Surprise

6.8K 572 43
                                    

Warning: SMUT, PWP: isinya cuma smut, kotor, penuh dosa. Read at your own risk.

Dibuat khusus untuk Park In Jung, terima kasih inspirasinya~

***

Yoongi membuka pintu apartemennya dengan malas. Perjalanan bisnis selalu melelahkan dan menguras semua kebahagiaan dalam dirinya. Berbicara dengan klien dan mencoba memenangkan tender adalah hal paling menguras tenaga di dunia ini. Namun sedetik kemudian, Yoongi sedikit tersenyum membayangkan tempat tidurnya dan mandi air hangat. Mungkin dia juga bisa minum segelas kopi hitam. Ya, dia butuh itu. Tidak lupa uang yang akan dia terima nanti. Ya, semuanya terasa cukup adil.

Saat Yoongi masuk, dia tidak pernah mengharapkan Jimin tertidur di atas sofanya dengan selimut menutupi tubuhnya. Jimin meringkuk seperti sebuah bola. Sangat manis.

Jimin sedikit terusik saaat Yoongi menyalakan lampu. "Euh, hyung?" Jimin tersenyum dengan mata sayu.

"Park Jimin, ingat apa yang aku bilang soal berhenti menyelinap?" Yoongi mendengus seolah-olah dia tidak senang melihat Jimin di sana, seolah-olah tubuhnya tidak memanas saat Jimin menggosok matanya dengan kedua tangannya yang kecil.

"Ma-maaf. I-ini kejutan!" Jimin sedikit melompat di atas sofa besar milik Yoongi dan Yoongi tidak punya hati untuk tidak tersenyum.

"Ah? Kejutan?" Yoongi menyeringai saat dia berdiri di hadapan Jimin.

"I-iya, aku pikir kau akan bosan kalau di rumah sendirian." Jimin menunduk.

Yoongi tidak menjawab. Dia menunggu Jimin mengatakan apa yang dia mau, karena tidak mungkin ini semua sesederhana itu kan?

"Ba-bagaimana Hongkong?" Jimin tersenyum saat dia mendongak untuk menatap Yoongi.

"Indah," kata Yoongi tanpa sadar.

"Ah. Iya, di foto Hongkong memang indah." Jimin tersenyum semakin lebar.

"Bukan Hongkong, kau yang indah." Yoongi berkata dengan datar seolah-olah dia tidak sedang merayu Jimin.

"Oh." Jimin menjerit pelan.

Kemudian mereka berdua terdiam cukup lama sampai akhirnya Jimin bergerak gelisah karena Yoongi terus menatapnya tajam. "Hy-hyung, aku membuatkan makan malam. Aku pikir kau akan pulang sesuai jadwal." Jimin cemberut.

"Maaf. Delay memang menyebalkan." Yoongi menggerutu.

Jimin mengangguk setuju. Kemudian Jimin diam untuk waktu yang lama sambil menautkan tangannya. Canggung sekali. Bukan ini yang Jimin inginkan. Dia mau Yoongi tersenyum kepadanya, memeluknya dan menciumnya. Apa Yoongi tidak merindukannya?

"U-uh... kalau kau mau tidur—"
Yoongi menciumnya. Tanpa aba-aba dan pertanda. Dia menunduk dan mencium Jimin dengan perlahan dan lembut.

Ah. Tentu saja Yoongi merindukannya.

Yoongi menahan tengkuk Jimin saat dia mencoba melepaskan diri. "Hyu-hyung!" Jimin mengeluh. Dia meremas erat jas kerja Yoongi dan menutup matanya rapat-rapat.

Kemudian setelah beberapa saat Yoongi tersenyum dalam ciumannya. Tipikal Park Jimin, ketakutan akan apa pun. Yoongi menghentikan ciumannya saat dia merasa dada Jimin bergerak naik-turun semakin cepat.

Recueil (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang