PROLOG

1.7K 104 15
                                    

"Mereka bilang cinta pertama itu ngga akan bisa dilupakan, setuju?"

Pertengahan Juni, 2014

Lagu terakhir yang menjadi penutup acara perpisahan kelas XII baru saja berakhir. Suara tepuk tangan bergema mengiringi satu per satu siswa-siswi turun panggung.

"Pst!"

"Pst! Ray! Ray!"

Aku menoleh ke asal suara, Jenni teman sekelasku yang kebetulan ikut menjadi panitia sedang tersenyum penuh arti. Aku mengangkat sebelah alisku, tanda tidak mengerti.

"Ini acara udah mau selesai! Lo inget 'kan hari ini kesempatan terakhir lo!" ujar Jenni dengan berapi-api.

Kesempatan terakhir

Dua kata tersebut selalu terngiang-ngiang selama seminggu belakangan ini.

"Yeh nih anak malah bengong!" ujar Jenni lagi.

"Malu ah Jen!" balasku.

"Gedein aja terus malu lo itu! Si 'Masgan' 'kan udah lulus, perasaan lo sia-sia tau ngga!" ujar Jenni.

'Masgan' alias Mas Ganteng yang disebut Jenni tadi adalah Billy Ozora, kakak kelasku. Senyumnya yang manis, hidungnya yang mancung, dengan alis yang terbingkai tebal membuat wajahnya tampan dan selalu terngiang - ngiang di benakku. Tetapi bukan hanya wajahnya yang rupawan, sikapnya juga memikat hati. Mungkin aku mulai jatuh cinta padanya sejak peristiwa ítu'. 

"Haduh malah bengong lagi nih anak satu! Kelamaan mikir lo!" ujar Jenni tak sabar. 

"Duh elah bukannya selama ini juga sia-sia. Dia 'kan ngga suka sama gue. Udah punya pacar juga lagian!"

"Lo mau liat dia pergi tanpa tau perasaan lo yang sebenernya? Lo ngga mau say goodbye untuk yang terakhir kalinya?" tanya Jenni bertubi-tubi.

Ngga. Ngga.

"Kalo lo mau gitu ya udah, ngga apa-apa. Tapi gue ngga mau denger lo besok ngerengek mau ngeliat si Masgan lagi! Karena itu mustahil! Doi udah pergi tanpa tau lo suka sama dia! Itu baru yang namanya sia-sia!" Setelah mengucapkan kalimat yang membuat hatiku semakin kacau, Jenni pergi tanpa merasa bersalah.

Ck! Aku juga ingin mengatakan perasaanku yang sebenarnya, aku ingin. Namun, sekali lagi, aku malu. Aku minder, aku bukan cewek dengan wajah cantik yang menjadi inceran cowok-cowok. Bagaimana bisa aku yang seperti ini menyatakan cintaku kepada Masgan? Ck!

Aku mengambil ponselku yang daritadi kuletakan di meja. Ternyata ada satu pesan masuk.

From : 081234567890
Ok.

Tunggu dulu. Pesan ini, astaga! Ini 'kan nomornya Mas Billy! Kenapa dia kirim pesan ini?

Pertanyaanku langsung terjawab setelah aku membaca pesan masuk dari Jenni.

From : Jenni

Sori krena udh lancang, temuin Masgan di blkang aula stlah acra slesai! Ini prmintaan! Gw gmw lo nyesel

Aku hampir menjatuhkan ponselku karena saking terkejutnya. Jenni benar-benar sudah gila! Bagaimana bisa aku menatap Mas Billy dan berbicara berdua dengannya?! 

Setelah terdiam beberapa saat, aku menghela napas. Baiklah untuk kali ini, benar-benar hanya kali ini, biarkan hatiku bersuara.

*

Aku memandang pepohonan di depanku sambil berharap-harap cemas.

Semoga Mas Billy ngga dateng, semoga dia harus pulang cepet dan ngga sempet ke sini, semoga dia sakit perut kebelet terus pulang, semoga-- 

"Sori telat, hm, lo ..."

Aku dapat merasakan Mas Billy berdiri tidak jauh di belakangku. Aku meyakinkan diriku sekali lagi kemudian membalikan badan.

"Ma ... maaf nyita waktu Mas sebentar. Tolong dengerin 3 menit aja," ujarku dengan pelan.

"Ta--"

"Dan tolong jangan menyela hanya 3 menit kemudian Mas bisa pergi," selaku cepat.

Mas Billy menuruti ucapanku, ia tidak bersuara lagi. Alih - alih menatap wajahnya yang aku kagumi, aku malah menatap sepatu pantofel hitamnya. 

"Aku suka sama Mas."

Akhirnya aku mengatakannya. Tapi aku tidak berani melihat reaksi Mas Billy.

"Hm ... Mas ngga perlu terbebani, eh maksudku aduh maaf aku terlalu percaya diri, lagian Mas pasti ngga akan terbebani. Aku ngga minta Mas jadi pacarku karena aku cukup tahu diri. Mas juga udah punya pacar, aku turut bahagia Mas."

Aku menarik napas dalam, aku sedikit tidak menyangka ternyata aku bisa berbicara cukup panjang seperti ini juga di depannya.

"Hm kayaknya itu aja Mas! Sukses selalu ya Mas! Mas boleh pergi," ucapku sambil menahan tangis.

Membayangkan di sekolah aku tidak bisa menemukan wajah Mas Billy lagi membuat hatiku seperti teriris. Walaupun hanya dapat melihatnya dari kejahuan, itu sudah lebih dari cukup untukku. 

"Sejak kapan?"

Aku mengangkat wajahku, mataku menatap bola mata Masgan yang sehitam malam.

"Sejak kapan lo suka sama gue?" tanya Mas Billy lagi.

"Ti ... tiga tahun yang lalu."

"Lo yang suka ngasih gue botol minum tiap abis futsal?" tanya Mas Billy lagi.

"I ... iya Mas! Maaf kalo itu ganggu Mas! Aku ... aku bener-bener minta maaf!"

"Lo ngga perlu minta maaf," sergah Mas Billy cepat. 

Aku bingung menanggapi ucapan Mas Billy, alhasil aku kembali menunduk menatap sepatu pantofelnya kembali. Pikiranku kosong, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Akhirnya keheningan menyelimuti kami beberapa saat. Keheningan yang menyenangkan bagiku karena akhirnya aku bisa berdiri sedekat ini dengan Mas Billy. Cukup lama sampai akhirnya Mas Billy kembali berbicara. 

"Semoga kita bisa ketemu lagi bukan disituasi seperti ini ya," ujar Mas Billy. 

Aku mendongak menatap Mas Billy dengan mata teduhnya tersenyum tipis dan ekspresi tidak enak hati. 

Aku balas tersenyum sedih. Ini penolakan terhalus yang pernah kudengar. Sekaligus penolakan pertamaku dari cinta pertamaku pula. 

Tiba - tiba bibirku terbuka dan mulai mengatakan kalimat yang selalu aku ucapkan setiap malam akhirnya bisa kuucapkan di depan Masgan.

"Aku mencintai Mas, aku harap semoga kita ngga ketemu lagi Mas. Terima kasih ya Mas udah bikin aku semangat setiap hari pergi ke sekolah, walaupun pasti Mas ngga sadar juga, sukses terus buat ke depannya dan semoga langgeng juga sama Mbak Indri." 

Oh dan selamat tinggal.

Setelah mengucapkan kalimat penutup yang sangat frontal tersebut aku berlari keluar aula. Di sana, aku bisa melihat Jenni menungguku, ia merentangkan kedua tangannya, dan aku menangis tersedu-sedu di pelukannya.

Cinta? Tau apa tentang kata itu? Tapi kenapa hatiku sakit sekali ya saat ini?

Bisa dibilang ini adalah akhir dari kisah cinta pertamaku. Tragis? Menurutku tidak juga.

Ini kisah cinta pertama yang indah, walaupun berakhir tidak sesuai harapan.

Tidak apa. Kuanggap ini hanyalah mimpi buruk di mana saat aku terbangun, aku dapat melupakan mimpi tersebut.

Sayangnya, ini bukan hanya mimpi buruk biasa.

*

20 Maret 2017
Lope lope,

oryzena

Unforgettable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang