We like playing hide and seek, when you find my true feelings, at the time I will lose. That's a rule of being secret admirer.
Begitu aku keluar dari kamar, aku mencium aroma asap dari dapur. Perasaanku kemarin, kompor sudah kumatikan.
Apa jangan-jangan Mas Billy masak waktu aku lagi tidur terus lupa matiin kompor? Atau ...
"Good morning, Raya! Nih gue udah nyiapin sarapan! Roti bakar sama selai!" ujar Mas Billy yang secara tiba-tiba muncul di balik dinding dapur.
Oh my God! Aku hampir serangan jantung karena melihatnya. Aku masih tidak menyangka kalau ... ehem bisa sedekat ini dengan Mas Billy.
"Ray kok mukanya merah? Lo sakit?"
Astaga! Ada apa denganku?! Aku menggeleng keras lalu menghampirinya kemudian masuk ke dalam dapur.
"Nyium bau kebakar ga sih?" tanyaku dengan alis mengernyit.
"Eh itu ... " Aku menatap Mas Billy dengan curiga.
"Itu apa? Lo ngga ngerusakin toaster gue 'kan?"
"Ngga kok cuman tadi gue maksain rotinya masuk ke dalam toaster lo terus gue pasang suhu paling tinggi, toaster di rumah gue ngga kayak lo soalnya. Tapi serius toaster lo ngga apa-apa kok!"
Aku menghembuskan napas dalam. Kemudian membalikan badan. Namun tiba-tiba Mas Billy menarik tanganku.
"Mau ke mana? Ngga makan dulu?"
"Gue ngga suka sarapan. Lain kali ngga perlu dibuatin."
"Tapi sarapan itu sehat! Lo ngga boleh ngelewatin sarapan!"
"Yah yah terserah. Gue harus berangkat."
"Sarapan dulu. Gue udah capek-capek bangun pagi buat bi--"
"Oke oke! Gue sarapan!"
Kemudian aku duduk di meja makan. Aku melihat Mas Billy tersenyum senang.
"Sori kalo rasanya sedikit pahit. Kayaknya tadi gosong," ujar Mas Billy sambil terkekeh.
Aku mulai menggigit roti yang sudah dibuat Mas Billy, rasanya, bukan sedikit pahit tapi pahit sekali.
Namun aku berusaha mengabaikannya, aku tidak ingin Mas Billy sedih karena aku tidak menyukai roti bakarnya.
"Lo mau ke mana emang pagi-pagi gini?" tanya Mas Billy.
"Kuliah," jawabku sambil mengoleskan selai cokelat banyak-banyak agar rasa pahitnya tidak terasa.
"Oh lo masih kuliah ya ...."
"Yep! Lo juga?"
"Sekarang lagi cuti karena tur keliling Indonesia ini."
Aku mengangguk-angguk kecil. "Asik dong."
"Kalo asik gue ngga akan sampe kabur gini."
"Iya juga sih. Jadi rencana lo sekarang ngapain?" tanyaku sekadar ingin tahu.
"Relax," jawabnya kalem.
"Seriously? Cuman itu?"
"Ya mau gimana lagi. Gue ngga bisa ke mana-mana! Pasti manager gue udah nyuruh orang buat nyari gue ke seantero Bali ini!"
Aku mengangguk lagi. "Susah bener jadi artis ya."
Mas Billy tertawa. Kemudian menatapku. "Tapi lumayan juga jadi artis. Banyak orang yang peduli sama lo. Jadi lo ngga perlu khawatir bakal haus kasih sayang."
"Kalo banyak yang peduli sama lo. Lo ngga akan berakhir di sini kayaknya."
Mas Billy terdiam. Aku sadar mungkin ucapanku sedikit kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love
Ficção AdolescenteBagi Araya Gasyi, Billy Ozora adalah 'cinta yang tidak akan dilupakannya'. Bagi Araya Gasyi, Billy Ozora adalah sebuah bintang di langit malam, yang hanya bisa dipandang tanpa bisa digapai. * Dipertemukan kembali dengan Billy Ozora yang merupakan...