- Namjoon PoV -
Jeon Namjoon.11 tahun.
Bunyi jam waker membuatku terbangun dari tidur. Aku melirik jam waker tersebut, jam sudah menunjukkan pukul 6. Dengan bermalas-malasan, aku bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ini pertama kalinya aku bangun sepagi ini dan ini juga pertama kalinya aku tidak mandi pagi -siapa yang tahu?-. Sensasi dingin merayapi tubuhku ketika kulitku menyentuh air yang mengalir dari wastafel saat aku mencuci muka. Itu akan membuatku flu nantinya, jika aku nekat tetap mandi. Setelah mencuci muka dan berseragam lengkap, aku menyeret tasku dengan malas.
"Hoaaaam~"Aku keluar dari kamarku dan berjalan menuju kamar Jungkook, adik laki-lakiku satu-satunya.
Dia berumur 5 tahun. Dan hari ini adalah hari pertamanya bersekolah di TK Bangtan. Appa menyuruhku untuk mengantar Jungkook, karena letak TK Bangtan searah dengan SMP Bighit, sekolahku. Jadi, inilah alasannya mengapa aku bangun sepagi ini.
"Jungkook, apa kau sudah bangun?", kataku sambil mengetuk pintu kamarnya.Karena tidak ada jawaban, aku memutuskan untuk masuk ke kamar Jungkook.
"Jungkook?", panggilku sambil menyalakan lampu karena kamarnya gelap.Sunyi.Aku tidak melihat sosok Jungkook di sekeliling. Hanya ada sebuah ipad berwarna dark blue di atas ranjang yang sudah tertata rapi.
"Jungkook, kau di dalam?", tanyaku sambil mengetuk pintu kamar mandi.Tetap tidak ada sahutan. Aku membuka pintu kamar mandi. Gelap. Jungkook juga tidak ada di dalam.
"Mungkin dia di bawah", gumanku. Aku meninggalkan kamar Jungkook setelah mematikan lampu. Mataku terus mengawasi sekeliling untuk mencari sosok Jungkook. Tiba-tiba ada sesuatu yang menerjangku dari belakang.
"Pagi!", teriak Jungkook sambil memeluk pinggangku.
"Pagi, bocah nakal!", sahutku.Jungkook selalu menerjang lalu memeluk pinggangku dari belakang. Kaget, ketika dia menerjangku tiba-tiba. Senang, ketika dia memelukku erat-erat. Jungkook melepaskan pelukannya. Kemudian aku berbalik menghadapnya. Kulihat Jungkook yang sudah mengenakan seragam sekolah berwarna pink -ciri khas TK Bangtan- sambil menyandang tas merah di punggunggnya. Diaterlihat manis dengan seragam itu. Dulu aku juga pernah memakai seragam yang seperti itu, bahkan Eomma tertawa sambil mengataiku manis. Oke, lupakan soal Eomma.
"Pagi, hyungie!", sapanya lagi sambil tersenyum lebar padaku.
"Pagi, cadel!", balasku tersenyum sambil berjongkok menyamakan tingginya.Aku dapat mencium aroma shampoo baby di rambutnya yang sedikit basah. Keramas di pagi hari yang dingin ini? Apa tidak kedinginan? Mmmm~ Kau benar-benar hebat,adikku!
"Kau selalu bangun lebih awal dariku. Dan sekarang, kau bahkan lebih rapi dariku. Kau benar-benar mandiri, Jungkook", kataku sambil membenarkan letak dasi yang melingkar di kerah bajunya.Jungkook memiringkan kepalanya, dia menatapku sambil mengedipkan kedua matanya. Aku tahu dia tidak mengerti dengan apa yang aku katakan barusan.
"Kookie, sa-ngat, meng-ge-mas-kan", kataku pelan sambil menunjuk hidung Jungkook, kemudian aku memasang wajah imut.
"Gomawo, hyungie", balas Jungkook tersipu malu.
"Si-ap ke se-ko-lah, Kookie?", tanyaku lagi sambil menggerak-gerakkan kedua tanganku.
"Kookie ciap cekoyah", jawabnya sambil mengacungkan jempol kanannya.Aku mengacak-ngacak rambut hitamnya.
"Ayo!", kataku sambil menggendongnya.Berbicara pelan sambil menggunakan gerakan tangan, mulut dan mimik wajah. Bahasa isyarat. Ya, inilah cara berkomunikasi dengan Jungkook. Aku merasa kesulitan dengan cara komunikasi yang seperti ini. Karena aku tidak bisa menyampaikan apa yang ingin aku katakan pada Jungkook, hingga dia benar-benar mengerti maksudku dengan jelas. Jungkook bahkan belum bisa membaca dan menulis, kosa kata yang dia ketahui juga masih sedikit. Tapi aku yakin Jungkook adalah anak yang pintar dan cepat tangkap, sama seperti diriku. Meskipun Jungkook tidak bisa mendengar, bukan berarti dia cacat. Karena di mataku, dialah adikku yang paling sempurna. Dan aku sangat menyayanginya.~~~~Sesampainya di meja makan yang letaknya berhadapan dengan dapur. Aku menurunkan Jungkook dan mendudukkannya di kursi.
"Pagi, Appa!", teriak Jungkook bersemangat hingga membuat Appa yang sedang sibuk memasak di dapur menoleh padanya.
"Pagi!", sapaku kemudian sambil membantu Appa menyiapkan piring.
"Pagi!", balas Appa, kemudian kembali dengan masakannya tadi.Setelah bercerai dengan Eomma 1 tahun yang lalu, hak asuh anak jatuh pada Appa. Karena Eomma dinilai tidak becus dalam mendidik anak dan tidak segan-segan bertindak kasar, terutama pada Jungkook yang dianggap menyusahkannya. Sekarang Appa menjadi single parent. Aku kagum padanya, di sela-sela kesibukannya di kantor dan kadang kala harus lembur juga, Appa masih sempat bangun pagi untuk membuatkan kami sarapan. Appa juga sering meneleponku untuk menanyakan apakah kami sudah makan atau belum? Benar-benar ayah yang baik bagi kami. Tidak sampai 10 menit, Appa selesai memasak. Dan kami bertiga langsung sarapan. Tidak ada percakapan selama sarapan berlangsung. Appa tidak ingin Jungkook merasa terasingkan karena tidak mengerti apa yang dibicarakan. Dan Jungkook juga memilih diam. Keheningan dan ketenangan selalu menemani kami ketika berkumpul di satu meja seperti ini. Tidak masalah, asalkan kami bisa kumpul bersama seperti ini.~~~
Jam menunjukkan hampir pukul 7. Aku mengayuh sepeda sambil membonceng Jungkook di belakang menuju TK Bangtan. Jungkook hanya diam melihat sekeliling sambil terus memeluk pinggangku.Butuh waktu kurang lebih 10 menit untuk sampai ke TK Bangtan. Inilah alasan Appa lebih memilih menyekolahkan Jungkook di TK Bangtan-sekolah umum- daripada sekolah khusus yang letaknya jauh dari rumah. Kuharap Jungkook tidak merasa terasingkan ataupun diasingkan di sekolah ini. Aku memarkirkan sepeda di tempat parkir yang bersebelahan dengan gerbang. Aku menggandeng tangan Jungkook.
"Pagi, Namjoonie!", sapa seorang wanita berambut merah panjang yang bernama Kim Baekhyun. Baekhyun-Saem adalah mantan wali kelasku dulu. Sekarang beliau sudah menikah dan mempunyai seorang anak yang seumuran dengan Jungkook. Dan anak itu juga bersekolah di sini.
"Pagi, Baekhyun-Saem!", balasku.
"Jungkook, beri salam pada Baekhyun-Saem", kataku.
". . .", Jungkook hanya diam tidak merespon sambil menatap murid-murid yang bermain kejar-kejaran.
"Maaf, pendengaran Jungkook agak kurang jelas", kataku sambil membungkuk.
"Ah, gwencana, Namjoonie. Ayahmu sudah menjelaskannya. Kami akan mencoba untuk beradaptasi dengan Jungkook", jelas Baekhyun-Saem.
"kamsahamnida", kataku.
"sama-sama", balas Baekhyun-Saem sambil tersenyum.Baekhyun-Saem menepuk pelan pundak Jungkook supaya Jungkook menoleh padanya.
"pa-gi, jung-kook-ie", sapa Baekhyun-Saem ramah.
"Pagi", balas Jungkook pelan.Baekhyun-Saem mengacak-ngacak rambut Jungkook dengan gemas.
"Kau bisa menitipkan Jungkook padaku. Kau tidak ingin terlambat mengingat hari ini adalah hari pertamamu masuk sekolah baru kan, Namjoonie?", tanya Baekhyun-Saem.
Aku melirik jam tanganku, jam menunjukkan pukul 07.10am. Dan aku masih belum rela meninggalkan Jungkook sendirian di sini.
"Tidak masalah jika harus terlambat. Saya ingin mengajak Jungkook berkeliling melihat-lihat sebentar", kataku.
"Mmmm~ Kakak yang baik! Nice!", puji Baekhyun-Saem sambil tersenyum padaku.Aku tersenyum membalas pujian Baekhyun-Saem. Baekhyun-Saem selalu memujiku. Kuharap aku bisa seperti yang dikatakan Baekhyun-Saem. Menjadi kakak yang baik.~~~
Aku mengajak Jungkook berkeliling. Di taman sekolah yang luas, tampak murid-murid yang sibuk bermain kejar-kejaran, berayunan, bermain pasir, dan lainnya. Aku jadi teringat dengan masa TK ku dulu.
"Kau tidak ingin bergabung dengan dengan mereka?", tanyaku.Aku menoleh pada Jungkook yang masih menggandeng tanganku, seolah tidak mau dilepas. Jungkook hanya tertunduk diam sambil meremas celananya. Aku tahu Jungkook sedang gugup, karena ini hari pertamanya di sekolah.
"Jungkook", panggilku sambil menepuk pelan bahunya.Jungkook mengangkat kepalanya dan menoleh padaku, aku tersenyum padanya.
"Puyang~ Kookie puyang~ Takut~", lirihnya.Aku tertawa kecil. Sikap Jungkook yang seperti ini, jadi mengingatkanku dengan diriku sewaktu kecil, ketika pertama kali aku bersekolah di sini . Aku juga gugup waktu itu.Aku tersenyum dan berjongkok di hadapannya.
"Kookie tidak boleh pulang dulu. Kookie harus belajar biar pintar", jelasku tanpa menggunakan bahasa isyarat."?", sepertinya Jungkook tidak mengerti.
"Appa ma-rah, Kookie, ti-dak, se-ko-lah", jelasku terpotong-potong sambil menggunakan bahasa isyarat.Kuharap Jungkook mengerti.
"Appa mayah?", tanyanya.
"Iya", anggukku.
"Appa, hyung, se-nang, Kookie se-ko-lah. Kookie, be-la-jar. Lihat, te-man, ti-dak, ta-kut", jelasku lagi.
"Hyung se-ko-lah. Kookie se-ko-lah. Appa se-nang", bujukku lagi.Ayolah, Jungkook~
"Kookie takut~", lirih Jungkook dengan mata berkaca-kaca. Oh, Jungkook! Mengapa kau mengeluarkan jurus seperti itu di saat aku sedang membujukmu dengan susah payah untuk bersekolah?
"Ja-ngan ta-kut. Hyung di sini. Di sini, OK?", bujukku sambil memberinya jempol.
"Hyungie cini tunggu Kookie?", tanya Jungkook.
"Iya", melihat sekeliling sambil menggigit bibir bawahnya. Jungkook masih ragu ingin tetap sekolah atau pulang?
"Tunggu Kookie?", tanya Jungkook sekali lagi sambil menyodorkan jari kelingking kanannya padaku.
"Iya. Hyung, tunggu, Kookie", jawabku sambil mengaitkan jari kelingking kananku di jarinya.Tak lama kemudian, senyum menghiasi wajah polosnya. Sepertinya aku harus bolos di hari pertamaku masuk SMP. It's OK! Demi Jungkook!~~~
Teeeeng Teeeeng Teeeeng
Bunyi lonceng sekolah menandakan pukul 07.30am. Semua murid bergegas berkumpul dan berbaris rapi di lapangan. Dari jauh, aku melihat seorang anak laki-laki berambut coklat dan hitam sedang mengapit Jungkook agar berbaris bersama. Aku merasa cemas melihat Jungkook menjauhkan diri dari mereka. Aku bermaksud menghampiri mereka. Tapi langkahku terhenti ketika melihat Baekhyun-Saem menghampiri mereka bertiga. Baekhyun-Saem tampak menjelaskan sesuatu dengan bahasa isyarat, hingga akhirnya Jungkook mau berbaris bersama mereka.Setelah berbaris rapi, kepala sekolah memberikan pengarahan. Selama mendengararahan dari kepala sekolah. Jungkook hanya tertunduk, sesekali dia mengangkat kepalanya hanya untuk memastikan keberadaanku. Aku hanya bisa tersenyum sambil menjulurkan jempol saat dia menatapku.
"Jangan cemas, adikku. Hyung ada di sini bersamamu", bisikikku pelan seolah angin bisa menyampaikan bisikanku ini tembus sampai ke pikiran Jungkook.
Setelah acara bersosialisai dengan para guru sekaligus pembagian kelas. Sekarang saatnya berpencar ke kelas masing-masing. Lagi, anak laki-laki berambut coklat dan hitam tadi merangkul Jungkook agar masuk ke kelas bersama, kurasa kerena mereka sekelas. Dan lagi-lagi Jungkook enggan beranjak dari tempatnya. Jungkook menoleh padaku, wajahnya tampak cemas seolah-olah ada kucing di dalam kelas. Ya, Jungkook takut kucing. Aku hanya bisa tersenyum sambil menunjukkan jari kelingking kananku ke arah Jungkook. Tak lama kemudian, Jungkook tersenyum sambil mengangkat jari kelingking kanannya. Dan mereka memasuki kelas dibimbing oleh Baekhyun-Saem sebagai wali kelas mereka.
"Kau begitu mencemaskan adikmu, sehingga kau rela bolos sekolah, Namjoonie?", tanya Baekhyun-Saem menghampiriku.
"Saya cemas dengan rasa cemas yang Jungkook rasakan saat ini", jawabku tertawa kecil, bisa-bisa aku dicap brother complex nih.
"Jangan cemas!", kata Baekhyun-Saem sambil menepuk kuat pundakku.
"Relax saja!", sambungnya sambil memulai memijat pundakku.Dulu Baekhyun-Saem suka memijatku seperti ini ketika aku merasa gugup. Kuakui pijatan Baekhyun-Saem membuat rasa cemasku hilang.
"Kurasa bocah itu akan melakukan hal yang sama pada Jungkook", kata Baekhyun-Saem.
"Anak laki-laki berambut coklat tadi?", tanyaku.
"Iya. Namanya Taehyung. Dia anakku", jawab Baekhyun-Saem.
Aku hanya bisa tersenyum membayangkan Jungkook dipijat oleh Taehyung, si bocah coklat sekaligus anak Baekhyun-Saem. Semoga mereka bisa akrab. Sesampainya di rumah. Jungkook segera mendudukkan diri di atas sofa ruang keluarga. Jungkook dengan antusias mengeluarkan buku tulis dari tas merahnya itu, dan mulai menuliskan sesuatu di buku tulis.
"Apa kau tidak lapar, Jungkook?", tanyaku sambil berjalan ke arah dapur.
Aku mengambil segelar air minum untuk Jungkook.
"Minum dulu", kataku sambil menyodorkan segelas air minum pada Jungkook.
"Gomawo, Hyungie", katanya sambil mengambil dan meneguk habis minumannya.
"Sedang menulis apa?", tanyaku.
Aku mengambil gelas kosong dari tangan Jungkook.
"Namjoon hyung", kata Jungkook sambil menunjuk tulisan pada buku tulisnya.
"Kau menulis namaku?", tanyaku.
"Namjoon hyung", katanya lagi.
"Benar!", kataku sambil mengacungkan jempolku.
"cungkookie", katanya sambil menunjuk tulisan di bawahnya.
"Jungkook", ralatku.
"Cayah?", tanyanya bingung karena aku tidak mengacungkan jempolku.
Aku menggeleng pelan.
"jung-kook-kie", kataku pelan dengan gerakan mulut.
"Cung-kook-kie", Jungkook mengikuti gerekan mulutku.
Aku hanya tersenyum sambil mengacak-ngacak rambutnya.
"Cadel", tawaku.
"?", Jungkook hanya menggembungkan pipinya.
"OK, next!", kataku sambil membaca tulisan dibawah nama Jungkook.
"Taehyung, Jimin. Teman barumu?", tanyaku.
"Taeyung, Taetae. Chiminie, Chiminie", jelas Jungkook.
"Hahaha...", lagii-lagi aku tertawa mendengar suara cadelnya.
"Cayah ya?", tanya Jungkook heran.
Aku menggeleng.
"Kau he-bat, Kookie!", pujiku.
"Gomawo, Hyungie!"TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Of Gold
FanfictionOriginal story by Gatsuaki ipeh Original pair itasasu Remake pair namkook Namjoon-Jungkook Brothership Meskipun Jungkook tidak bisa mendengar, bukan berarti dia cacat. Karena di mataku, dialah adikku yang paling sempurna. Dan aku sangat menyayanginy...