"Apa kamu tidak ingin menanyakan apa yang terjadi antara kita tadi malam?" Aryan tak berniat melepaskan Nasha begitu saja.
"Kau tak ingin tahu bagaimana panasnya kita tadi malam?" Aryan menyeringai. Membuat Nasha merasakan panas di wajahnya. Ia malu. Sungguh ia malu sekali. Setelah apa yang ia pertaruhkan selama ini untuk menjaga mahkotanya hingga puluhan tahun ini, akhirnya malah ia menyerahkannya pada laki-laki yang tak dikenalnya. Bagaimana bisa ia melakukannya dengan seseorang yang tidak ia kenal?
Bodoh. Dasar Nasha bodoh.
"Tanpa kau ceritakan aku sudah tahu apa yang kita lakukan tadi malam. Maaf karena aku mabuk berat tadi malam. Dan anggap saja apa yang tadi malam kita lakukan hanya one night stand. Kau pasti sering melakukannya kan. Jadi tak masalah buatmu untuk melupakan kejadian tadi malam bukan?" ucap Nasha sambil berusaha menjauhkan tangan Aryan. Namun tenaganya tak cukup kuat dibandingkan tenaga Aryan. Alhasil tangan kekar Aryan masih memeluk dirinya erat. Aryab sendiri merasakan kemarahan yang tiba-tiba menyelimuti hatinya kala mendengar kata-kata Nasha.
"Apa kau tak mau aku bertanggung jawab karena mengambil keperawananmu eh?"
Nasha POV
"Apa kau tak mau aku bertanggung jawab karena mengambil keperawananmu eh?" ucapan Aryan membuatku merasa bahwa dunia ku runtuh seketika. Barusan aku melupakan fakta bahwa aku memang masih perawan. Ya sebelum kejadian tadi malam. Aku memang tahu akan hal-hal yang berbau sex namun aku belum pernah melakukannya. Aku hanya melakukan sebatas ciuman. Tak pernah lebih dari itu karena aku memang tak mengijinkan pacar ku-ya itu dulu sebelum aku dicampakkan-berbuat lebih meskipun ia meminta.
Kurasakan pelukan Aryan mengendur. Aku bisa saja langsung pergi saat ini. Namun seolah tubuh ini berkhianat dengan otakku, tubuh ku tak bereaksi sama sekali. Masih tetap dalam keterdiamanku. Terpaku karena ucapannya tadi.
Sampai bunyi handphone ku menyadarkanku dari keterkejutanku. Aku mengambil slingbag ku yang terkapar di lantai dekat ranjang.
Untunglah tas ini tidak jauh. Kalau saja ada di sofa bagaimana aku harus mengambilnya.
Ku lihat siapa yang menelpon. Ternyata Hendin yang menelpon ku. Langsung saja aku mengangkatnya."Lo gila ya. Kemana aja lo dari kemarin sampe sekarang belom pulang hah?" refleks ku jauhkan handphone ku dari telinga karena teriakannya di sebrang telepon.
"Gue gapapa. Gue baik-baik aja kok. Ini bentar lagi gue juga bakal balik." jawab ku santai.
"Oke. Orang rumah pada khawatir nyariin lo tau. Dari semalem di hubungin nggak respon. Pokoknya lo harus cepet pulang. Kalo lo nggak cepet-cepet pulang, gue bakal disate sama abang lo." seperti itulah Hendin. Ia sudah seperti ibunya yang banyak bicara jika itu menyangkut diriku.
"Iya iya, bawel lo ah." aku mematikan telfon tanpa mendengarkan gerutuannya yang pasti kesal karena aku mematikannya sesuka hati.
"Jadi gimana?" suara bass itu terdengar lagi di telingaku. Astagaa aku lupa kalau di masih di sampingku dan dari tadi mendengarkan percakapan ku dengan Hendin di telepon.
God. Apa yang harus gue lakuin sekarang. Lebih tepatnya apa yang harus gue bilang? Tuhan selamatkan hambamu ini."Engg... Maaf aku harus segera pergi." kataku yang langsung berlari menuju kamar mandi sebelum ia menahan ku lagi. Namun ku rasakan selangkangan ku terasa sedikit sakit. Alhasil aku berlari dengan tertatih. Tak ku hiraukan rasa maluku yang berlari tanpa busana ke kamar mandi. Yang terpenting sekarang aku harus segera menjauh dari laki-laki itu.
Aryan POV
"Engg... Maaf aku harus segera pergi." dia langsung pergi ke kamar mandi tanpa memakai sesuatu untuk menutupi tubuh telanjangnya. Ku lihat langkahnya sedikit tertatih. Mungkin selangkangannya terasa sakit. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Ia pasti takut aku menahannya lagi pikirku.
Namun aku bersungguh-sungguh saat aku menawarkan pertanggung jawaban. Aku tidak tahu kalau ternyata dia masih perawan. Awalnya aku berpikir kalau dia biasa melakukannya karena dia bermain dengan handal tadi malam. Terlebih dia juga sudah kerap kali berganti pacar dan aku sering melihatnga di club bersama seorang laki-laki.
Tiba-tiba aku terpikirkan sebuah ide. Aku mengambil ponselnya yang ia letakkan di nakas samping ranjang. Untung dia bukan tipe cewek ribet yang mengunci ponselnya dengan pola ataupun pin. Langsung saja ku tekan sederet nomor yang tak lain adalah nomor telepon ku. Ku telfon nomor ku dan langsung menghapus log panggilan barusan setelah aku mendapat nomornya supaya dia tidak tahu. Aku tersenyum licik.
Aku tidak akan melepaskanmu Nasha. Tidak untuk yang kesekian kalinya. Tidak akan ada laki-laki lain dihidupmu selain aku setelah ini. Tidak setelah aku merenggut keperawanannya. Apalagi kalau kejadian semalam menumbuhkan kehidupan baru. Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya. Itulah janji ku terhdap diri ku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
(18+) With You [Sudah Terbit]
Romance(18+) Sebagian Part dihapus untuk kepentingan penerbitan. Follow dulu sebelum baca karena sebagian part di private. Thank you and happy reading