"Lagi dengerin apa?"
Waktu itu ku beranikan diri bertanya ketika aku mendapatimu duduk agak jauh dari yang lain dengan headset terpasang di telingamu. Kau mendongak, kemudian tersenyum saat melihatku. Kau tahu? Itu adalah salah satu adegan kesukaanku dari seluruh episode yang ku miliki denganmu. Karena dengan senyummu waktu itu, keraguanku menjauh. Aku ikut duduk di sebelahmu dengan jarak yang menurutku paling pas. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.
"Mau denger?" tanyamu seraya melepaskan headset tersebut dari telinga kirimu. Aku sempat blank selama beberapa saat sebelum akhirnya menyambut headset yang kau ulurkan.
Aku berusaha fokus mendengarkan lagu yang mampu membuatmu seolah terisap dalam duniamu sendiri. Namun, jantungku tiba-tiba berdetak terlalu keras. Aku takut kau bisa mendengarnya. Maka cepat-cepat ku alihkan perhatianmu dengan bertanya.
"Korea?" Kau tertawa kecil. Aku harap kau tertawa bukan karena wajahku yang memerah atau tingkahku yang tiba-tiba tak dapat ku jelaskan. Sungguh, kuharap bukan karena itu. Ngomong-ngomong, aku suka kebiasaanmu menutup mulut secara refleks saat akan tertawa. Juga suara tawamu yang khas yang ku yakin tak ada satu pun kembarannya di dunia ini.
"Jadi kamu suka Korea juga?" tanyaku demi menetralisir detak jantung yang tadi sempat menggila. Kamu kemudian menatapku antusias.
"Kamu juga suka?" Aku menggeleng. Yang kumaksud tadi adalah apakah kamu juga suka Korea sebagaimana gadis-gadis lain zaman sekarang. Antusiasmemu segera menyusut, jadi ku sambung lagi kalimatku.
"Gak terlalu tahu lagu-lagu Korea. Tapi, kalau kamu ada rekomendasi lagu bagus, I'll give it a try." Entah dapat kekuatan dari mana aku tiba-tiba bisa bicara sepanjang ini dan selancar ini di depan seorang gadis. Kamu berpikir sejenak kemudian mengutak-atik smartphone-mu.
"Suka genre apa?"
"Apa aja." Sebenarnya aku tidak begitu paham perbedaan genre dalam musik.
Kamu semakin serius memilah-milih.
"Kamu mungkin gak bakal terlalu suka ini, genrenya hip-hop soalnya. Tapi kalau kamu nanya aku, rekomendasiku ya ini." Katamu. Lalu tanpa menunggu persetujuanku segera memutar sebuah lagu.
Seperti katamu, ini hip-hop. Tapi kamu keliru karena meskipun terdengar asing di telinga, aku menikmati mendengarkan lagu yang kau rekomendasikan. Apa karena aku mendengarkannya denganmu?
"Ada alasan tertentu ngerekomendasiin lagu ini?"
"Liriknya bagus."
"Emang ngerti?"
"Ngerti dong."
Kau mengamati ekspresiku kemudian pecah lagi dalam tawa. Aku suka itu. Aku suka fakta bahwa kau bisa begitu mudah tertawa di dekatku. Meskipun aku tahu pasti satu hal, kau juga mudah tertawa bersama orang lain. Ah, kau memang spesial dan bukan aku saja yang menganggapmu begitu. Tidak heran semua orang ingin berteman denganmu, kecuali beberapa orang yang memang cemburu padamu. Tak usah kau pikirkan orang-orang seperti itu, karena kau tahu kan, ada banyak orang yang ingin mendengarmu seperti aku.
"Ya, kan ada translate-annya di google." Jawabmu kemudian, memecah lamunanku. Aku hanya ber-oh tanpa suara.
"Kirain kamu bener ngerti hanya dari ngedenger lagunya."
"Duh, lagu Jepang aja aku masih suka bolong ngertiinnya."
"Nah, itu dia. Aku aja Jepangnya masih patah-patah." Kita pun tertawa bersama.
Tapi harus kuakui, aku harus berterima kasih pada bahasa Jepang. Yang mempertemukanku denganmu, yang membiarkanku mengenalmu. Aku terbiasa beku, tapi di depanmu aku cair. Aku bahkan tak mengenal aku yang cair. Hanya kau yang mengenalnya.
"Jadi, lagu ini tuh liriknya inspirasional banget. Aku suka dengerin kalau lagi down sambil baca liriknya biasanya." Aku mendengarkanmu dengan saksama, merekam kata-kata yang kau ucapkan. Tak tertinggal satu kata pun.
"Bagus bangetlah pokoknya. Liriknya mengajarkan kita untuk gak berhenti berjuang menjalani kehidupan. Kalau lelah, kita boleh berhenti sejenak. Setelah itu lanjut lagi perjuangannya. Karena hari ini, bagaimana pun juga akan menjadi kemarin."
Kamu kemudian kembali memerhatikan ekspresiku.
"Kamu gak suka ya?"
"Eh, suka kok. Aku lagi ngehayatin lirik lagunya aja ini." Kamu terkekeh pelan.
"Judulnya apa?" tanyaku.
"Tomorrow. Penyanyinya BTS. Cari aja di You Tube."
"Siap."
Dan selesai sudah episode pertama kita. Singkat tapi berkesan. Tak terlupakan. Sebenarnya, kau juga tahu bahwa ini bukanlah pertemuan pertama kita. Bahwa aku bukannya sedemikian berani menyapamu ketika aku baru pertama kali melihatmu. Aku tak sepemberani itu.
Mungkin akan lebih tepat jika kukatakan bahwa itu adalah percakapan pertama kita. Sebelumnya tentu saja kita sudah pernah bertemu. Di pelaksanaan Open Reqruitement UKM Nihon, di hari peresmian anggota baru Nihon dan di beberapa pertemuan Nihon setelahnya. Aku juga sudah tahu namamu, Rara. Nama yang lucu, selucu orangnya. Gombal ya? Hehe, sekali-kali tak apalah ya. Toh kamu selalu suka digombali.
Kita juga sudah beberapa kali bertukar senyum sebelumnya, mengangguk dengan maksud kita saling mengetahui eksistensi masing-masing di UKM ini. Tapi itulah percakapan kita yang pertama, hasil dari kegigihanku memaksa diri untuk berani menyapamu. Aku sudah memerhatikanmu sejak awal meski mungkin kau tak tahu. Aku tahu kamu gadis periang yang ramah dan terbuka pada semua orang. Itulah sebabnya episode pertama kita bisa terjadi. Episode yang kemudian menggulirkan dadu untuk episode-episode selanjutnya.
---
Hai, makasih udah mampir dan baca cerita ini :)
Vote dan commentnya ditunggu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode
Подростковая литератураBagiku, setiap pertemuan denganmu adalah sebuah episode yang dialognya selalu ku tunggu. Cover by : @irishiraa