2. Bukan cewek sebenarnya

96 4 3
                                    

"Xy, xy, xx, xz,apala itu, bodo amat!" Farel menguap lebar-lebar. Dia menghadap kebelakang, Samudra masih tetap fokus dengan buku yang penuh dengan coretan penanya.

Tak ingin mengganggu Samudra, cowok itu mengeluarkan handphonenya. Lalu membuka aplikasi line dan masuk kedalam obrolan grup.

Farel A.: x+y=xy jadi gue+ doi paan yak

Jonathan : putus.

Jonathan : enggak deng. Canda. Wkwk.

Farel : belajar lo. Hp aja yang lo pegang.

Jonathan : ibarat lo bilang gue jelek tapi gak sadar diri gitu lo.

Jonathan : ngerti maksud gue?

Farel A. : sensi dek?

Farel A : baru putus kamu ya.

Jonathan : samudra kita sedang fokus. Gue rasa hpnya getar-getar membahana.

Farel A : Dra.

Farel A : aku dikacangin:(

Jonathan : prof lagi fokus. Tolong diam.

Samudra : ap?

Farel A : cueknya :(

Farel A : tega:(

Jonathan : kapan mati?

Samudra : diam, atau gue tendang kursi lo?

Farel : ih, kasar:(

Samudra : bacot!

Samudra left gruop.

Samudra mematikan data seluler ponselnya. Dia menatap Farel yang ada di depannya dengan mendengus kesal. Kenapa sih harus chat gruop? Kan terganggu belajarnya.

Dia mendongakkan kepalanya, ketika bu Nala memanggilnya beberapa kali, hingga beberapa orang menoleh. Ah, melamun kamu Dra.

"Ya Bu?" Samudra bertanya dengan nada gugup.

Bu Nala tersenyum sekilas, "Ambilkan buku kalian di perpustakaan, tadi ibu letak disitu." pintanya dengan lembut.

Samudra mengangguk, lalu berjalan keluar kelas. Ah, dia tidak konsentrasi karena Juna dan Farel.

Sahabat abal-abal!

Samudra berbelok dan sedikit kaget ketika seseorang muncul dengan tumpukan buku yang menutupi wajahnya.

Cowok itu mengelus dadanya. "Ada orang?" suara khas cewek itu menyahut, mencari celah agar bisa melihat seseorang di depannya.

"Gak, ada malaikat." sahut Samudra dengan ketus.

"Hah! Malaikat! Malambai iya!" balas cewek itu.

"Ehh, bantu gue berat amat ni buku." cewek itu kelimbungan dengan tumpukan buku itu. Samudra menghela napas. Dia mengambil setengah tumpukan buku itu, dan barulah dia melihat wajah cewek itu.

"Kuntilanak kemarin ternyata." kata Samudra lalu berjalan ke arah perpustakaan. Cowok itu melihat sekilas ada label perpustakaan sekolah di sisi buku itu.

"Yee! Mulut! Mau ditabok?" tanya Anggia dengan galak. Mereka menuruni tangga.

"Eh elo temannya si Playboy sempak terbang kan?" Anggia menyipitkan matanya, berusaha mengingat wajah Samudra kemarin.

"Pasifik! Eh, kenapa gue kepikiran sama pasifik?" dia bergumam pelan seperti orang bodoh.

"Iyaaa! Samudra!" katanya dengan mantap. "Samudra pasifik!"

"Samudra Andrana!" ketus Samudra dengan ngotot.

Cewek itu mengangkat bahunya, mereka sampai di depan perpustakaan. Cowok itu membuka pintu diikuti oleh Anggia.

"Lo... Juga playboy?"

***

"Ih toel-toel pantat ayam!" kata Farel dengan nada gemas. Dia menunjukkan handphonenya ke hadapan Samudra.

Samudra yang sedang makan nasi goreng menengadah melihat handphone Farel. Ada foto cewek cantik incaran Farel.

"Gue tadi ke club basket. Ditanyain noh, kenapa jarang latihan."

Juna datang dari belakang dan duduk di sebalah Samudra. Wajahnya berkeringat, cowok itu baru aja bermain basket.

Karena seragam sekolahnya sudah berganti dengan kaos oblong.

"Sibuk gue. Lagian, kemarin baru sibuk-sibuknya turnamen dan sekarang udah selesai gue mau istirahat dulu."

Juna mengangguk, lalu meminum jus lemon Farel. Tidak peduli mendapat pelototan maut dari cowok yang berambut cepak itu.

"Pesan gila! Jijik satu ludah sama lo." sembur Farel dengan galak.

"Saliva, gue jijik dengar ludah."

"Eh si Tai! Berisik! Gue mau tidur dulu! Eh makan!"

Samudra menghela napas. Mereka begitu berisik.

***

Anggia menatap kesal teman disampingnya, Rania terus saja mendorongnya ke arah kantin padahal cewek beriris kelam malam itu sudah menolak berkali-kali. Temannya naksir Juna.

"Gak mau!!!" cewek itu mengendus kesal dan berbalik ke arah kelas. Namun lagi-lagi tangannya ditahan oleh Rani. Rania melihat Anggia dengan puppy eyes. Anggia menghala napas.

Temen lo, kalau kagak udah gue lempar ke got!, dia melepaskan tangan Rania dengan malas. Lalu berjalan ke arah kantin, namun, lagi, tangannya ditahan oleh Rania. Cewek itu menyerahkan sebuah coklat.

Anggia mengerutkan keningnya, "Mau kasih ini doang? Nyuruh gue? Elah dek! Nggak berani lo?" ejek Anggia dengan tawa mengerikannya.

Rania menggelengkan kepalanya dan menggigit bibirnya bawahnya. "Nggak... Takut... Malu... Aduh gimana jelasinnya."

"Tinggal lempar ke wajahnya terus bilang lo suka sama dia! Gitu aja kok ribet." ocehnya dengan kesal.

Helaan napas keluar dari mulut Anggia, "Cowok playboy kok lo sukai."

Setelah sampai dikantin, Rania beringsut duduk di pojok. Tangannya mengibas-ngibas ke arah Anggia, menyuruh cewek itu agar bergerak cepat.

Dengan santai dan cewek itu berjalan ke arah meja Juna, dia nampak asik ke berbicara dengan temannya. Ah Pasifik dan Reno.

Dia berdiri di depan meja Juna, cowok itu memperhatikan Anggia. "Lo yang kemarin malam kayak kuntil anakkan?" tanya Juna dengan mengerutkan keningnya.

"Kuntil anak pala lo. Cantik gini gue." jawabnya dengan kesal dan melemparkan coklat di meja Juna. "Dari Rania, teman gue."

Juna dan kedua temannya memperhatikan dan saling bertatapan. "Lo gak punya etika ngasih coklatnya? emang perlu banget dilempar?" tanya Farel sambil menggelengkan kepala.

Anggia tersenyum dan mengibaskan rambutnya, "Bodo amat! Gue cabot!"

"Astaghfirullah, Jun. Serem amat." komentar Farel sambil mengelus dadanya. Melihat punggung Anggia yang semakin jauh.

Samudra diam-diam memperhatikan, cantik.

LOVABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang