"Kamu suka baca?" tanyamu di suatu selasa. Saat itu aku sangat berharap aku bisa mengatakan iya, tapi aku menggeleng.
"Aku lebih suka nonton Film, Ra."
"Wah, sayang banget itu. Membaca itu menyenangkan lho." Promosimu.
"Jadi aku baru abis baca novel baru nih, karangan Azhar Nurun Ala. Bagus banget deh." Ceritamu dengan menggebu. Tipikal reaksi yang akan kau tampakkan ketika kau benar-benar bersemangat dengan sesuatu.
"Azhar Nurun Ala?"
"Hmm. Pernah denger?" aku berpikir sejenak. Rasanya Kai pernah bercerita tentang penulis ini. Tapi aku tak begitu ingat.
"Kayaknya pernah. Tapi lupa. Hehe." Aku menggaruk belakang kepala yang tak gatal. Aku ingin kau tahu bahwa aku ingin sekali bisa masuk ke dalam duniamu dan menemanimu merasa excited dengan segala yang kau temukan, entah itu musik atau buku. Tapi sepertinya kita memang ditakdirkan untuk hidup dalam dunia berbeda.
"Penulis baru sih. Keren banget bukunya, kata-katanya itu loh. Suka banget pokoknya."
"Ceritain dong kisahnya."
"Hm, kalo diceritain kamu bener-bener cuma bisa menikmati keseruannya sekitar sepuluh persen aja dari keseruan kalau kamu baca langsung bukunya."
"Gak apa-apa." Aku yang memang tak sanggup baca buku ini hanya ingin mendengarkanmu bercerita, Ra. Bagiku itu lebih seru daripada keseruan seratus persen yang kau maksud itu. Kamu menghela napas tapi akhirnya mulai berpikir untuk merangkai kata.
"Jadi, buku ini bercerita tentang kisah jatuh cintanya Azhar Nurun Ala ini ke istrinya sekarang. Dia nyeritain dari awal mereka ketemu, gimana mereka deket, gimana gugupnya dia kalau ketemu. Dan gimana galaunya dia saat harus ditinggal si istrinya ini untuk pergi kerja." Kamu menarik napas kemudian kembali melanjutkan.
"Ini sebelum mereka nikah loh. Jadi istrinya yang sekarang itu adalah seniornya waktu kuliah dulu. Tapi dia ini yakin bahwa dia udah jatuh cinta sama si cewek ini. Oleh karena itu dia bener-bener berusaha gimana caranya biar bisa mendapatkan cewek ini. Tapi gak lewat pacaran. Akhirnya di tahun terakhir kuliahnya, dia meminang si cewek ini dan akhirnya mereka berdua nikah."
"Keren banget. Padahal masih muda loh mereka. Penulisnya ini masih umuran dua puluh gitu waktu memutuskan mau menikah sama cewek yang dia sukai itu. Jadi ketika orang-orang pada sibuk ngurusin skripsi, dia sibuk ngurusin persiapan pernikahan." Matamu berbinar-binar seakan benar-benar takjub dengan cerita itu.
"Terus nih ya, ada satu quote yang aku suka banget dari novel ini. Begini bunyinya."
"Aku akan memperjuangkanmu. Aku akan mencintaimu dengan cara paling keren di dunia. Keren kan?" Kamu benar-benar seperti meleleh dengan kata-kata itu.
"Keren Ra. Kamu juga pengen nikah muda gitu ya?" tanyaku. Kamu kini menatapku dengan tatapan serius.
"Kalau ada yang mau memperjuangkanku seperti itu kenapa enggak?" aku mengerjap-ngerjapkan mata. Kamu sedang mengirim kode? Ah, jantungku mulai dag-dig-dug lagi kan? Aku cepat-cepat berpikir untuk keluar dari situasi awkward yang tiba-tiba ini.
"Emm, judul novelnya apa Ra?"
"Cinta Adalah Perlawanan. Kamu mau baca?" tanyamu.
"Entahlah, kalau ada waktu senggang mungkin." Jawabku. Kamu mengangguk-angguk.
"Mau pinjam novelku?" Eh?
"Boleh?" kamu kemudian tertawa.
"Ya boleh lah. Kenapa enggak? Tapi inget, jangan sampai lecet. Kalo lecet pokoknya kamu harus ganti rugi." Katamu strict. Kemudian kamu sibuk mencari novel baru kesayanganmu tersebut di dalam tas. Novel itu bersampul sederhana dengan gradasi warna merah muda dan hitam. Cantik, secantik pemiliknya.
"Siap." Kataku setelah kamu akhirnya menyerahkan novel itu.
"Bener ya?" kamu masih tidak yakin. Duh, apa sih yang tidak untukmu? Aku mengangguk meyakinkan sembari mengangkat dua jariku. Ini lambang 'suer' dari zaman kita alay dulu.
"Sebenernya nih ya, ada dua hukum yang dipegang erat sama pecinta buku." Aku menyimakmu yang seakan masih tidak rela membiarkanku merawat bukumu untuk sementara waktu.
"Satu, jika kamu meminjam buku dan ternyata buku itu bagus, jangan dikembalikan. Dua, jika kamu punya buku dan ternyata buku itu bagus, jangan dipinjamkan." Aku menyeringai.
"Berarti nanti gak usah aku pulangin gitu ya Ra?"
"Eh, bukan gitu maksudku." Kamu tampak kuatir, membuatku makin ingin menggodamu.
"Terus gimana?"
"Ya pokoknya balikin lah. Kamu kan bukan pecinta buku. Jadi hukumnya gak berlaku." Hahaha. Kamu ada-ada saja.
"Tahu gak Ra, aku pernah denger versi berbeda dari dua hukum pecinta buku yang kamu bilang tadi."
"Gimana?"
"Orang bodoh adalah orang yang mengembalikan buku yang ia pinjam. Tapi ada orang yang lebih bodoh lagi, yaitu orang yang meminjamkannya." Matamu membulat. Dan dengan cepat aku berlari meninggalkanmu.
"Eh, sial." Kau mengejarku setelah beberapa detik mencerna perkataanku. Hari itu aku tertawa bebas, bukan karena berhasil mengerjaimu. Tapi karena alasan yang sama dengan alasan bahagiaku sebelum-sebelumnya, mendengar ceritamu.
---
Balik lagi setelah beberapa lama gak muncul di wattpad. Semoga masih ada yang nungguin kelanjutan cerita ini ya.
Vote dan commentnya ditunggu ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Episode
Подростковая литератураBagiku, setiap pertemuan denganmu adalah sebuah episode yang dialognya selalu ku tunggu. Cover by : @irishiraa