LIMA : MENGENAL JEVANNYA

31 4 2
                                    

Walau hanya kamu saja yang mengerti aku itu sudah cukup bagiku.
-Jevannya

Jevannya tetap melajukan mobilnya sejak tadi. Tidak peduli dengan Ataya yang terus-terusan bertanya kemana Jevannya akan membawanya.  Pasal nya tadi Jevannya mengajak Ataya pulang bersama dan Ataya pikir mereka akan langsung pulang.  Tapi ini bukan jalan menuju rumah Ataya.

"Ih lo tuh ngeselin ya gue dikacangin terus dari tadi. " gerutu Ataya dengan kesal.

"Udah deh mending diam aja Tay. " jawab Jevannya seadanya.

Jevannya bilang apa?diam?gimana bisa diam?yang ada dipikiran Ataya sekarang adalah Atya takut kalau ternyata Jevannya akan menculiknya dan menjual organ tubuhnya. Hiiii serem, Ataya bergidik ngeri tanpa sadar.

Dahi Jevannya mengkerut melihat Ataya. Aneh,pikirnya.

Akhirnya setelah Ataya bertanya kemana mereka akan pergi untuk yang kesekian kalinya — dan tentu saja tetap tidak dihiraukan oleh Jevannya — mobil yang dikemudikan oleh Jevannya berhenti di depan rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinggi. Jevannya mengemudikan mobilnya masuk ke halaman depan rumah tersebut.

"Turun." ucap Jevannya dan langsung turun dari mobilnya.

Jevannya ini menurut Ataya sebelas dua belas dengan bunglon atau cabai karena sifatnya berubah-ubah kayak bunglon dan mood nya naik turun kayak harga cabai. Buktinya Jevannya hanya mengatakan satu kata itu saja sejak kalimat terakhirnya yang menyuruh Ataya diam tadi.

Ataya terpana melihat rumah yang ada di depannya. Rumah bergaya Eropa dengan dua lantai serta taman bunga disamping kanan rumah tersebut semakin menambah keindah rumah tersebut.

"Ngapain bengong?ayo masuk. " Jevannya menarik tas yang digunakan oleh Ataya. Ingat, me-na-rik ta-s bukan menarik tangan.

"Huh. " dengus Ataya.

Seolah belum cukup dengan pemandangan yang disuguhkan di bagian depan rumah tersebut, bagian dalam rumah bergaya Eropa itu justru lebih membuat Ataya tercengang. Anggap saja Ataya katro atau apapun sejenisnya itu, tapi Ataya memang baru kali ini pernah masuk ke dalam rumah seperti ini secara langsung. Biasanya Ataya hanya melihat di televisi atau drama Korea kesukaannya yang sering ia tonton.

"Ehem. " deheman Jevannya menginterupsi Ataya yang masih sibuk menatap ke sekeliling bangunan ruang tamu rumah tersebut.

Ataya yang merasa kepergok oleh Jevannya hanya cengengesan.

"Tunggu disini duduk diem di sofa. Jangan pecahin vas atau patung yang ada. Gue mau ganti baju dulu ke atas. "

"Biasa aj-"

Belum selesai Ataya mengucapkan kalimatnya Jevannya sudah berlalu pergi menaiki tangga menuju lantai atas.

Tebakan Ataya adalah Ataya yakin sekali kalau ini rumah Jevannya dan kamar Jevannya ada di lantai dua karena tadi Jevannya mengatakan kalau ia akan pergi berganti baju.

"Ayok ikut gue ke taman belakang. " Jevannya turun dari tangga setelah Ataya menunggu kurang lebih lima menit.

Ataya yang mendapat intruksi dari Jevannya hanya mengikuti dengan pasrah di belakang.

Untuk ke taman belakang mereka harus melewati sebuah lorong yang disangga dengan pilar-pilar Tuscan. Lagi-lagi Ataya dibuat terpana. Memang pilar Tuscan adalah pilar bergaya romawi yang paling sederhana, tetapi tetap saja terlihat elegant dengan warna putih gadingnya.

"Duduk sini. " Jevannya menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Bahkan bangku taman yang sedang di duduki oleh Jevannya sekarang juga masih terkesan elegant.

Wih leh ugha haha.

"Kenapa bawa gue kesini? " tanya Ataya setelah ia duduk disamping Jevannya.

Jevannya yang ditanya hanya diam dan pandangannya hanya fokus pada ikan ikan yang ada di kolam di depan mereka.

Ataya mendengus. Nyebelin banget sih.

"Aw" Jevannya meringis saat pinggangnya dicubit secara tiba tiba oleh Ataya. "Apaan sih lo." Ketus Jevannya.

"Lagian lo gue tanya malah gak jawab"

Setelah itu hening lagi yang terjadi. Ataya tidak berbicara lagi setelah kalimat terakhirnya lagi pula Jevannya juga sedang terlihat ogah-ogahan untuk mengobrol kan? Mata Ataya sibuk menatap sekeliling halaman belakang kediaman Jevannya. Ada kolam ikan disana sekaligus ada kolam renang dan gazebo,jadi kalian bisa membayangkan sendirikan bagaimana luasnya halaman belakang Jevannya?

"Oh iya tay." Ujar Jevannya memecah keheningan.

"Jangan tinggalin gue ya"

Dahi Ataya mengkerut, Jevannya aneh pikirnya.

"Apasih lo," ucap Ataya "kesambet ya?"

"Ih gue tuh lagi serius tau tay, apapun yang terjadi nanti lo jangan tinggalin gue ya." Jevannya menatap dalam ke mata Ataya begitu juga sebaliknya. Ataya menemukan keseriusan disana, tapi kenapa Jevannya berkata seperti itu?

🌈🌈🌈

Vomment ya 🙆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang