3. Tetangga Baru

71 2 0
                                    

"Samudra pulang! Abang!" Samudra yang baru saja pulang, berseru girang ketika Radith, abangnya yang tinggal di Malang kini pulang.

Sebenarnya, bukan karena Radith pulang Samudra senang, tapi karena Abangnya pasti membelikan sesuatu untuknya ketika pulang. Selalu.

Samudra cukup akrab dengan Abangnya, walau kadang cowok itu sedikit canggung. Abangnya sangat baik padanya, berbanding terbalik dengannya. Belum lagi, sikapnya begitu manis memperlakukan Samudra.

"Udah pulang kamu? Eh, Farel, Juna?" Radith tersenyum ramah kepada Juna dan Farel yang ada di samping Samudra.

"Kak Radith? Wah kapan pulang? Ngapain pulang kak?" Samudra menjitak Juna karena pertanyaannya yang asal keluar dari mulut cowok itu.

"Kangen rumah, biasalah." jawab Radith sambil terkekeh pelan melihat Samudra menjitak Juna.

Farel menatapnya dengan Radith dengan mata berbinar, cowok itu buru-buru duduk disamping Radith. Di mata Farel, Radith itu kakak yang sempurna, pinter, cakep, baik hati.

"Bang Dith, cewek-cewek di kampus lo cakep-cakep gak?" tanya Farel dengan penasaran. Radith sedikit berfikir.

"Yah, lumayan lah. Kenapa? Kok nanya gitu?"

"Kalau cewek disana cakep, gue rencana mau lanjut dikampus lo aja!" Juna dan Samudra ikut duduk di dekat Radith.

"Jadi, lo gak bareng sama kita?" Juna menyipitkan kedua matanya.

"Hm. Disitu aku merasa bingung. Nanti gue pikiran lagi ya teman-teman. Ayo makan, gue laper." jawab Farel dengan santai dan mendapat lemparan bantal sofa dari Samudra.

Cowok itu berlalu dari hadapan Juna dan Farel. "Samudra, udah pernah pacaran?" tanya Radith sambil melihat adiknya yang berjalan ke tangga.

Juna mengangkat bahunya, "Tak kak, setau gue sih belum pernah."

"Gue juga gak tau. Samudra tertutup banget kalau soal ciwi-ciwi." sambung Farel.

Radith mengangguk. "Oh ya, kalau cewek yang ditaksir Samudra, ada gak?"

Juna menatap Farel sambil mengingat-ingat, "Sebenarnya sih, Samudra itu ganteng, kita bahkan tau tu cowok sering ditembak sama cewek. Tapi katanya, gak ada yang menarik."

"Huh, kabarin  ya, kalau Samudra punya ciwi-ciwi."

"Emang kenapa Bang?"

"Abang takut, Samudra gay."

****

Samudra mengerutkan keningnya ketika rumah disebelahnya nampak ramai. Rumah yang biasanya kosong itu, nampak sudah berpenghuni. Cowok itu mengerem sepedanya, dan menatap beberapa orang yang sibuk mengangkat barang-barang kedalam rumah bercat putih itu.

Namun, dia memperjelas pandangannya, ketika menemukan Anggia di antara orang-orang pengangkat barang itu. Cewek itu sedang berdiri menggunakan celana jeans dan kaos berwarna abu-abu, terlihat humble.

Entah kenapa Samudra memperhatikannya. "Anggia!" panggilnya. Anggia menoleh, mendapati Samudra duduk disepedanya sambil tersenyum kikuk. 

Anggia tersenyum dan menghampiri Samudra. "Hai Pasifik!" 

"Samudra." ujarnya mengkoreksi.

Anggia tertawa kecil. "Wah, lo ngapain disini?"

Samudra memegang dagunya dan tersenyum, "Numpang boker."

"Samudra!"

"Sorry, sorry, gue mau pulang. Lo sendiri?"

Anggia menunjukk ke arah rumah yang ada dibelakangnya, "Gue tinggal disini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang