Pussy (Last Part)

534 56 10
                                    


Laura mengetuk-ngetukkan telunjuknya di atas paha kirinya, tidak sabar untuk sampai di supermarket yang menjadikannya merasa gelisah dan tidak tenang selama beberapa hari terakhir. Beberapa kali ia mengecek ponselnya, berharap ada pesan atau penggilan dari Steve. Namun tidak ada sama sekali.

Sejak tadi, Laura sudah sangat ingin menghubungi Steve, namun ia berulang kali membatalkannya dan baru akan menghubunginya setelah semua masalah ini selesai.

Laura menatap keluar jendela taksi, menatap beberapa pengendara yang berlalu-lalang. Mengingatkannya pada pertemuan pertama antara dirinya dan Steve.

Dua tahun yang lalu. Saat itu Laura baru saja menjadi mahasiswa. Beberapa senior jahil bergantian menggoda Laura karena wajah cantiknya. Bahkan saat diluar kampus sekalipun senior-senior tersebut tetap saja menganggunya.

Hingga di suatu sore, Laura sedang berniat membeli makanan di sebuah starbucks di dekat apartementnya. Saat sedang menunggu pesananannya, Laura bertemu dengan beberapa senior yang biasa menggodanya. Laura menolak, dan mengusir, namun mereka tidak peduli. Hingga seorang pria tampan berambut pirang membelanya dan mengusir senior-senior tersebut.

Saat itu Laura jatuh cinta pada pandangan pertama. Hingga beberapa hari setelahnya Laura kembali bertemu dengan pria tersebut, dan ternyata mereka berada di kampus yang sama. Sungguh kenangan yang tidak akan terlupakan.

Laura tersenyum sendiri mengingat bagaimana model rambut Steve dua tahun yang lalu, namun supir taksi di depannya membuyarkan lamunan indahnya saat mereka telah sampai di depan supermarket.

Laura turun dari taksi dan berjalan kedalam supermarket. Ia segera berjalan menuju kasir, kemudian bertanya.

"Permisi, apa aku bisa bertemu dengan salah satu penjaga toko disini. Dia bertubuh gemuk," Laura berkata pada si kasir.

"Ah, maksudmu Rudolph? Sayang sekali nona, tapi ia baru saja di makamkan kemarin." raut wajah kasir tersebut berubah pucat.

"Dia tewas saat mencoba memperbaiki kulkas daging. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi menurut polisi ia tewas karena terjepit." lanjut si kasir, dengan sedikit berbisik.

Laura menutup mulutnya karena terkejut. Apakah ini semua karena lelaki itu? Si pemilik kucing? Manik mata Laura berkaca-kaca. Rasa takut dengan segera membuat bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri tegak.

"Aku turut berduka cita. Tapi ma-maaf. Apa anda mengenal pria pemilik kucing hitam yang tewas disini beberapa hari yang lalu?" Laura bertanya dengan suara bergetar.

"Ah, dia tinggal di rumah tua berwarna coklat. Kira-kira satu kilometer dari sini. Jalan lurus saja ke arah kiri, rumahnya berada di pinggir jalan raya." ujar si kasir dengan ramah. Laura bergegas meninggalkan supermarket tersebut kemudian berjalan cepat menuju tempat yang ia tuju.

---

Steve menatap rumah tua berwarna coklat pudar yang ia yakini sebagai rumah si wanita tua. Saat hendak mendekati rumah tersebut, seorang gadis muda yang mungkin seumuran dengannya berjalan pelan di dekatnya, dengan ragu, Steve melambaikan tangan pada gadis tersebut, memintanya untuk mendekat. Si gadis terlihat bingung, namun ia tetap saja berjalan mendekat pada Steve.

"Ah, maaf jika mengganggumu. Apa kau tinggal di sekitar sini?" Steve bertanya dengan sopan.

Si gadis yang awalnya terlihat bingung dan heran mulai mengubah ekspresi wajah tegangnya menjadi sedikit lebih santai.

"Ya, saya tinggal di rumah itu," si gadis menunjuk rumah kecil yang terletak beberapa meter saja dari rumah si wanita tua.

"Kau pasti mengenal wanita tua yang tingga di rumah itu, kan? Bisa memberiku sedikit informasi?" Steve meminta masih dengan nada sopan dan lembut.

Psychopat Scary StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang