Pagi-pagi sekali salah satu dari vampir bersaudara itu berniat untuk menghindar dari perintah David, ya Ander tentu saja. Ia tak mau melibatkan Veronica, hanya karena 'gagal makan malam', biarkan ia mati dihabisi David, daripada melihat Veronica yang dihabisi David secara perlahan. Ander berjalan sedikit tergesa saat turun dari tangga, tapi dia salah. David sudah ada dikursi santainya, sembari tersenyum melihat Ander yang ingin kabur darinya.
"Hermano, donde vas?" David bertanya pada abang kesayangannya itu. Ander berdeham sedikit.
"Bukan urusanmu" Ander menjawab David sengit. Tapi David hanya membalas perkataanya dengan kekehan.
" Pues bien, divertirse, hermano.." David kembali membuka mulutnya.
Ander yang tak perduli dengan celotehan David bergegas pergi dengan mobilnya. Diperjalanan Ander sedikit bingung dengan perubahan sikap David. Biasanya David akan terus menuntut permintaannya, tapi kali ini tidak.
"Persetan dengan itu, lebih baik begini, aku hanya ingin Vero aman"------
Hari ini begitu cerah, dan suasana hatiku juga melampaui kata baik. Aku sedang berjalan menuju ketempat kerjaku, Minimarket diujung jalan, disana tempat aku bekerja, terkadang aku mendapat shift malam, seperti beberapa waktu yang lalu, tapi sekarang aku beruntung mendapat shift pagi. Hmm.. Aku rindu Ander, sedang apa ya dia?.
"Pagi, Thomas" Aku menyapa rekan kerjaku pagi ini setelah bersiap-siap untuk kerja. Thomas, Thomas Anthony Tharman.
"Pagi, Engel" ia membalas sapaanku, oh kalian harus tau sesuatu Thomas ini pria yang sangat lucu, badannya tidak atletis seperti Ander ataupun Juan, ia sedikit gemuk, dan perutnya agak buncit. Tapi itulah ciri khasnya, sayang, ia akan dipindahkan cabang beberapa minggu lagi. Ah, aku akan merindukan Thomas bearku.
"Thomas?"
"Ya? Ada apa Engel?"
"Kau jadi pindah cabang nanti,? "
"Hmm, iya. Aku juga tak ingin meninggalkan toko yang disini, tapi apa dayaku, yang hanya karyawan" Ucapnya sambil tersenyum manis kearahku, aku mencubit pipinya gemas, sembari merangkul dan menaruh kepalaku dipundaknya.
" I'll miss you, Thomas"
" I'll miss you too, Engel" ia membalas rangkulanku sembari menaruh kepalanya diatas kepalaku.
Dehaman keras, membuat kami tersadar kami ada di toko dan segera melepaskan rangkulan kami, disana, berdiri pria jangkung memakai mantel tebal. Aku dan Thomas hampir terbahak-bahak melihat penampilan pria itu, dimana sekarang cuacanya dibilang lumayan panas. Thomas tak tahan ingin tertawa jadi aku mencubit perutnya dan membisikkannya bahwa sepertinya dia bisa menunggu dan menyelesaikan tawanya diruangan stok barang demi kepentingan pelanggan.
"Selamat pagi, dan selamat datang!" ucapku berusaha seramah mungkin.
Pria itu hanya melepas tudung mantelnya dan tersenyum kearahku. Oh sial!, ia begitu tampan, rambutnya yang terlihat begitu licin, rambut-rambut halus yang tumbuh disekitar rahang dan wajahnya, menambah kadar ketampanannya saja.
"Umm, kau mencari apa sir,?"
"Aku tidak mencari apa-apa,"
"Oh ya? Jadi?.."
"Sebenarnya aku mencarimu.."
"Woah, aku? Benarkah?, tapi sepertinya aku tak pernah mengenalmu"
"Yeah memang tidak, tapi sepertinya Ander mengenalmu."
"Ander oh astaga!, kau? Temannya Ander, ada apa?"
"Bukan temannya, aku adiknya, David, David De Gea,"
"Oh aku Veronica, Veronica Engeline"
Aku mengenalkan diriku sembari menyodorkan tanganku untuk dijabatnya, dia menyambut tanganku,
"Oh ya Tuhan, kenapa tanganmu dingin sekali,?"
Dia terlihat seperti kikuk dan agak gelisah.
"Tidak apa-apa, Oh iya. Aku hanya ingin menyampaikan, Jika Ander mengajakmu makan malam dirumah. Apakah kau mau?"
"Benarkah? Oh tentu aku mau,"
Balasku sumringah.
"Baiklah berikan alamatmu, biar nanti aku jemput."
"Oke tunggu sebentar,"
Aku segera menyiapkan secarik kertas, dan menuliskan alamat rumahku disana.
"Ini," aku memberikan kertas tersebut. David menerimanya dengan.. Seringaian aku tak tau juga, atau mungkin memang seperti itulah dia tersenyum.
"Baiklah, bersiap-siap jam 7 malam aku akan menjemputmu. Dan, jangan terlalu memusingkan pakaian, ini hanya makan malam biasa"
"Oke,"
"Sampai jumpa, bella."
"Sampai Jumpa, David."Thomas keluar dari persembunyiannya dan mengangkat sebelah alisnya, sepertinya dia mendengar percakapan antara aku dan David tadi.
"Jadi,?" Ucapnya jahil, aku tak tahan untuk memeluk tubuh gemuknya itu.
"Oh Astaga Thomas!!!" Aku berteriak kegirangan dibahunya, Thomas hanya terkekeh sembari membalas pelukanku.-------
"hermano.."
"Ada apa, David?"
"Bisakah kau menolongku sedikit, Juan?"
"Menolongmu? Tak biasanya, memangnya kau membutuhkan apa?"
"Bisakah kau memesankan makanan? Untuk makan besar malam ini"
"Apakah kau sudah gila! Kita ini vampir!"
"Woah! Santai sedikit kak kita akan mengundang seseorang, dan jangan lupa mengundang srigala-srigala tukang makan itu"
"Untuk?"
"Menghabiskan makanan tentu saja," Ucap David sambil melesat menuju ke kamarnya.
" Oh ya Juan, jangan lupa perintahkan mereka untuk berdandan rapih dan jangan mengacau,"
" Ya, ya, ya"
"Te amo siempre, Juan" Ucap David terkekeh pelan.Juan menatap adiknya horror. Perlu kalian ketahui jika, mereka bertiga adalah vampir bersaudara yang kompak. Tetapi jika urusan haus, mereka bisa berubah menjadi monster yang mengerikan. Seperti kejadian beberapa waktu lalu.
Juan segera bergegas untuk mempersiapkan segalanya, mulai dari mendekor meja makan, oh ya. Meja makan tersebut hanya berupa pajangan, takut takut ada rekan kerja mereka yang curiga jika dirumah semegah ini tidak ada meja makan, aneh bukan?. Juan pergi membeli makanan di restautant dan menatanya dimeja. Setelah urusan rumah selesai, Juan segera pergi kerumah srigala kakak beradik itu.
"Marc, Luqui!!"
Juan berteriak memanggil mereka berdua, sebenarnya walaupun Juan tak bersuarapun mereka tau kedatangan Juan dirumah mereka.
"Como estas,Juan?"
Marco keluar dari kamarnya shirtless. Sedangkan Lucas beranjak dari sofa malasnya.
"Kami, mengundang kalian makan malam dirumah,"
"Oh, kami akan datang,"
Juan mengangguk sekilas,
"Bagus kalau begitu, dan David berpesan agar kalian terlihat rapih dan.. Tidak mengacau. "
Lucas terkekeh pelan,
"Sebegitu burukkah pandangan srigala dimata vampir?,"
Juan tersenyum formal lalu menepuk bahu Marco pelan.
"Datanglah saat sore hari, sampai jumpa."
Mereka berdua hanya tersenyum simpul dan mengangguk pelan. Juan segera meninggalkan rumah besar itu."Bukankah aneh marc?," Lucas menatap heran Marco.
"Ya, tentu, mana mungkin seorang vampir mengundang makan malam kita." Marco membalas keheranan abangnya itu. Lucas hanya mengangguk pelan sebagai balasannya.
"Tapi sepertinya kita tidak perlu khawatir, kita bisa menjaga diri kita sendiri bukan?"
"Ya, kita Alpha tentu saja bisa,"******