Hujan

65 9 9
                                    

Axi POV

Apa aku sudah bisa dibilang lebih rapuh dari kelihatannya? Seperti kalimat yang bertebaran di novel-novel yang aku baca? Entahlah. Yang jelas aku tak pernah berniat untuk tampak sok tegar, aku hanya malu untuk menangis apalagi jika diketahui banyak orang...

***

Sebenarnya aku tidak suka basah dalam keadaan yang semestinya aku bisa tetap kering. Namun, pengecualian untuk kali ini. Aku butuh tempat persembunyian agar dapat menangis tanpa terlihat, dan langit seakan menjawabnya.

Disinilah aku sekarang, di bangku taman yang sama sekali tak beratap membiarkan setiap inti diriku basah diguyur hujan. Tak apalah, sekali ini saja. Aku hanya ingin menangis melepas himpitan di hatiku. Semuanya. Tanpa sisa. Dan aku berjanji aku tak akan menangis lagi setelah ini, semoga saja.

Saat aku merasa aman dengan pilihanku untuk menangis ditengah hujan, mataku justru menangkap sosok laki-laki yang mungkin saja tau kalau aku sedang menangis.

'sial. tu orang kenapa liat gue sebegitunya amat sih.'

Segera aku mengusap wajahku yang sebenarnya percuma saja karna akan kembali basah akibat guyuran hujan, menghilangkan sisa-sisa jejak tangisanku.

Menyadari laki-laki itu semakin mendekat, dan tunggu! Aku seperti mengenalnya. CENNA! yaa itu Avicenna Syahputra, laki-laki yang sangat aku hindari. Buru-buru aku bangun dan bersiap berlari menghindarinya.

"serius deh, gue gak mau disangka copet gara-gara nenteng tas yang ditinggal sama pemiliknya"

'shit. Itu tas kenapa pake ketinggalan segala sih'

"makasih." hanya itu yang aku ucapkan, tanpa nada apalagi melodi. Datar. Merebut tasku darinya.

"Gue kira lo takut air kek anak kucing kena siram, ternyata berani ujan-ujanan juga lo." cibir Cenna saat kaki ku berpindah pijakannya. Kupaksakan menoleh sebentar, lalu melanjutkan langkahku.

"woy!! gue ngomong sama lo!!" teriaknya tak terima ucapannya diabaikan, membuatku berhenti dan membalikkan tubuhku sempurna menghadap padanya.

"Lo berisik." yaps. Tak ada perbedaan dengan ucapanku pertama kali. Datar, singkat, dan padat.


"Bahkan suhu dibawah nol derajat celcius kalah dingin sama sikap lo itu!!" Teriaknya. Lagi. Terdengar jelas walau aku yakin saat ini jarak antara aku dan dia sudah jauh.

Kuhembuskan nafas  perlahan yang menghasilkan uap keluar dari mulutku. Dingin. Hujan ini benar-benar membuatku menggigil. Aku harus segera pulang, acara menangisku kacau sudah karna laki-laki menyebalkan itu...

***

Cenna POV

Bukan hal yang aneh menurutku jika melihat sebagian orang yang berlalu lalang dengan santai menikmati setiap buliran air dari langit membasahi tubuhnya, mungkin itu karna mereka menyukainya. Menyukai hujan.

Namun kali ini  sedikit menarik perhatianku, seorang gadis yang selama ini aku dengar katanya dia tidak suka  jika dirinya basah, sekarang aku melihatnya duduk dibangku taman dengan membiarkan air langit mengguyur tubuhnya.

'tumben tu cewek, katanya gasuka basah. Tapi eehh.. ko dia...'

Aku tercenung, mempertajam penglihatanku. walau jarak kami mencapai 20 meter, aku yakin tidak salah lihat..

'eh.. tu cewek nangis?'

Aku yakin sejauh ini mataku masih terbilang normal, penglihatanku pun baik. Tapi tetap saja ini tidak menyakinkan, ketika melihat seorang gadis yang dikenal dingin bahkan sangat dingin saat ini sedang menangis ditengah hujan. Suatu hal yang sama sekali bukan hal yang dia suka. Aku tau itu dari teman-temanku tentunya.

Didorong rasa penasaran, aku berjalan mendekatinya. Mataku terus memperhatikan setiap gerak-gerik gadis itu. Dia Axi, Axiandra Almaheera.

Sejauh ini dia belum menyadari keberadaanku yang semakin mendekat kearahnya. Saat tersisa lima meter lagi jarak antara kami, dia pun menyadari ada seseorang yg mendekat. Dengan sedikit terkejut dia mengusap wajahnya, yang aku yakin dia sedang berusaha mengusap air matanya yang menjadi satu dengan air hujan.

'gue tau lo nangis...'

Tinggal selangkah lagi aku sampai dibangku yang dia duduki, Axi sudah berdiri dan mencoba berlari dengan  melupakan tas nya. Aku tersenyum geli melihatnya.

"serius deh, gue gak mau disangka copet gara-gara nenteng tas yang ditinggal sama pemiliknya." Aku berusaha menahannya  agar tidak pergi. Dia  berhenti, tampak tubuhnya menegang saat mendengar ucapanku barusan. Dengan cepat dia mengambil tasnya dariku, bahkan aku tidak tau kapan tas itu berpindah tangan.

"makasih."

'buseett, datar banget udah kaya jalan cor an aja.'  gerutuku dalam hati. Ternyata apa yang aku dengar dari teman-temanku disekolah benar. cewek satu ini benar-benar datar.

"Gue kira lo takut air kek anak kucing kena siram, ternyata berani ujan-ujanan juga lo." kali ini aku coba mengajaknya bicara lebih banyak walaupun lebih seperti ingin mengajak berkelahi.

Tapi dugaanku salah, cewek itu malah melenggang menjauh. Kampret! gue dicuekin.

"woy!! gue ngomong sama lo!" Teriakku 'berusaha' lagi. Dan berhasil, dia berhenti dan menatap kearahku.

"lo berisik." lalu dia kembali berjalan menjauh.

what the?? cuma gitu doang? sumpah ya nih cewek datarnya ga ketulungan, dinginnya setengah mampus.

Mulutku gatal rasanya ingin bilang kenapa dia menangis ditengah hujan seperti ini padahal dia tak menyukainya, tapi urung. Itu bukan urusanku.

"Bahkan suhu dibawah nol derajat celcius kalah dingin sama sikap lo!"

Dia tetap berjalan seakan  tuli, oke! Aku menyerah. Aku hanya menatap punggungnya yang semakin menjauh..

"trus kenapa gue masih disini?! ah bego.." sadar dengan apa yang aku lakukan hanya buang-buang waktu, aku memilih pulang yg tadi sempat tersendat gara-gara cewek dingin itu.

Gue bakal cari tau seperti apa lo sebenernya Axi...

***

Hay Hay!!! salken yaaa^^

Ini bener bener pertama kalinya gue coba nulis dan dibaca sama orang lain, dan gue ga yakin sih bakal ada yg baca dan bakal suka 😂 semoga aja  ada yaa :v *aamiin😂😆

kritik dan sarannya boleh tuh biar makin oke nulisnya :v

MAY I ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang