemit yang berkeliaran" kaya lo lanjut Kiya dalam hati,

Kiya sibuk berpikir mencari alasan, pasal nya kalau mbak Tuti sudah memulai aksi curhat nya, bisa Habis lah Kiya. Dia tidak akan bisa pulang dengan perasaan tenang,

Pasal nya kalau Mbak Tuti sudah kesal dan mulai curhat, dia akan menarik-narik baju Kiya bahkan bisa sampai robek hanya untuk melap ingus nya yang menjijikan

Mbak Tuti memasang wajah sebal nya pada Kiya "Enggak kok, wong setan nya aja pasti hormat kok kalo sama saya. Jadi tenang mereka ndak akan ganggu acara rumpi kita cyin" Ucap Mbak Tuti meyakinkan Kiya dengan Lebay

'Hormat? Takut kali!' Batin Kiya sebal

Kiya menghela nafas nya dengan kasar "terus kita musti duduk di mana Mbak Tuti? Pos Ronda nya kan udah roboh, gak lucu kan kalau kita harus duduk di emperan lantai"

"Ya nggak papa, kita bisa duduk di puing-puing reruntuhan Pos Ronda itu! Biar suasana nya lebih dramatis, kan cocok sama hati saya yang lagi hancur berkeping-puing, pokonya saya mau curhat sama kamu Teh Kiya, Tuti mah bener-bener sakit hati sama mas Kirman, Masa Teh Kiya tega sih ngebiarin Tuti sedih termenung sendiri di sini, jahat!" cerocos Tuti membuat Kiya mendumel dalam Hati

DIVERGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang