Hari ini, aku berencana untuk mengikuti Eza saat ia izin ke toilet. Jangan berpikir negatif dulu, aku bukan ingin mengintipnya, aku hanya ingin mencari tahu apa yang sebenarnya dia lakukan di ruang itu. Dan juga, memastikan bahwa sebenarnya, selama ini dia tidak benar-benar pergi ke toilet.
Tapi, sepertinya aku butuh seorang saksi. Ina.
"Na. Kamu sadar nggak, Eza itu kalo ke toilet nggak pernah sebentar?" tanyaku ke Ina yang dari tadi sibuk dengan hpnya.
"Iyalah, Vi. Semua orang di kelas ini juga pasti sadar, kok." jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari hp yang ia pegang.
"Tapi, gimana kalo selama ini, ternyata dia nggak bener-bener pergi ke wc?" tanyaku lagi dengan nada serius. Kali ini, dia melirikku.
"Maksudmu? Dia bohong?" tanyanya balik. Lalu, kembali ke layar hpnya.
"Hmm, mungkin aja, kan? Soalnya ya, kemaren itu pas aku habis dari wc, aku denger suara gertakan gitu dari ruangan yg di sebelah wc cowok itu. Terus, pas aku deketin, suaranya makin nyaring. Pas aku mau masuk, eh, ada adek kelas yang minta foto. Abis tuh, suaranya ilang. Tapi, pas aku mau balik ke kelas, pintunya kebuka dan ada orang yang keluar, pas aku liat, orang itu adalah Eza!" jelasku rinci.
Saat ini, Ina benar-benar melepas hpnya dan menatapku dalam. Dengan ekspresi bingung tentunya.
"Seriusan?! Itu kenapa kamu kemaren tanya ke aku soal ruang itu?" tanyanya. Aku hany mengangguk.
"Dan ntar, rencananya aku mau ikutin dia. Na, temenin ya?" ucapku memohon.
"Idih, ogah banget. Ntar dikira mau ngintip. Lagian ya, bisa aja kamu salah liat. Darimana dia bisa dapet kunci gemboknya coba?" ucapnya menolak dengan kedua tangan yang disilangkan ke depan.
"Ih, please dong, Na. Aku cuman mau mastiin aja. Dan aku butuh saksi, ntar dikira aku bohong." ucapku memohon lagi.
Ina menghela nafas dan melihatku. Aku mengeluarkan puppy eyes andalanku.
"Yaudah deh, iya." jawabnya, menyerah. Hah, aku selalu berhasil kalau mengeluarkan jurus puppy eyes ku
Aku langsung senyum sumringah mendengarnya. Lalu, aku memeluknya dan mengucapkan terima kasih padanya berulang kali.
Tak lama, Eza datang. Panjang umur sekali anak itu. Baru juga dibicarakan, sudah muncul saja.
Aku melepaskan pelukanku dari Ina. Lalu, memperhatikan Eza yang melewati kami. Dibalik topi jaketnya, aku bisa melihat matanya melirikku. Tunggu, apa dia baru saja melirikku?
Awalnya aku sedikit terkejut. Aku pun memastikannya dengan menatapnya balik. Namun, matanya sudah terlanjur tertutup oleh topi jaketnya.
"Dasar aneh!" gumamku pelan.
***
Sudah 2 pelajaran terlewati. Dan Eza belum juga izin ke toilet. Tumben sekali? Biasanya, setiap pelajaran ia selalu izin ke toilet.
"Ada pertanyaan?" tanya Bu Keni setelah ia menjelaskan bagaimana terbentuknya sebauh bahasa yang sama sekali tak kuperhatikan.
Saat aku menengok ke arah Eza, secara kebetulan dia sedang mengangkat tangan kanannya. Hmm, apa dia mau bertanya?
"Tanya apa, Eza?" tanya Bu Keni lagi. Namun, bukannya bertanya, Eza malah berdiri dari kursinya dan melangkah ke depan Bu Keni.
Ini dia! Dia pasti mau ke toilet! Action times!
Seperti guru lainnya, Bu Keni hanya mengangguk dan mempersilahkan Eza untuk izin ke toilet.
Aku melirik ke Ina yang ternyata juga melirik ke arahku.
Untung ini bukan FTV, kalau iya, pasti sudah ada soundtrack lagunya Yovie n Nuno saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Friend"
Mystery / ThrillerTeman. Seseorang yang dibutuhkan setiap orang. Jika tak memilikinya, maka kita akan kesepian. Begitupun dengan gadis SMA berusia 17 tahun bernama Olivia Sindarta atau biasa dipanggil Via. Sebagai seorang siswi yang cukup populer, ia tentu memiliki b...