2. Peramal di Jembatan

13 1 0
                                    

Perempuan yang Turun dari Angkot itu. 
Punya rasa Welas Asih yang lebih kepada kaum Lansia. Apalagi, yang yatim piatu. Tidak punya Orang tua, Keluarga, atau cucu  yang mengurus lagi. Tepatnya, terlantar.

Waktu itu, Dia pernah merogoh sakunya. Membiarkan seorang Pemulung Nenek-nenek lewat gitu ajah didepannya. Awalnya, perempuan itu bergelagat aneh karena tidak tahu harus dengan cara apa Ia menyapa Nenek-nenek Itu . akhirnya Ia menetapkan hati dan berserah diri, Ia menghela nafas.

"Maa" panggilnya.

Perempuan mencermati keadaan sekitar, tatapan Orang-orang disekitar mangatakan bahwa Dia  anak durhaka yang menelantarkan Orang tuanya. Apalagi menyuruh, seorang nenek-nenek memulung.

Perempuan Jadi kikuk di tuduh seperti itu. Ia berusaha menghiraukannya, walau sulit.

"Buat emak" diserahkan Lembaran uang duapuluh ribu rupiah. Nenek bingung. Hanya awalnya saja.

"Iihh makasih yah neng makasih"

"Iya gak papa Ma"

"Ih gakk kok baik sekali sih  neng, makasih "

"Ih cuma segitu doang Ma, sedikit"

"Dih gak papa, semoga nambah rejeki yah sehat terus biar bisa kasih Ma, lagi"

Bisaan sekali si Emak, Perempuan itu salut. Emak pinter, mendoakan dia supaya dia Kecepretan juga. Faboulous, Fantastico, Numero Uno, Gracias, Puerto rico. You punya Brain, terbaik.

Perempuan itu pamit, Jengah nambah banyak orang yang menuduh lewat tatapan mata mereka. Perempuan itu bercerita dirumah tentang apa yang terjadi kepada Emaknya, Emak Aslinya yang Ia punya Dirumah. Dan Takakan Ia biarkan menggelandang dijalan.

Hari ini,

Ia bertemu lagi dengan Lansia yang Ia temui setiap kali Ia menyebrang lewat Jembatan.

Lansia itu, Nenek-nenek yang selalu duduk di pinggiran terowongan Jembatang. Memasang muka melas, dilengkapi gambar Tangan dengan simbol Akupuntur  yang Ia gelar dan pamerkan disampinya.

Dia sangat sering melewatinya. Namun hanya hari ini, Ia memberinya Sesuatu. apalagi kalau bukan sumbangan Uang.

Perempuan itu mengecek, Tasnya. Takutnya ternyata tidak bawa. Nenek dirasa sudah Curiga kepada Perempuan Itu. 'Nih anak bakal ngasih nih.'

Dikasih padanya Nenek-nenek Itu, dengan niat terselubung.

'Apa yang difikirkan Nenek ini, seperti apa kehidupannya?Apa ada niat terselubung dari si Nenek dari cara ini?'

Diraih tangan si Gadis, Nenek membaca nasib. Berceloteh tentang Ia yang Sebenarnya Perempuan itu tidak peduli

"Kamu Oranngnya gak tegaan ya...'

Nenek menyuruh Gadis mengambil Kartu, Pertama bergambar Tupai, kedua Petani menggarap sawah, Ketiga Ayam Jago.

"Kamu umurnya berapa?"

Nenek tidak menatap Perempuan, tapi Permpuanlah yang justru memplototi Nenek.

"Dua puluh Nek" sambil matanya mencari-cari Informasi dibalik Nenek.

"20 kan dalam Islam udah pas buat Nikah, jangan lama-lama. Nih kamu ada yang Naksir, Kerjanya tetap mudah mudahan Jo.....blablabla.... Bliblip.....blup...blupp"

Perempuan tersikap. Padahal yang dipajang itu Akupuntur diakira, kan lumayan dapet Pijitan dikit. Eh ternyata Pembaca garis tangan toh.

"Mak tinggal dimana, kok disini sih? Emang gak diurusin?Di rumah aja Mak udah tua."

"Emak di Warakas, cucunya Tujuh udah gede-gede. Emak gak suka dirumah , pengenya kerja"

Begitulah, Setelah itu. Daripada diramal. Sesungguhnya Nenek mungkin menjadi Korban Introgasi Perempuan. Semua ditanya dari Suami si Nenek, Pekerjaan Anak2nya, keadaannya. Rumahnya.

Namun Nenek tidak menyerah, Ia melancarkan Aksinya kembali ketika hampir Dapat kesempatan celah dari Perempuan. Yang tidak sama sekali bercelah.

"Neng, Mak punya Ajian. Neng beli Malboro Sebungkus. Nanti Mak kasih Ajiannya"

"Saya Ngasih bukan buat kayagituan Mak, Mak ngerokok kan?"

Si Perempuan mulai Curiga. Mulai terbuka mengapa Ia merasa tidak terlalu Kasihan Pada Mak Peramal Ini daripada Mak Pemulung di Gading.

"Iya Mak, Ngerokok"

Tidak perlu ahli meramal, ataupun ramalan karena si Perempuan sangat suka Ilmu Deduksi Ala-ala Sherlock Holmes. Dari pada yang kalo Percaya bikin dosa. Dan dia sudah buat Mak Peramal tak terelakan lagi.

Dia kecewa Mak Merokok, karena Perempuan itu Benci Perokok. Orang akan meminta duit walau tak punya duit hanya untuk membakar sebatang rokok yang menimbulkan sesak nafas, perlubangan Ozon dan Masalah Finansial. Yang super duper dia  benci.

Perempuan tidak seiklas Ia memberi Uang kepada si Mak Pemulung.

Kini ia tahu, Bahkan Lansia Ada dua Jenis.

Yang mendorong Grobak hingga terletih-letih segitu beratnya hanya Untuk Hidup dan makan.

Dan

Yang duduk bengong, memasang muka melas, menebak-nebak nasib orang, membuat dosa. Tapi dia bilang itu rezeki halal. Padahal diragukan. Dan parahnya, hanya karena Ia Perokok kuat.

Perempuan menyimpan kekecewaan yang sangat mendalam.

Dia tidak ingin memberi Mak Peramal itu Uang lagi setua Apapun Ia kalau cuma untuk Rokok. Atau mungkin, besok-besok Ia akan memberi melalui Makanan dari pada Uang.

Atau memberi Senyuman pada Mak itu saja, mungkin sudah cukup.

TupaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang