Gaya Grafitasi

72 6 9
                                    


Prolog:

Tombol on/off pada komputer ku tekan. Tak menunggu lama, monitor menampilkan wallpaper lapangan basket di sekolahku. Kalian pasti bertanya, kenapa aku memilih gambar itu dibanding banyak pilihan tempat atau hal yang lebih menarik untuk dijadikan wallpaper.

Sebelum aku menjawab alasanku, izinkan aku menyalakan dulu menu WiFi computer. Aku akan membuka laman social media favoritku.

Yap, aku membuka FACEBOOK. Mengisi username dan password kemudian log in, dan terpaparlah beranda akun Facebook ku. Jejeran teratas beranda menampilkan postingan teman-teman SMA yang mengeluhkan PR Matematika tadi siang. Ah, jadi tambah beban saja, pikirku. Aku menggeser ke atas untuk melihat postingan yang lebih dulu masuk. Melewati beberapa postingan berikutnya, jari telunjukku berhenti pada satu postingan yang tak pernah ku lewatkan.

Ck, aku berdecak kagum melihatnya. Foto cowok sedang selonjoran di lapangan basket dengan keringat yang membanjiri keningnya. Aku langsung klik kanan dan save image. Otomatis masuk dalam daftar 500 lebih foto yang tersimpan di folder komputerku.

Heh, jangan kaget. Aku adalah seorang stalker yang aku. Dan parahnya aku juga pencuri foto paling rajin. Beruntungnya, aku adalah anak tunggal dan tak pernah satu temanku yang pernah singgah di kamarku. Mama/papa? Ah mereka jarang masuk kamarku. Dan aku sangat protektif siapa pun yang masuk ke kamarku. Sekali nya aku mendengar gagang pintu berbunyi, aku langsung shut down komputerku.

Kegiatan itu setiap malam ku lakukan tanpa libur sama sekali. Mama kerap menegurku karena betah di kamar. Ah apalagi yang bisa ku lakukan kalau di rumah, saudara tidak punya. Jarang sekali Mama dan Papa ada di rumah.

Tok..Tok..Tok...

"Ichsan...." Suara yang ku kenali memanggilku. Mama kapan pulang? Batinku.

"Kenapa kamarnya dikunci?" selidik Mama langsung menyisir pandangannya ke seluruh kamarku.

"Mama curigaan saja sama anaknya. Gak bagus ah masih begitu, " protesku.

"Justru karena kamu sudah gede. Mama gak mau ya kamu ikut pergaulan yang gak benar," nasehat Mama.

Aku mengangguk. Tenang Ma, anakmu ini masih polos kok kalau soal pergaulan yang Mama maksud. Tapi, apakah Mama akan kecewa kalau ternyata anak lelaki satu-satunya ini berbeda dari yang lain? Heeem aku merasa tak berdaya.

"Hei, malah melamun. Ayo kita ngobrol!" Mama sudah jalan lebih dulu.

Kegiatan ngobrol di ruang keluarga adalah salah satu rutinitas di keluarga kecil kami supaya kualitas kebersamaan kita tidak renggang. Banyak hal yang kita bicarakan, dari hal paling penting atau hanya sekedar bergurau. Manfaatnya luar biasa bagi kami, kepercayaan terhadap anggota keluarga menjadi kuat.

Tapi benarkah aku menceritakan semua hal ke Mama dan Papa? Jawabnya TIDAK.

Satu pertanyaan yang sering mereka jadikan bahan gurauan: Mama Papa belum pernah dengar kamu jatuh cinta? Cerita dong!

Dan aku langsung menjawabnya: Ichsan belum kepikiran. Masih fokus sekolah. Katanya anaknya disuruh fokus belajar dulu.

Kalimat itu sukses membuat mereka tak mengejar soal kehidupan asmaraku. Tapi sampai kapan aku akan menutupinya dari mereka? Entahlah..

Sebelum aku benar-benar yakin dengan apa yang aku jalani, aku ingin bagi ke kalian semua. Tentang seseorang di lapangan basket. Tentang masa pubertasku, dan tentang dia yang selalu memenuhi folder foto di laptopku.

Selamat menikmati.....

Chapter 1

Spot paling dituju ketika jam istirahat adalah kantin sekolah. Tapi aku tertahan di ruangan guru karena harus menyetorkan lembar jawaban dari tugas siswa tadi. Maya, sahabatku sudah berkali-kali mengirimkan "PING" sebagai tanda harus segera ke kantin.

UNPREDICTABLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang