Kriinngg! Kriingg! Kriinng! Kri--
BRAKK!!"Brisik banget, sih!" cetusku setelah melempar jam wekerku ke dinding. Sepertinya, sudah hancur.
Aku bangun dan mengucek-ngucek kedua mataku yang masih mengantuk. Lalu, aku kembali merebahkan tubuhku.
Tak lama, hpku berdering tanda panggilan masuk.
"Apaan sih, Na?!" ucapku kesal karena masih mengantuk.
"Kamu di mana, sih? Bolos ya?" tanya Ina.
Aku heran dan sedikit bingung. Mungkin karena saat ini aku masih setengah sadar.
"Maksudmu?" tanyaku heran. Lalu, aku segera ingat bahwa aku harus pergi ke sekolah! Aku langsung melihat jam dinding di kamarku. Jam 06.50!
"Ya ampun! Aku lupa, Na! Udah ada guru belum?" tanyaku tergesa-gesa.
"Belum sih, tap--" aku langsung memutus panggilan dan berlari ke kamar mandi dengan membawa perlengkapan mandi 'seadanya'.
Setelah semuanya beres, aku langsung berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Ya, sebenarnya, jarak dari rumah ke sekolahku tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 30 menit dengan berjalan kaki.
Orang tuaku sangat sibuk bekerja. Saking sibuknya, mereka sering lupa waktu. Bahkan, mereka sempat melupakan hari ulang tahunku waktu itu.
Aku hampir tak pernah bertemu lagi dengan mereka. Ya, saat aku pulang sekolah, mereka belum pulang kerja. Saat mereka pulang, aku sudah tidur. Dan saat aku bangun, mereka sudah pergi bekerja lagi. Sibuk sekali, bukan?
Ngomong-ngomong, jam berapa ini?
Aku melirik jam tangan hitamku. Jam 06.59! Aku pasti terlambat!***
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" suara itu. Suara seorang wanita hampir tua yang dapat membuat siapa pun yang mendengarnya akan--
"Via! Kenapa telat?!" tanya Bu Lesti dengan nada membentak.
"Ehm, itu, Bu..ehm, anu--" aku bahkan tak tahu ingin berkata apa. Hingga Bu Lesti memotong perkataanku.
"Anu apa?!" tanya Bu Lesti lagi.
"Kesiangan, Bu!" jawabku spontan. Duh, aku tak tahu lagi. Aku sangat lelah.
"Ya ampun, Via! Kok bisa kesiangan, sih?!" mulutku terbuka, ingin berkata sesuatu. Namun, Bu Lesti berkata, "Ya sudah. Karena kamu baru telat sekali, Ibu maafkan. Lain kali jangan kesiangan lagi." akhirnya, suara Bu Lesti kembali rendah. Tidak membentak lagi.
"I..iya, Bu. Makasih banyak, Bu." ucapku sambil menyalimi tangan Bu Lesti.
Lalu, aku melangkah ke tempat dudukku. Tunggu, mengapa Ina malah duduk dengan Aldi? Loh, Trina kenapa duduk dengan Reno? Mengapa semuanya tidak duduk di tempat duduknya sendiri?
Mataku terus mencari kursi yang kosong. Dan aku menemukannya! Tapi, di samping Eza! Ah, tidak masalah, ini kan hanya sementara.
Aku melangkah ke bangku kosong di samping Eza. Lalu, aku langsung duduk dan memperhatikan Bu Lesti.
"Baik. Jadi Ibu ulangi. Tugas ini Ibu beri waktu 3 minggu untuk kalian kerjakan. Tanpa coretan dan tanpa salah. Dan kalian harus bekerja sama karena ini tugas berpasangan, bukan individu. Ingat, yang sedang duduk bersama dengan kalian ini adalah pasangan kelompok kalian." jelas Bu Lesti yang sontak membuat jantungku rasanya mulai melorot.
"Untuk saat ini, kalian silahkan berdiskusi." lanjutnya sebelum melangkah ke kursinya.
Kini, hanya tinggal keheningan di kelas kami. Tidak, bukan kelas, tapi kami, aku dan Eza. Bahkan, aku bisa mendengar teman-temanku yang lain sedang mendiskusikan tugas ini.
Aku hanya duduk dan diam. Tak tahu harus berbuat apa. Hanya membaca tugas yang diberikan Bu Lesti, meskipun sebenarnya aku sama sekali tidak mengerti.
Dan Eza, seperti biasa, diam mematung dengan kepala menunduk. Benar-benar aneh. Bahkan, melirikku saja tidak.
Baiklah, aku akan mencobanya. Aku mulai menarik nafas panjang dan membuka mulutku untuk berbicara padanya. Namun, belum juga aku berkata satu kata pun dengannya, ia malah berdiri dan melangkah ke meja guru. Hmm, pasti dia izin ke toilet.
***
"Gimana? Enak nggak, pasangan sama Eza?" tanya Ina sambil tertawa mengejekku.
"Enggak lah! Coba aja, tadi aku nggak telat. Nggak mungkin begini jadinya! Sial banget nasibku!" ucapku kesal sambil menaruh tangan di jidatku. Frustasi.
"Emangnya si Eza bener-bener nggak mau ngomong apa gitu ke kamu?" tanya Ina sambil menyantap siomay ala Pak Supri yang rasanya benar-benar enak.
"Boro-boro ngomong, ngelirik aja enggak! Bayangin ya, tadi itu, aku udah mau ngomong sama dia, eh, dia malah berdiri terus izin ke wc. Aneh, kan?" jawabku tambah kesal.
Lalu, aku menyeruput es jeruk dari Pak Supri juga. Pak Supri memang sudah menjadi langganan kami di kantin sekolah ini. Makanan dan minuman yang ia jual benar-benar enak. Sehat pula! Dan yang pasti, harganya bersahabat.
"Trus, ntar gimana kamu ngerjain tugasnya?" tanya Ina, lagi. Kali ini, ia menyeruput es tehnya, karena siomaynya telah habis dimakannya.
"Entahlah." jawabku singkat sambil mengangkat kedua bahuku.
***
Setibanya di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku yang kurus ini ke kasur.
"Capeknya!" jelas capek. Dua kali jalan kaki, pergi dan pulang sekolah. Kenapa? Karena orang tuaku sibuk. Hanya itu.
Seperti yang ku katakan sebelumnya, jam segini mana mungkin mereka telah pulang ke rumah. Mungkin mereka akan pulang tengah malam nanti.
Sayang sekali aku tidak memiliki saudara. Rasanya, aku bagai sebatang kara. Tak punya siapa-siapa. Teman hanya di sekolah. Di sini, aku benar-benar sendiri.
Aku masih bimbang dengan tugas itu. Walaupun, tugas itu masih akan dikumpul 3 minggu lagi. Tetap saja, aku bingung bagaimana caranya agar aku bisa bekerja sama dengan Eza, si cowok misterius dan aneh.
Aku heran, kenapa tak ada satu pun guru yang menyuruh Eza untuk melepas jaketnya. Asal tahu saja, ia memakai jaketnya sepanjang waktu! Bahkan ketika di kelas, ia sama sekali tak pernah melepas jaketnya. Bahkan, topi jaket yang menutupi separuh wajahnya pun tak pernah ia buka, sedikitpun.
Ingin rasanya aku bertanya, tapi tak tahu harus dengan siapa. Dia saja tertutup begitu. Mana mungkin ada yang tahu tentang dia. Guru? Entahlah.
Hmm, kenapa aku jadi memikirkan dia? Duh, kenapa dia begitu misterius, sih?! Aneh sekali! Aku jadi penasaran dengannya, bagaimana aku bisa mengetahui dirinya yang sebenarnya, ya?
Aha! Aku akan menggunakan kesempatan saat mengerjakan tugas ini dengannya, lalu aku akan menyelidikinya secara perlahan. Tapi, kapan aku akan mengerjakan tugas bersamanya? Ah, orang itu membuatku pusing saja!
------------------------------------------------
Hai lagii!
Ini bab 2 nya looh! Masih pada baca kan? Baca dong ;)
Budayakan vote yaa, coment juga boleh tuh
Thx
KAMU SEDANG MEMBACA
"Friend"
Mystery / ThrillerTeman. Seseorang yang dibutuhkan setiap orang. Jika tak memilikinya, maka kita akan kesepian. Begitupun dengan gadis SMA berusia 17 tahun bernama Olivia Sindarta atau biasa dipanggil Via. Sebagai seorang siswi yang cukup populer, ia tentu memiliki b...