Maia mencubit-cubit bibir. Mata almond-nya menatap lekat-lekat sesosok mumi seksi yang terbujur tak berdaya di atas tempat tidur. Tangannya dengan teratur memindahkan potongan chips dari kantong ke dalam mulut.
Tak jauh dari tempatnya duduk, berderet di sofa panjang adalah David, James, dan Sebastian. Dua dari mereka bertampang masam. Sementara David malah bertopang dagu, asyik mengamati wajah cantik istrinya yang dari sejam lalu sibuk menggiling makanan di mulut.
Tepat di sebelah sofa adalah Andrew yang duduk di kursi roda. Ekspresinya mengenaskan, campuran antara takut dibantai sahabat-sahabatnya dan kesakitan hasil luka yang masih segar-segarnya.
Mendadak pintu kamar terbuka. Muncul dua sosok berkilau dari balik pintu. Seandainya yang ada di ruangan ini adalah orang normal, sudah pasti mereka langsung terpukau dengan keberkilauan dua makhluk Tuhan itu.
Sayangnya orang-orang di ruangan ini abnormal semua. Mereka sudah kebal dengan pesona malaikat ala Moran Bersaudara. Jadilah respon mereka lempeng-lempeng saja melihat dua makhluk cantik nan tampan itu berjalan masuk.
"Nih, burger daging." Jacque meletakkan kantong kertas ke atas meja.
"Tak ada pizza?" Andrew memelas.
"Aku bersedia melemparmu ke depan dan membiarkanmu beli pizza sendiri," gerutu James.
"Ya Tuhan," desah Andrew.
Mendadak suasana di ruangan itu terpecahkan oleh tawa halus Maia. Tujuh pasang mata langsung terbeliak kaget mendengar tawa itu. Bahkan bagi si Ratu Es Zooey.
Pantas semuanya kaget berat mendengar tawa Maia. Pasalnya sudah enam bulan lebih wanita itu tak pernah tertawa. Boro-boro tertawa, tersenyum saja nyaris tak pernah.
"Biar kusuapi kamu, Andrew." Maia beranjak dari kursi, menyambar sekantong kertas burger dan duduk di sebelah Andrew.
"Hei, kenapa kamu menyuapinya?" David protes.
"Dia sedang sakit, Dave," jawab Maia kalem.
"Tangannya baik-baik saja." David menunjuk tangan Andrew.
Maia cuek, tak peduli protes David. Sementara Andrew bagai mendapat angin segar. Sengaja dia meleletkan lidah, meledek David yang langsung disambut pria itu dengan lemparan bantal sofa ke kepala.
"Aduh, aduh, aduh, Princess suamimu melukaiku," rajuk Andrew.
"David Gerald Rossier?" Maia mencemooh, "Sikapmu sangat kekanak-kanakan."
"What? Aku? Kekanak-kanakan?" David menunjuk dirinya sendiri. "Apa maksudmu, Lady?"
"Maksudku tak ada jatah untukmu malam ini jika terus mengganggu Andrew."
Sunyi. Senyap. Hening.
David melotot kaget. Sebastian dan James terperangah takjub mendengar vulgarisme ucapan Maia. Jacque dan Zooey sibuk dengan kuku-kuku mereka.
"Kamu ... Kamu lebih pilih Andrew ketimbang aku?" David tak percaya.
"Dave, tolong. Andrew sedang sakit. Jangan berlebihan begitu." Maia mengibaskan tangan.
"Hah!" David mendecih sebal. "James, jika kamu ingin membunuh Andrew aku siap jadi relawan."
Andrew tersedak burger yang dikunyahnya. Maia meluncurkan tatapan tajam menusuk pada David. Setelah dirasa cukup kondusif, Maia beralih pada Angela.
"Angie, kamu boleh makan fast food, kan?"
"Daging bagus untuk proses penyembuhanku.* Angela menjawab susah payah. Rahangnya masih sakit tertekan bebatan perban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aveolela • TAMAT •
Romance[Republish] [Only 18+] [Please, be wise with your book] Setelah mengalami keguguran yang hampir menghilangkan nyawa, Maia dihadapkan pada kenyataan pahit lainnya. Sosok malaikat lain hadir dalam kehidupan David mewujud sekretaris cantik bernama Venu...