Author POV
Hujan kemarin masih menyisakan mendung pagi ini, rasa dingin semakin menusuk. Sudah pukul tujuh pagi, namun cuaca tak kunjung menghangat.
Ketika hari terus beranjak siang, suasana kota mulai menggeliat. Orang-orang yang tadinya tergoda untuk kembali tidur terpaksa bangun dan melanjutkan aktivitasnya.
***
"sarapan." percakapan pagi yang tak kalah dingin dengan suasana mendung hari ini terdengar di rumah Axi.
"Ngga." jawabnya datar. Ya, begitulah Axi. Bahkan dengan Ary- kakaknya sendiri sikapnya sedikit pun tak melembut.
Tak ada jawaban, Axi pun meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah. Sempat tadi ia mendengar dengusan kasar yang ia yakin darimana suara itu berasal. Siapa lagi kalau bukan Ary-kakaknya, karna mereka hanya tinggal berdua dirumah itu.
Sikap dingin Axi pada Ary bukan tanpa alasan, justru Ary lah alasan utamanya mengapa dia bersikap seperti itu. Sejak Axi berumur 14 tahun dan sejak orang tuanya meninggal karena kecelakaan sikapnya diam seperti batu dan dingin seperti es. Sebenarnya bukan sepenuhnya karna kecelakaan itu, melainkan karna Ary tidak pernah bersikap layaknya seorang kakak laki-laki yang melindungi adiknya. Akhirnya sampai saat ini Axi tak ingin dekat dengan laki-laki, karna tak ada yg bisa dipercaya menurutnya.
Terakhir mereka bicara tepat saat mendapat kabar orangtua mereka kecelakaan dan meninggal, itupun diakhiri dengan pertengkaran yang membuat mereka benar-benar menjadi seperti orang lain dan Axi berubah menjadi dingin sampai sekarang.
TIIIN..TIINN
Axi tersadar dari lamunannya, suara klakson motor itu sangat kencang. Membuat sakit telinga.
"kalo jalan jangan ngelamun, non. Kalo kesandung trs nyungsep kan ntar yang ada makin rata aja muka lo."
'CENNA!! ppfftt cowok ini lagi. Kenapa dia mendadak ada dimana-mana sih' Axi menggerutu dalam hati, ia merasa dunianya sekarang menyempit karna dimana-mana selalu bertemu dengan Cenna. Malas menanggapi, Axi melanjutkan langkahnya.
TIIIIN!!
Cenna melajukan motornya mengejar Axi, Axi pun berhenti. lagi. Cenna pun ikut menghentikan motornya tepat disamping Axi.
"Xi lo..."
Ucapan Cenna menggantung saat mendapati tatapan dingin dari cewek disebelahnya.
'Apaan sih lo ngikutin gue'
Seperti itulah kalau diterjemahkan arti tatapan Axi. Bukannya pergi, Cenna hanya mengendikkan bahunya tak peduli.
"Lo gamau bareng gue?" Tawar Cenna pada Axi yang lagi-lagi hanya dijawab dengan lirikan.
"Oke, ayo naik." Dengan santai menarik tangan Axi yang tentu saja langsung dilepas oleh Axi, namun tak ada jawaban disana. Lagi dan lagi hanya tatapan yang Axi berikan, kali ini lebih dingin bahkan terasa menusuk jika siapapun yang melihatnya.
'Apa apaan sih lo'
Yah!! Kali ini Cenna merasa dirinya berbakat menjadi mindreader, karna sudah dua kali menurutnya ia berhasil menerjemahkan tatapan dingin nan misterius cewe disampingnya.
"Diem lo gue anggep mau." balasnya santai menjawab tatapan Axi. Cewek disampingnya malah mendengus malas.
"Gue. gak. mau." sahut Axi penuh penekanan sekaligus penegasan agar cowok didepannya segera pergi meninggalkannya.
"Wooww!! marveulos!!" Ujar Cenna mendadak girang, wajahnya terlihat sumringah.
"kenapa lo?"
"Gue bangga aja, pagi ini gue udah buat rekor karna udah bikin cewe datar plus dingin kek lo ngomong sebanyak 3 kata ditambah sama yg tadi tuh... jadi 5 kata! Hebat ya gue."
Cenna benar-benar menyebalkan kali ini. Tak peduli dengan kesenangan Cenna, Axi melenggang pergi melanjutkan perjalanannya ke sekolah. jam sudah menunjukan pukul 07.10, lima menit lagi gerbang akan ditutup. Ia tak mau terlambat hanya karna cowo norak yg dia temui dipinggir jalan.
"eh eh ko malah gue yg ditinggal sih.."
Axi tak peduli lagi, ia meneguhkan langkahnya agar terus menjauh dari cowok itu. Berusaha tak mendengar apapun yang diucapkan Cenna. Ia tak mau terlambat.
Setelah berjalan beberapa meter dari tempatnya terhenti tadi, gerbang sekolahnya pun sudah terlihat, pundaknya lunglai. Membuang nafas panjang. Axi sempat panik kalau ia akan terlambat walaupun wajahnya tak menunjukan ia sedang panik. Datar, ya wajahnya selalu seperti itu. Tanpa ekspresi.
Saat Axi melewati pos satpam, ia menyadari satu hal. Cenna tak ada dibelakangnya. Bukankah Cenna mengendarai motor? seharusnya kan dia lebih dulu sampai disekolah? kemana dia..
'Kenapa gue jadi nyariin dia sih?! gak penting banget.'
Sadar kalau ini bukan urusannya, Axi masuk ke dalam sekolah. Sedikit tergesa walaupun tampak terlihat sangat tenang dan datar tentunya. Pengendalian diri yang amat mengagumkan Axiandra!!
***
Ditempat lain, tepat dibalik tembok pembatas sekolah dipersimpangan jalan, Cenna bersembunyi. Melihat cewe yang tadi menolaknya diajak pergi bersama sedang celingukan, seperti tengah mencari seseorang. Tentu saja orang itu adalah dirinya, membuatnya cekikikan senang.
Sebenarnya setelah ditinggal Axi tadi Cenna sengaja mendorong motornya agar suaranya tidak terdengar. Berharap Axi mencarinya, dan benar saja! Saat Axi masuk melewati gerbang berbarengan dengannya yg berhenti dibalik tembok, dalam hitungan kelima Axi kembali keluar gerbang. Matanya menatap sekitar, seperti mencari sesuatu atau mungkin seseorang.
Cenna tertawa geli melihat wajah Axi dari balik tembok gerbang, wajah itu terlihat datar. Kelewat datar malah! Bahkan saat mungkin dia tengah mencari sesuatu wajahnya tak terlihat kebingungan sama sekali.
'Ternyata dingin-dingin lo peduli juga yaa sa.. aduh duh duh apaan nih..'
Belum selesai bicaranya dalam hati, telinga Cenna terasa panas seperti ditarik seseorang. Benar saja telinganya tengah dijewer oleh pak Hadi, guru piket yang sedang berpatroli mengecek siswa-siswanya yg belum masuk kedalam sekolah atau yg nongkrong di lingkungan sekolah.
"Kamu Cenna! apa yang kamu lakukan disini? Kamu ga denger bel udah bunyi?!"
"aduh pak aduh!! i.. iiya pak saya denger ko, Ini motor saya mogok duh." Sahut Cenna mengaduh, telinganya benar-benar panas. Sempat ia menengok ke arah gerbang, Axi sudah masuk rupanya.
"Dasar kamu ini! sudah sana masuk!" Perintah pak Hadi garang. Cenna pun menurut, sambil tersunggut-sunggut ia mendorong motornya yg sebenarnya tidak mogok. Itu hanya alasannya saja. Yaa itung-itung mendalami peran lah. Gumamnya dalam hati, senyumnya mengembang lagi, melanjutkan kesenangannya tadi yg sempat diganggu oleh pak Hadi.
'Lo peduli sama gue Xi ..'
***
TBC
Hola!! gue sih ga yakin ada yg nunggu MAY I? 😂 tp gapapa lah yg penting gue update :v voment deh kalo ada yg suka 😆 see yaaa~
KAMU SEDANG MEMBACA
MAY I ?
Teen FictionApa aku sudah bisa dibilang lebih rapuh dari kelihatannya? seperti kalimat yang bertebaran di novel-novel yang kubaca? Entahlah, jika memang seperti itu aku tak pernah berniat untuk tampak 'sok' tegar. Aku hanya malu untuk menangis, apalagi jika ter...