DUA

7 3 0
                                    

Second Part.

***


Saat ini, Luke beserta sahabat-sahabatnya berkumpul dirumah Calum. Mereka menonton sebuah film komedi yang bahkan tidak mereka simak sama sekali. Mereka lebih asyik ngobrol ngalor-ngidul. Topik apapun itu mereka perbincangkan, bahkan topik yang tidak ada faedah dan bobotnya pun mereka bahas.

Calum mengangguk paham. Lalu lanjut bertanya, "Oalah, jadi seminggu lalu lo bilang mau nginep dirumah si Michael itu emang beneran kabur? Gak pamit?"

"Wah, parah lo Ash!"

"Parah banget lu, Ash! Nyokap lo nyariin lo dirumah gua pas kita mau ngumpul di cafe deket resto, kutil!" Cecar Mike.

"Lah, serius? Kapan?"

"Tiga hari lalu,"

"Oh. Iye, gua 'kan gak dirumah semingguan emang."

"Astaghfirullah, nak! Kenapa kamu gak cerita ke Mamah, sih? Ceritain masalah kamu itu apa, biar Mama ngerti," Ujar Mike yang meniru gaya tantenya--Mama Ashton--saat berbicara.

"Lo kenapa sih, Ash?" Calum bertanya dengan nada rendah seolah dia letih akan masalah yang dihadapi Ashton.

"Tau lo mah! Nginep dirumah gua dua hari malah mingkem, cerita kek ama gue atau ke Mama gitu. Kita deket udah dari orok, sodaraan juga uda dari alam perut!" kesal Mike. "Masih aja gak mau cerita ke gua, lu."

"Hah?! Lo berdua sepupuan?" kaget Calum.

"Apa?!?!!" tanya Luke dramatis.

"Lo berdua kan uda tau dari lama, kutil! Lagian sepupu jauh." Mike menepuk kening kedua sahabatnya itu.

"Etdah, jidat gua sakit, Mik!" Calum mencoba untuk membalas tetapi selalu terpeleset. Tidak mengenai sasaran---kening Mike.

"Lo utang cerita ke kita ya, Ash." Luke berdiri dari sofa ruang TV Calum. "Gue mau balik dulu, sekalian jemput adek gue." pamitnya pada ketiga temannya.

"Ati-ati ya, Mas Lukman!" nasihat Mike. Calum dan Ashton hanya terkekeh mendengarnya.

***


Luke berdiri dipinggir trotoar tepat di depan tempat kursus Mesya, adiknya yang menginjak kelas 9 SMP. Adiknya itu akan melaksanakan Ujian Nasional beberapa bulan lagi, sehingga orang tua mereka menambahkan jadwal bimbingan belajar anak bungsunya. Luke mondar-mandir sambil memegang ponselnya, menunggu adiknya yang tak kunjung keluar.

Luke memutuskan untuk membeli semangkuk bakso Malang di pedagang kaki lima yang dekat dengan tempat motornya terparkir sembari menunggu Mesya.

"Mas, es teh sama baksonya satu, ya!" serunya. Lalu Luke duduk di tempat yang telah disediakan. Mengeluarkan ponsel di saku celananya lalu mengotak-atik ponselnya.

"Woi, bang! Gue cariin lu juga," Mesya menepuk bahu kanan kakaknya. Luke hanya menggumam sebagai jawaban.

"Eh iya, gue bawa temen gue, nih." Mesya menoleh ke belakang, "Sini, kak! Ayo makan bakso, abang aku yang bayarin!" ajaknya pada dua orang perempuan manis itu.

Yang satu mengepang rambutnya dan dikesampingkan di sisi kirinya dan yang satu menguncir tinggi rambutnya menggunakan karet rambut warna-warni. Mesya mendudukkan bokongnya tepat disamping Luke.

"E-eh, iya. Makasih. Aku balik dulu aja deh,"

"Heh, enak aja! Entar gue sendirian, si Mesya 'kan udah dijemput." si perempuan yang mengurai rambutnya itu menarik tangan temannya untuk duduk.

About Us × l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang