[16] b

16.2K 1K 84
                                    

Masih flashback😂

Agatha melangkah melewati gang-gang sempit seorang diri. Mengabaikan sepatu bootsnya yang basah terciprat genangan air hujan, tubuhnya menggigil kedinginan. Namun ia, tidak berniat menggunakan payung untuk menghalau air itu.

Agatha mendongak, menerima seluruh tetesan itu di wajahnya. Membiarkan tetes tersebut larut bersama air matanya yang tak kunjung berhenti.

Sisi ... benarkah gadis itu masih hidup? Tapi bagaimana mungkin?

Agatha terus berjalan tanpa menyadari seorang laki-laki mengikutinya dalam gelap. Laki-laki itu terus mengikuti Agatha, langkah demi langkah.

"Lo kemana aja?" Laki-laki itu merapatkan tubuhnya ke dinding, menahan napasnya agar laki-laki yang menarik Agatha kedalam pelukannya itu tidak mengetahui keberadaannya.

"Lo kenapa hujan-hujanan?" Agatha menatap laki-laki itu, laki-laki yang selama ini sangat ia rindukan.

"Lo gak tau betapa khawatirnya gue nunggu lo di apartment?" Abisena membentak Agatha, melampiaskan kekesalannya.

Ia tidak mampu mengungkapkan betapa terkejut dan bahagiannya dia saat Agni menghubunginya kemarin, mengatakan bahwa Agatha akan mengunjunginya.

Abisena merasakan, seberapa bencipun ia pada gadis itu. Rasa cintanya jauh lebih besar, rindu menggebu yang terhalang harga diri-lah yang membuatnya terpaksa tidak menghubungi adiknya itu.

"Gue capek," ucap Agatha lemah menyender seutuhnya pada tubuh Sang Kakak. Agatha bukan gadis mungil, walaupun ukuran payudaranya tetap tidak berubah dari beberapa tahun yang lalu.

"Berat, Babi!" ledek Abisena untuk pertama kalinya setelah satu tahun mereka tidak berkomunikasi.

"Gendong," ucap Agata sambil melompat ke dalam dekapan Abisena. Mau tidak mau, ia terpaksa menggendong Agatha.

-----

"Gue tinggal di Villa Ibu," ucap Agatha setelah mobil Abisena terparkir manis di garasi apartment laki-laki itu.

"Kenapa?" tanya Abisena tidak mengerti. Bukannya Agatha datang untuk menemuinya?

"Gue gak suka apartment lo, kecil!"

"Babi, lo bahkan belum masuk ke dalam!" Abisena menatap adiknya tidak percaya.

"Dari luar aja udah jelek! Beli penthouse aja, kalau bisa yang di Pierre Hotels." hina Agatha.

"Lo kira kayak beli susu segampang itu! Penthouse yang di Pierre Hotels harganya selangit, dan walaupun gue punya uang, yang punya penthouse itu pasti gak mau jual!" keluh Abisena.

"Uang lo banyak, buat apa di tabung semua. Punya penthouse juga bisa buat investasi. Dan gue gak mau tau, lo harus dapet penthouse yang itu." ucap Agatha final, tak terbantahkan.

"Lo semakin egois ya, Agni pasti manjain lo banget," ucap Abisena tidak percaya adiknya bisa seegois ini.

"Antar gue ke Villa Ibu, sekarang," ulang Agatha. Gadis itu menghindari tatapan Abisena dengan cara memunggungi kakaknya itu. Agatha menatap keluar yang tetap ramai di jam malam seperti ini.

Abisena mendesah, selamanya ia tidak mungkin menolak permintaan gadis menyebalkan satu ini, "Yes, Princess."

Agatha menyeringai mendengar ucapan penuh sindiran sang kakak. Princess, sebutan yang akan laki-laki itu gunakan saat sedang kesal, tunggu saja. Agatha tahu pasti sebentar lagi Abisena akan mengeluarkan semua unek-uneknya.

Stuck On You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang