1. Apakah Ini Mimpi?

26.8K 2.3K 304
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~
| Nan Gwaenchana |
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Apakah ini adalah mimpi? Kuharap iya.

~ [1] ~

Satu hal yang sampai detik ini Jimin syukuri dalam hidup adalah dapat melihat lautan manusia di depannya yang memegang lightstick yang menyala sambil menyerukan sebuah fanchant.

"Kim Namjoon! Kim Seokjin! Min Yoongi! Jung Hoseok! Park Jimin! Kim Taehyung! Jeon Jungkook! BTS!"

Mereka tiada lelah. Menyerukan namanya. Berteriak untuknya. Bahkan ada yang menangis untuknya.

Tangan mereka yang ringkih tanpa lelah mengangkat lightstick untuk melakukan fanchant hampir di setiap penampilannya. Ada juga beberapa tangan yang mengangkat tinggi-tinggi spanduk bertuliskan namanya, dukungan untuknya, dan ungkapan rasa cinta mereka padanya agar dapat dibaca olehnya ketika sedang melakukan penampilan di atas panggung.

Sekali lagi, Jimin bersyukur memiliki mereka dan masih dapat melihat mereka hingga detik ini.

Anggap saja, mereka adalah vitamin bagi hidupnya. ARMY---orang-orang yang Jimin cintai.

"Uri Bang---"

"---Tan! Kamsahamnida!"

Dan tak ada hal yang lebih menyedihkan ketika akhirnya Jimin bersama enam temannya pamit undur diri untuk mengakhiri konser dan menyaksikan ekspresi sedih mereka karena konser sudah berakhir yang menandakan mereka harus berpisah.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Jimin tahu hal itu.

Tapi entah kenapa, setiap kali ia mengucapkan slogan grupnya untuk mengakhiri konser, berpamitan dengan para ARMY, dan melambaikan tangan untuk mereka, Jimin selalu merasa takut.

Ya, takut.

Ia takut tidak bisa bertemu lagi dengan mereka---ARMY di penampilan berikutnya.

∆∆∆

"Bagaimana konsernya, Jimin?"

Seokjin bertanya pada Jimin setibanya mereka di backstage, yang lalu dibalas dengan senyuman oleh lelaki yang lebih muda.

"Menyenangkan," jawabnya singkat.

"Kau terlihat lelah. Ingin kuambilkan air minum?" tanya Seokjin lagi.

"Tidak, terima kasih."

"Kau butuh sesuatu? Akan kuambilkan untukmu."

"Tidak, Hyung."

"Atau kau ingin---"

"Hyung, jangan perlakukan aku seperti anak kecil," ucapan Jimin membuat Seokjin menelan kembali perkataannya. "Perlakukan aku seperti biasa saja. Aku baik-baik saja."

"Lebih baik kau ambilkan air minum untukku, Hyung," tiba-tiba saja Taehyung masuk ke dalam percakapan, membuat Seokjin dan Jimin menoleh padanya. "Aku haus."

"Aku kan menawarkan untuk Jimin, bukan untukmu, Taehyung."

"Tetapi Jimin tidak membutuhkannya, Hyung, jadi lebih baik untukku saja."

"Sudah jelas dia pasti membutuhkannya."

"Dia bilang dia 'baik-baik saja', Hyung. Itu tandanya dia baik-baik saja."

[SUDAH DIBUKUKAN] Nan Gwaenchana || jimin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang