1. Yang Tersakiti

287 56 48
                                    

sreet...

Pintu ruangan itu terbuka, dengan perasaan yang semakin tidak karuan aku membuka pintu ruangan bawah tanah yang pengap itu. Aku melihatnya, seorang wanita yang telah ku hancurkan kebahagiaannya. Dengan tubuh yang duduk meringkuk di pojok ruangan gelap yang mengurungnya selama beberapa bulan terakhir ini.

Tap...tap...tap...

Aku berjalan untuk mendekatinya, mencoba untuk menguatkan hatiku agar tidak menagis saat ini juga karena melihat penampilannya yang sangat mengenaskan. Aku semakin dekat dengannya dan saat aku melihat wajahnya aku tidak bisa menutupi lagi kesedihanku, aku menahan tangisan yang sangat tidak terbendung saat melihat wajah itu, wajah wanita yang sangat aku cintai penuh dengan luka dan tubuh ringkihnya juga tak kalah memprihatinkan dengan puluhan luka cambuk yang aku berikan beberapa bulan lalu.

Aku begitu menyadari, betapa kejamnya aku saat kejadian itu menimpaku menimpa kami. Aku dengan mudahnya mempercayai kata-kata orang yang beniat jahat untuk menghancurkan kehidupanku dan dia. Saat aku sepenuhnya sadar, aku benar-benar menyesali perbuatanku yang sangat tidak manusiawi itu.

" Amour" aku memberanikan diri untuk memanggilnya, dia pun menoleh menghadapku, dan lihatlah isakanku semakin bertambah kencang betapa menyesalnya aku melukai wajah cantiknya dan mata indahnya itu. Ah, mata itu, mata yang selalu menatapku dengan binar bahagia dan cinta sekarang tidak ada lagi, itu semua akibat kesalahanku.

"Siapa disana?" suaranya yang merdu itu terdengar di telingaku, aku sangat menyukai suaranya saat ia menyanyikan lagu pengantar tidur untukku. Aku tidak tahu ingin mengatakan apa saat ini, lidahku kelu dan tubuhku membeku. Dan satu hal yang aku tahu aku benar-benar bodoh saat itu.

"Maaf" ya tuhan kenapa hanya kata itu yang terucap, aku merutuki kesalahanku yang satu ini. Sebenarnya aku tidak hanya ingin mengatakan kata maaf saja tetapi juga untuk mengajaknya kembali bersamaku, tetapi aku sadar, luka yang ku torehkan padanya sangat tidak termaafkan.

"Kenapa kau datang lagi? Belum puaskah kau menyakitiku, sehingga kau datang lagi? " tolong sayang jangan ingatkan aku lagi dengan kejadian itu, aku mohon. Aku tidak sanggup mengingatnya.

"Sayang, maafkan aku, itu...itu bukan salahku tapi---" aku tidak yakin aku sanggup menceritakannya. Tapi, aku harus bercerita agar kesalahpahaman ini tidak selalu mengganggui hidup kami. " dan maksudmu itu kesalahanku? Kesalahan anak ini?" ia mengatakannya sambil mengelus dengan sayang perutnya yang membuncit itu. Yang didalamnya terdapat anak kami, anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari sang ayah yang sangat bodoh ini, yang selalu memberikan kepedihan dihidupnya yang masih beberapa minggu di dalam kandungan sang ibu. Dan yang pasti anak itu tidak pernah merasakan bagaiman rasanya dielus dengan tangan sang ayah, yang tidak pernah mengajaknya berbicara saat di malam hari dan tidak pernah menuruti keinginanya saat masa-masa ngidam itu muncul. Ya tuhan, betapa buruknya aku.

"Kau tahu, aku dulu sangat menentang dunia agar dapat menikah denganmu,. Semua cacian dan makian aku terima karena aku yakin kau akan selalu ada untuk melindungi ku, menyayangiku dan mencintaiku. Aku tidak pernah peduli dengan dunia asal kau bersamaku. Tapi, saat kau sendiri yang meninggalkanku, menghinaku, dan membenciku aku bisa apa, dan walaupun kau tahu aku mengandung anak mu, bukannya kesenangan yang terpancar dari wajahmu tapi tatapan murka. Dan saat itu lah aku tahu, bahwa pelayan sepertiku hanya dijadikan mainan bagi kaummu yang mulia, semua kata-kata cintamu padaku hanyalah kebohongan"

Tidak, aku tidak menganggap itu kebohongan, isteriku. Aku sungguh mencintaimu, ini benar-benar harus diluruskan agar kau dan anak kita bisa kembali lagi ke pelukanku.

"Sayang, dengarkan aku dulu. Semua itu memang benar, tapi ada alasan dibalik semua itu sayang, aku melakukan itu bukan atas kehendakku. Dengar aku akan menceritakan semuanya, dan jangan sekali-kali memotong ucapanku"

Aku akan menceritakan semuanya, reaksinya setelah aku menceritakan itu, aku harap dia dapat menerima ku kembali. Kalau tidak, mungkin aku akan mengakhiri hidupku saja. Untuk apa aku hidup kalau orang yang sangat aku cintai tidak ingin bersamaku lagi.

Alredy BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang