"Siapa itu Ellyanne dan Inzaghi?,"
-----Juan membisu mendengar pertanyaan Vero.
Vero yang tak akan mau dirinya mati penasaran, akan menghalalkan segara cara untuk mendapatkan jawaban itu.
"Dengarkan aku Juan, aku sudah tau siapa kalian sebenarnya, dan yang selalu berputar di kepalaku, siapa mereka berdua ?, kumohon Juan, hanya ini. Jelaskan padaku." Mohon Vero dengan menggenggam tangan Juan erat, dan sedikit melupakan tentang kenyataan bahwa Juan 'bukan manusia'.
"Berikan tanganmu," Perintah Juan.
"Apa,?"
"Jika kau ingin tau jawabannya berikan tanganmu!" Jawab Juan ketus.
"Apa yang akan terjadi, jika ak... Aku memberikan tanganku?"
"Sesuatu yang tak pernah kau bayangkan."
"Contohnya,?"
"Ck,Kau akan tau jika kau memberikan tanganmu padaku,"
Vero terdiam. Ia tak tau harus melakukan apa, disatu sisi ia takut, tapi sisi lainnya ia sangat penasaran, dan sialnya rasa keinginan tahunya lebih besar daripada rasa ketakutannya.
"Aku siap," Ucap Vero sembari menyodorkan tangannya.
"Tutup matamu." Perintah Juan, Juan mulai menggenggam tangan Vero, dan keduanya mulai memejamkan matanya masing-masing.Pria berambut klimis dengan tubuh setinggi 192 cm itu sangat tidak sabar untuk menemui wanitanya, senyumnya sedari tadi tidak hilang dari wajah tampannya. Membuat keputusan untuk tidak merasakan nikmatnya tahta kerajaan, hanya untuk bersama wanitanya. David sangat merindukan wanitanya itu, Ellyanne Celine Carlio. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. "Oh betapa aku merindukanmu, Ann."
Sembari memandang lekat foto wanita cantik dihadapannya. Wanitanya itu memiliki tinggi sekitar 165 cm, Rambut kecoklatan, dengan bola mata hitam bersinar. David dengan tidak sabar menuruni anak tangga.
"Kemana kau akan pergi, David?"
Ander menatap David bingung.
"Ann sudah pulang, Ander.." Jawabnya sembari tersenyum.
"Oh seperti itu, sampaikan salamku dan Juan,untuk Elly." Ander berkata sembari tersenyum dan Juan mengangguk menganggukan kepalanya.
"Hati hati dijalan David" Ucap Juan.
"Dan,David. Jangan langsung menyerang wanitamu, mungkin ia masih lelah perjalanan jauh." Ucap Lucas mengejek.
"Hahahaha!" Tawa Marco menggelegar memekakkan telinga.
David hanya tersenyum.
"Baiklah, sampai jumpa." ucapnya akhir.David mengendarai mobil corolla coklatnya dengan perasaan senang.
Dijalan menuju rumah kecil Ann, ia melihat bocah, berjualan mawar, dan pasti ia langsung membelinya, untuk Ellyanne-nya.
Sesampainya dirumah Ann, ia langsung mengetuk pintunya. Dan keluarlah Ann, dengan dress sederhananya. David langsung merengkuh tubuh mungil itu. Dan tak henti-hentinya mengucapkan 'aku sangat merindukanmu sayang' kepada Ann. Ann akhirnya melepaskan pelukan mereka. Dan mulai mencium bibir merah David, tentu saja David menyambutnya dengan gembira. Tapi Ann tidak membiarkan itu lama. Ada yang harus ia tunjukkan.
"Ayo Dave kita masuk." Ucap Ann sembari menggandeng tangan Dave-nya. Dan sesampainya didalam Ann, menyuruhnya untuk duduk di sofa kecilnya. Jantung Dave yang sudah lama tak berfungsi itu,tiba-tiba berdesir hebat. Melihat bocah laki, berambut klimis memakai baju merah dan celana berwarna hitam selutut sedang bermain mobil-mobilan ditangannya.
"Dave,?"
"Ya,?"
"Kau oke?"
"Tentu,"
"Jadi Ann, apa kabar,dan apa saja yang kau kerjakan selama di Irak?"
"Pertama aku sangat baik, kedua seperti apa yang kau bilang aku hanya perlu bersembunyi dari kerajaan,Dave."
"Oh bagus, siapa bocah itu, Ann?"
"Oh dia?," Ucap Ann sembari menunjuk bocah laki itu.
"Ya.." Jawab David.
"Sebentar Dave biar kupanggilkan, Inzaghi,! Kemari sayang! Kau selalu menanyakan ayahmu bukan,?" Inzaghi tersenyum senang, ia langsung menghampiri Ann.
"Mana ibu,? Jadi siapa ayahku?" Ann melirik David sebentar.
" Kenalkan Dave, ini Inzaghi Decca Carlio.... De Gea" Bagai disambar petir Dave tidak bisa berkata-kata. Elly terus menceritakan tentang Inzaghi, umurnya 3 tahun, hobinya sepak bola, yang bisa didengar samar oleh Dave. David tidak bisa menerima apa yang terjadi sekarang. Ia begitu marah, entah kepada siapa. Tetapi emosi iblis terlanjur menguasainya. Matanya yang semula teduh, berubah menjadi tajam dan sadis. David benar-benar marah. David dengan gigi yang bergemertak menanyakan kebenarannya pada wanita disampingnya.
"Dia anak siapa Elly.?" Tanya David, Elly sedikit terhenyak mendengar David memanggilnya 'Elly'. Sedikit helaan napas terdengar dari Elly.
"Inzaghi, anak.. Anakmu Dave." Jawab Elly. Dengan tak segan-segan David mencekik leher Elly dan menatap Elly tajam.
"DENGAR! AKU ADALAH VAMPIR. DARAHKU SAJA SUDAH MEMBEKU RATUSAN TAHUN LALU. TAK MUNGKIN DIA ANAKKU JALANG!"
"Tap-tapi tuh-tuha-n y-ang -ber-ke-hend-ak Dh-ave" Jawab Elly tersengal-sengal.
"CIH!KAU SAJA YANG TAK BISA MENJAGA DIRIMU SELAMA EMPAT TAHUN DI IRAK! SUDAH BERAPA PRIA YANG MENIDURIMU HAH, ?! DAN APA KAU BILANG? TUHAN ? TUHAN?!! LUCIFER SUDAH LAMA TERBAKAR DINERAKA!" Tanya David sembari menampar pipi Elly keras. Inzaghi yang sedari tadi hanya bisa menangis ketakutan akhirnya berteriak.
"IBUUU!!"
"JANGAN!JANGAN SAKITI IBU!"
"JANGAN AYAH!" Teriakkan Inzaghi sukses membuat David menoleh, dan menatap bocah laki itu tajam.
"Ibu selalu bilang padaku, bahwa saat nanti aku dan ibu pulang, ayah akan memelukku. Tapi kenapa ayah malah menyakiti ibu?" Inzaghi terisak-isak. Sementara Elly sibuk mengatur napasnya dan Darah yang terus mengalir dari bibir dan hidungnya akibat tamparan Dave.
"Kau tau ayah? Setiap malam ibu selalu menceritakan tentangmu, tentang kau yang sangat mencintainya, dan ibu selalu mengoleskan minyak rambut kepadaku, karena itu terlihat seperti ayah. Jangan sakiti ibu, ayah, dia sangat menyayangimu.." Inzaghi berani membuka suaranya.
"TUTUP MULUTMU KEPARAT KECIL!"
BUGH
Suara hantaman itu menyadarkan Elly bahwa bagian kecilnya sudah dibunuh ayahnya sendiri dengan cara yang sadis. Inzaghi tergelepar dengan darah yang bercucuran dari kepalanya akibat berbenturan dengan dinding belakang.
Elly hanya bisa menangis, Inzaghinya saat menutup mata untuk yang terakhir kalinya mengucapkan 'Ibu'.
Dave kembali kepada Elly yang sudah tak berdaya itu. Cekikan panas itu kembali dileher Elly. Dan saat Elly menutup matanya menyusul Inzaghi ia sayup-sayup mendengar "Lupakan harapan busukmu agar aku menyayangi anakmu, temani Lucifer di Neraka, Elly!"Saat Vero membuka matanya ia tak sadar bahwa wajahnya sudah dipenuhi oleh air mata.
"Ya Tuhan" Ucapnya sembari menghapus air matanya.
"Kau tak apa,?" Tanya Juan.
"Iya, hanya sedikit terkejut... Terkejut ternyata sebejat itu golongan kalian." Juan yang sudah siap menerima semua resikonya hanya terdiam. Begitu juga dengan lelaki jangkung yang sedang mengawasi mereka berdua dari atas, dan tak berniat untuk melakukan apapun. Karena takut kehilangan wanitanya lagi.*****
Vero memutuskan untuk keluar rumah itu menuju taman pekarangan depan.
" Kau bermalam disini?" Tanya Lucas.
" Ya, David melarangku untuk pulang.." Jawab Vero.
Tiba-tiba Lucas merentangkan tangannya, Vero bingung.
"Aku tau kau hampir mati frustasi. Sedangkan jika kau memeluk diantara mereka bertiga. Sama saja kau memeluk balok es." Ucap Lucas setengah bergurau. Vero langsung memeluknya. Seulas senyum tercipta di wajah cantiknya.
"Kau hangat, Luke"
" Tentu saja, aku 40 derajat Celsius, sedangkan mereka minus derajat Celsius. " Ucap Lucas, mereka berdua terkekeh.
"Jadi kau sudah, melihat masa lalu, David?" Tanya Lucas
"Sudah ceritakan padaku tentangnya Luc!,"
"Hmm, yaa, kami dulu bersahabat erat sebelum insiden mematikan itu. Dan David sebenarnya adalah seorang... Pangeran Vampir."
"Apa?!, maksudku bagaimana bisa?"
"Tentu bisa, ia meninggalkan kerajaan dan memilih untuk bersama Ellyanne, dengan syarat tidak melanggar norma kerajaan, dan syarat itu berasal dari King, ayahnya."
"King?"
"King Zlatan."------------
Itu diatas pictnya pacar gue, Juan. Makasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/103553265-288-k231423.jpg)