Sinar mentari mentari menyeruak masuk saat seseorang membuka gorden kamarku, Aku mengerjapkan mata membiasakan cahaya .
"Ah selamat pagi bu....." ucapku saat yang membuka gorden adalah ibu
"Pagi nak" ucap ibu singkat dibarengi senyuman manisnya
Kemudian aku bangun dan pergi ke wc umum, selesai mandi aku beres beres rumah, karena ini adalah hari libur dan aku masuk kerja di pabrik jam 07:00 . Selesai beres-beres kami sekeluarga makan bersama di atas tikar.
"Nak kamu mau sekolah di mana" kata ibu membuka percakapan
"Apa SEKOLAH ? Tidak ayah tidak ijinkan emang cari uang mudah. Pokonya kamu harus pokus kerja" larang ayah
"Dia sekolah dapat beasiswa jadi tidak usah pusing soal biaya," bela ibu
"Tidak pokonya tidak setuju, bagaimana dengan buku paket, seragam, dan yang lain nya"
"Dia tetap pakai uang nya dia kan tetap kerja di pabrik"
"Sekali tidak ya tidak"
"Kenapa sih kamu selalu tidak setuju saat anak anak mu ingin mengubah nasib nya, padahal dari sekolah dasar mereka tidak merepotkan mu, bahkan mereka yang memberi mu uang untuk judi mu" kata ibu panjang lebar
Seketika ayah ku berdiri dan dan menendang bakul sampai berhamburan, selanjutnya terjadilah pertempuran hebat dan di akhiri dengan pukulan atau tamparan dari ayah. Kakak ku yang melihat gelagat ku untuk membela ibu langsung menariku keluar.
"Ayo kita kerja"
"Baik kak"
"Kamu tadi mau membela ibu ya?"
"Aku kan kasian kak sama ibu"
"Apa kamu gak ingat saat kamu membela ibu, malah kamu yang di siksa ayah"
Yah dulu saat ayah dan ibu bertengkar hebat aku penah membela ibu dengan angkat bicara. tapi yang terjadi aku malah di siksa oleh ayah dengan celutunya, yang di akhiri dengan cairan merah pekat di seluruh tubuh.
Kami berdua berjalan menuju jalan raya menunggu angkutan umum lewat. Tak menunggu lama angkutan umum pun datang , kami langsung memasukinya. Untuk menuju pabrik butuh sekutar 30 menit untuk sampai, ketika angkutan yang aku naiki melaju aku hanya diam sambil memandangi pematang sawah yang selesai panen.
"Ayo udah sampai melamun aja" bisik kakak ku sambil menguncang tubuku
Aku mengangguk dan ikut turun saat kakak selesai membayar ongkos. untuk menuju pabrik kami memasuki sebuah gerbang besar dan untuk sampai di gedung kami harus menempuh jarak sekitar 200 meter lagi.
"Selamat pagi pak" ujarku pada seorang satpam
"Pagi dek " jawabnya ramah
Dan pagi itu aku langsung bekerja di bagian cheking, meski saat aku kali pertama masuk aku di tugaskan di bagian angkut barang karena pada saat itu usia ku baru 12 tahun. Sedangkan kakak bekerja di bagian produksi. Oh iya kami berdua bekerja di sebuah pabrik alas kaki.******
"Bu apa ayah tidak akan marah ?" Tanyaku sambil memakai dasi
Hari ini adalah hari pertama aku sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
"Tidak nak ibu sudah yakinkan dia dengan iming-iming uang" jawab ibu
"Maksudnya"
"Jadi gini ibu akan menambah nominal uang mingguan ayah, jadi maaf saja jika uang mu di ambil cukup besar dari gaji mu"
"Gak apa-apa bu, yang penting aku sekolah dan bisa merubah nasib kita"
Kalian dengar uang mingguan untuk suami, yah seperti itulah dia hanya judi dan mabuk saja yang di kerjakan nya. Kata ibu dulu kami hidup berkecukupan karena memiliki harta warisan tapi sayang harta itu ludes untuk membayar hutang-hutang ayah saat kalah judi.
Kemudian aku.menyalami ibu dan kakak ku karena ayah sedang tidur jadi aku tidak berani membangunkanya. Dan aku berjalan riang saat sedang menuju ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
Fantasydaniel harus menerima kenyataan kalo dia harus di jual oleh ayahnya kepada seorang pengusha kaya gay. cerita berbau homo , homopobic silahkan pergi. warn *m-preg*