OO: PROLOGUE

8 3 0
                                    

        Seorang gadis dengan rambut hitam legam yang lurus itu tengah memandang keluar jendela. Ia sengaja memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Alasannya sama, ingin melihat suasana kota ini dimalam hari. Butiran-butiran halus berwarna putih pun berjatuhan dari langit. Menambah kesan ketenangan dengan langit malam kota Seoul. Hari ini salju turun lagi, pikirnya. Kota ini seperti tak pernah ada istirahatnya. Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 23.03 jalan trotoar diujung sana masih terlihat ramai dengan pejalan kaki. Wajah-wajah lesu terlihat begitu jelas. Seperti habis melakukan aktivitas yang berat.

          Kemudian pikiran gadis itu menerawang jauh. Seharusnya ia bahagia disini. Bukankah ini yang ia inginkan sedari dulu? Menapakkan kaki, bahkan menjadi pelajar di negri ini. Itu cita-citanya, kan? Ia tidak menyesal, hanya saja jauh dari 'mereka' membuat perasaanya agak berbeda. Apa ia merindukan mereka? Bagaimana keadaan mereka sekarang? Sudah hampir 8 bulan lebih Audy tidak pernah melihat, atau barangkali mengetahui keadaan mereka. Seandainya ia tidak disini, mungkin akan lebih mudah menemui mereka.

          Ia kembali menyesap moccachino hangatnya yang tersisa setengah. Sudah dingin. Mungkin karena cuaca diluar juga yang bertambah dingin. Terlihat orang-orang di ujung sana mulai mengeratkan jas dan jaketnya. Salju yang turun pun semakin bertambah. Membuat Audy semakin malas keluar dari cafe favoritnya itu. Padahal esok ia masih ada jadwal kuliah sekaligus mengajar. Bersyukur cafe ini buka selama 24 jam.

        Ia menatap ponsel yang berada disebelah moccachinonya yang mendingin. Tanpa sadar ia menekan menu kontak. Melihat nama orang itu dikontaknya. Ia bahkan tidak sempat mengucapkan salam perpisahan padanya. Semua berjalan begitu saja. Semua akun media sosial miliknya juga sudah tidak aktif. Apa ia juga sibuk? Atau hanya seperti dirinya, yang sok menyibukkan diri di negri orang.

         Aku menyesal,

         Aku ingin semua terulang lagi. Dengan begitu, aku akan mengatakan 'Ya'.

         Jarinya menekan pilihan 'Panggil' pada kontak nama itu. Meskipun ia tahu, jawabannya akan sama. Kemudian terdengar suara operator dari seberang sana. Ia sudah pernah mencobanya berkali-kali. Meskipun tahu, nomornya sudah tidak aktif, ia terus mencoba menghubunginya. Apa ia terlihat seperti orang bodoh sekarang? Jawab saja iya.

         Tiba-tiba ponselnya bergetar, menampilkan nomor tak dikenal pada layar ponsel biru muda miliknya. Ini bukan nomor dari Korea, ini nomor dari Indonesia. Entah kenapa dadanya bergemuruh. Hingga detaknya begitu terdengar hingga ke telinga.

         "Halo?"

         "Ini Audy, kan?"

         Suara itu...

         Apa ini sebuah keajaiban?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUDICROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang